Pendahuluan
Pengembangan profesionalsme masa kini bagi perawat dan bidan menjadi tantangan, dimana
mutu pelayanan yang tinggi akan menjadi tuntutan dari pelanggan. Peningkatan
profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui refleksi diskusi
kasus (RDK) sebagai suatu metoda baru yang diperkenalkan di Indonesia. Apabila
dilaksanakan secara rutin dan konsisten oleh kelompok masing-masing akan dapat
mendorong perawat dan bidan lebih memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan
yang dilakukan sehari-hari. Mempraktekkan RDK juga dapat dikatakan sebagai bagian “in-
service training” yang sangat efektif dan sangat efisien. Kesadaran akan kebutuhan untuk
berkembang adalah menjadi salah satu tanggung jawab perawat dan bidan terhadap dirinya
sendiri dan profesinya. Melalui peningkatan profesionalisme setiap anggota profesi akan
dapat pula meningkatkan kinerja perawat dan bidan sesuai standar dalam memberikan
pelayanan yang bermutu untuk memenuhi harapan masyarakat.
Pengertian
Refleksi diskusi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat
dan bidan yang mengacu kepada pemahaman terhadap standar.
Tujuan
Persyaratan
1
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji dan lainnya sebagai peserta.
3. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan atau
kebidanan yang menarik.
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya, agar
setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
peserta lainnya memperhatikan proses diskusi.
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
8. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis atau tertumpu
hanya pada cataan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam berdiskusi.
2
8. RDK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung ciri-ciri
pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.
3
2. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasen.
3. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir atau
berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut ditangani, hambatan apa saja
yang dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
4. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
5. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa
klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang harus anda
lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.
6. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan
serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada standar yang
relevan atau SOP yang berlaku.
7. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, atau
hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
8. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang pertama
dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari dari kasus
tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang dianggap dapat
memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi
dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.
4
5. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena
sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada diantaranya
yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan kesempatan bagi
semua anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau pengetahuan baru
dari proses diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
6. Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran
anda.
7. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah itu
anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses diskusi
kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada
akhir sesi tersebut.
8. Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi semua
peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa yang akan
datang.
Kesimpulan
Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metoda baru yang dapat menuntun perawat dan
bidan dalam satu kelompok diskusi, baik di rumah sakit maupun puskesmas untuk berbagi
pengetahuan serta pengalaman klinisnya yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses
diskusi yang berlangsung memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk
merefleksikan pengalaman serta kemampuannya , tanpa tekanan, bahkan terkondisi bahwa
setiap peserta saling mendukung, utamanya bagi perawat atau bidan yang tidak terbiasa atau
kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat.
Issue-issue yang muncul dapat menambah pengetahuan peserta dan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam perbaikan suatu SOP atau membuat yang baru bila diperlukan.
Selain itu issue yang muncul dapat dijadikan cermin dimasa yang akan datang tidak terulang
kembali. Pemahaman peserta terhadap standar maupun SOP yang semakin meningkat berarti
akan semakin meningkatkan profesionalisme mereka, sebagai landasan untuk melakukan
kinerja yang bermutu tinggi.
5
Referensi
6
BIMBINGAN (COACHING)
Pendahuluan
Pengertian
7
Tujuan
Kegiatan ini bertujuan agar peserta dapat :
1. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual.
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman pembelajaran
dengan bimbingan dan mengembangkan professional peserta.
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang diberikan
fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan peserta dalam
mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang.
4. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi permasalahan
yang dihadapi mereka.
Proses Bimbingan
Apabila pelatihan berdasarkan kompetensi digabungkan dengan prinsip belajar orang dewasa,
mastery learning, coaching dan humanistic, maka hasilnya akan sangat mengagumkan dan
merupakan metoda yang paling efektif untuk mengajarkan ketempilan teknis. Dengan
menggunakan pendekatan yang manusiawi maka dapat mengurangi ketegangan para peserta
dan memperkecil ketidaknyamanan klien. Oleh karena itu, pendekatan dalam coaching yang
lebih manusiawi adalah komponen yang penting untuk memperbaiki kualitas pelatihan
keterampilan klinik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan.
8
1. Mahir /proficient dalam keterampilan yang akan diajarkan
2. Mendorong peserta mempelajari keterampilan baru
3. Meningkatkan komunikasi terbuka (dua arah)
4. Memberikan umpan balik sesegera mungkin dengan cara antara lain :
Menggunakan humor yang tepat
Mengamati peserta dan mempertahankan tanda-tanda stress
Memberikan istirahat yang teratur selama sesi coaching
Mengadakan perubahan terhadap suasana coaching yang rutin
Memusatkan perhatian pada keberhasilan peserta dan bukan pada kegagalan
5. Gunakan metoda coaching dan alat bantu audiovisual yang bervariasi
Ceramah ilustrasi. Peragaan, curah pendapat, diskusi,
Latihan/exercise pemecahan masalah untuk kelompok kecil atau individu
Bermain peran
6. Melibatkan peserta sebanyak mungkin dalam merencanakan semua sesi sebelum
coaching dan memberi peserta jadual dan garis besar coaching, penugasan pekerjaan
rumah dan bahan-bahan, yang diperlukan.
Selain ciri-ciri diatas seorang fasilitator juga hendaknya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Bersifat sabar dan memberikan dukungan
Memberikan penghargaan dan dukungan yang positif
Memperbaiki kesalahan peserta sambil tetap memelihara harga diri peserta
Mendengar dan memperhatikan
Peran pembimbing yang efektif melibatkan semua peserta dan memberi mereka umpan balik
yang positif ,sementara fasilitator yang tidak efektif mengendalikan dan menolak
keterlibatan dan secara khusus gagal memberikan umpan balik yang positif.
