Anda di halaman 1dari 13

DISKUSI REFLEKSI

KASUS

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KELOMPOK H
W A N S A N D R A C . P. NIM 162310101126
L I YA H E L S A N . C . NIM 162310101141
M . WA H Y U D I NIM 162310101169
DW I WA H Y U N I NIM 162310101174
V I TA L I A P U T R I P. NIM 162310101185
DEFINISI DRK
Diskusi refleksi kasus (DRK) adalah metode yang dilakukan untuk merefleksikan
pengalaman klinis yang dialami perawat dan bidan dalam menerapkan standar dan uraian
tugas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2005)

DRK adalah suatu metode pembelajaran berbentuk kelompok yang dilakukan


untuk berbagi pengalaman mengenai kasus penyakit pasien, masalah perawatan pasien,
dan masalah dalam manajemen pelayanan (Anies, 2016).

Dapat disimpulkan bahwa, diskusi refleksi kasus adalah suatu metode


pembelajaran dalam bentuk kelompok yang bertujuan untuk merefleksikan atau berbagi
pengalaman mengenai pengalaman klinis yang dialami perawat dan bidan dalam
menerapkan standar dan uraian tugas berupa kasus penyakit dan masalah perawatan
pasien serta masalah-masalah manajemen pelayanan.
Diskusi refleksi kasus (DRK) bertujuan untuk mengembangkan
profesionalisme, membangkitkan motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, aktualisasi diri, serta menerapkan teknik asertif dalam berdiskusi
tanpa menyalahkan dan memojokkan antar peserta diskusi (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2005). Diskusi refleksi kasus bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan perawat, melatih untuk berpikir kritis, melatih
kemampuan berbicara di depan umum, melatih berpikir terbuka, dan
meningkatkan kemampuan dalam memahami artikel ilmiah (Ardian, 2017).
SIAPA SAJA YANG TERLIBAT DALAM DRK
Diskusi refleksi kasus (DRK) di Indonesia dilakukan oleh perawat dan bidan yang
dalam satu kelompok terdiri dari 5-8 orang perawat atau bidan yang terbagi menjadi
fasilitator, penyaji dan anggota yang memiliki peran masing–masing (Hannsy, D., 2001)
yaitu:
a. Fasilitator
1. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
2. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk merefleksikan
pengalaman klinis masing-masing.
3. Kontrak waktu.
4. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
5. Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 – 20 menit.
6. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara
bergilir selama 30 menit
7. Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan klarifikasi
bila ada yang tidak jelas.
8. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan.
9. Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang bisa
dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua peserta lainnya
satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan pendapatnya.
10. Membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul berdasarkan hasil
diskusi.
11. Melengkapi catatan DRK meliputi materi, issue-issue, termasuk tanda tangan semua
peserta.
12. Meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya.
13. Menutup pertemuan dan berjabat tangan.
14. Menyimpan laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan bersama.
b. Penyaji
1. Menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang pernah pernah terlibat
didalam perawatannya.
2. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiakan identitas pasen.
3. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajikan kasus.
Dilanjutkan dengan sesi pertanyaan dari peserta.
4. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada
standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
c. Anggota
1. Setelah memperhatikan penyajian kasus, setiap peserta menyiapkan pertanyaan
minimal satu pertanyaan.
2. Didalam mengajukan pertanyaan, diharapkan merujuk pada SOP yang berlaku.
3. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung
atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen tersebut
dilakukan.
4. Bila peserta berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang
berbeda, tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, peserta dilarang keras untuk
melakukan kritik. Peserta hanya dapat melakukan klarifikasi kepada penyaji
apakah dia telah memikirkan cara lain.
5. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena
sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada diantaranya
yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya.
6. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah itu
peserta perlu menyimak kembali apa yang dapat dipelajari dari proses diskusi kasus
tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada akhir
sesi.
7. Kesimpulan tentang isu-isu yang muncul dapat dijadikan cermin bagi semua peserta,
agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.
PERSIAPAN DRK
Menurut Hennesy (2001) ada empat persiapan sebelum dilakukannya Diskusi
Refleksi Kasus. Persiapan tersebut antara lain:
1. Menyusun jadwal kegiatan
Diskusi refleksi kasus (DRK) di Indonesia dilakukan oleh perawat dan bidan yang
dilakukan secara rutin sekali dalam sebulan.
2. Merencanakan waktu pelaksanaan
Diskusi refleksi kasus (DRK) dilaksanakan secara terpisah selama minimal 1 jam
(pembukaan 5 menit, penyajian 15 menit, tanya jawab 30 menit, penutup/rangkuman 10
menit).
3. Menulis peran masing-masing personal dalam DRK
4. Menentukan topik yang akan didiskusikan
5. Menciptakan lingkungan yang kondusif
LANGKAH-LANGKAH DALAM DRK
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
1. Menyusun jadwal kegiatan
1. Waktu 60 menit
2. Waktu Pelaksanaan
2. Peserta terdiri dari : penyaji, fasilitator dan
3. Menulis Peran Masing-Masing Personal
anggota
dalam DRK
3. Pembukaan
4. Menentukan topik yang akan
4. Sesi penyampaian pendapat dan diskusi
didiskusikan
dilakukan tanpa adanya pihak yg merasa
5. Menciptakan lingkungan yang kondusif
terpojok
5. Kesimpulan dibacakan oleh fasilitator
c. Penilaian 6. Rencana Tindak Lanjut
7. Dokumentasi (daftar hadir, notulensi).
Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan dokumentasi
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Anies, N. F. 2016. Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Tesis. Medan: Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/65456. [Diakses pada 22 Oktober 2019].

Ardian, P., dan Hariyati, T.S. 2017. Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan Melalui Implementasi Diskusi
Refleksi Kasus (DRK): Pilot study. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol. 11 (4).

Hennesy, D. 2001. “Reflective Case Discussion”: Modul of Clinical Performance and Development
Management System. Jogjakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 836/MENKES/SK/VI/2005 Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat dan Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/Kepmenkes%20836-MENKES-SK-VI-
2005-Kinerja%20Perawat%20dan%20Bidan.pdf. [Diakses pada 22 Oktober 2019].

Anda mungkin juga menyukai