Model Bimbingan
9
Model perilaku telah digunakan pada coaching di bidang industri dan telah berhasil dengan
baik. Elemen yang esensial dari strategi coaching dalam coaching klinik dapat diuraikan
dalam lima konsep yang membentuk akronim COACH. Setiap coaching klinis hendaknya
menyertakan elemen-elemen ini.
C= COMMUNICATION (KOMUNIKASI)
Komunikasi dua arah yang efektif antara peserta dan fasilitator merupakan factor
penting untuk memperoleh keterampilan awal dan dicapainya kompetensi
keterampilan.
10
Perbedaan pelatih yang efektif dan yang tidak efektif
Keuntungan Bimbingan
Untuk mengadakan suatu coaching tidaklah mudah karena banyak faktor yang harus
terlibat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah kepribadian yaitu kesesuaian dan
ketidak sesuaian antara bawahan dan atasan. Yang menjadi hambatan disini adalah :
11
Sering kali terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang dilibatkan baik dari segi
keterampilan maupun kegiatan.. Disamping itu kurangnya pemahaman tentang siapa yang
sesungguhnya bertanggung jawab dalam coaching, apa yang harus dilakukan , kapan dan
bagaimana melakukannya. Selain itu terdapat ketidak pastian mengenai seberapa banyak
penyuluhan, pengarahan dan dukungan sosio-emosional yang dibutuhan, apakah peserta siap,
dan bersedia menerima bantuan
12
Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima fasilitator. Kedua belah pihak harus
menganggap coaching sebagai proses meraih kemajuan dan peningkatan yang bertujuan
mengembangkan keterampilan dalam suatu lokasi kerja. Peserta yang menunjukkan sikap
kurang kemauan dan bekerja tidak sebagaimana mestinya dapat menyulitkan dalam proses
coaching.
Kurangnya motivasi
Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan untuk menciptakan lingkungan
bermotivasi bagi peserta. Oleh karenanya motivasipun lebih banyak ditumpukan pada
keinginan menguasai pengetahuan keterampilan baru dan mendapatkan kesempatan dalam
mengambil keputusan.
Melakukan kesalahan
Sekalipun orang tahu bahwa dari kesalahan kita dapat memetik suatu pelajaran namun
baik fasilitator maupun peserta takut melakukan dan mengakui kesalahan dan cenderung
menyembunyikannya rapat-rapat. Padahal seandainya kesalahan itu diakui lebih awal akan
lebih banyak waktu dan tenaga yang dapat diselamatkan . Membangun kepercayaan dalam
hubungan coaching akan menyingkirkan situasi seperti ini .
Kesimpulan
13
Dengan kata lain coaching membantu peserta untuk tumbuh dan berfikir bagi diri sendiri,
lebih percaya diri serta sekaligus mempunyai kepercayaan untuk menangani lebih banyak
tanggung jawab dan menghadapi tantangan yang lebih besar.
EVALUASI :
KEPUSTAKAAN
Thomas Angela M (1997) , Coaching for Staff Development, Penerbit Kanisius, 1997
Clinical Training Skills – Developing Clinical Skill
14
MODEL STUDI KASUS1 (DALAM MICRO TEACHING)
Langkah-langkah.
1. Pendahuluan
Pengajar menjelaskan tujuan pembelajaran
Pengajar menjelaskan skenario studi kasus
16
Pengajar membagikan studi kasus yang disiapkan secara tertulis
2. Kegiatan Inti
Setiap kelompok mendiskusikan kasus yang dikemukakan dan melakukan analisis
dengan melihat penyebab dan berbagai faktor yang terkait
Selanjutnya kelompok menyimpulkan masalah, mencari alternatif pemecahan dan
menetapkan pilihan
3. Penutup
Setiap kelompok mempresentasikan pemecahan masalah yang dipilih dan alasannya
Pengajar menyimpulkan hasil studi kasus dan membuat kesimpulan
17
Studi kasus yang sederhana mungkin hanya memerlukan 15-30 menit untuk
membahasnya, sedangkan studi kasus yang cukup rumit akan membutuhkan waktu
60 menit, bahkan lebih.
Cara penyajian studi kasus juga mempunyai implikasi waktu.
~ Studi kasus yang sudah dilengkapi dengan alternatif pemecahan masalah
mempunyai manfaat lebih yaitu akan membutuhkan waktu lebih pendek
dibandingkan dengan yang tidak.
~ Studi kasus yang tidak dilengkapi alternatif pemecahan masalah akan memberi
kesempatan lebih besar kepada peserta untuk menemukan sendiri “jawaban”
permasalahan.
~ Penggunaan studi kasus yang disebut “action maze” akan memerlukan waktu
lebih banyak.
8. Bentuk studi kasus ini dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban, setiap jawaban
kelompok akan diberi umpan balik oleh pengajar, sampai kelompok tersebut mengambil
keputusan yang menurut pengajar merupakan keputusan yang “benar”.
9. Keuntungan “action maze” adalah bahwa proses berpikir anggota secara wajar akan
diarahkan kepada “jawaban yang benar”.
18
b. Menentukan prosedur pemecahan masalah, bila dikehendaki disertai pula dengan
alternatif pemecahan masalahnya.
c. Menyiapkan tata kelas sesuai dengan kebutuhan untuk diskusi kelompok.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
a. Pendahuluan. Pada bagian ini pengajar: menjelaskan skenario studi kasus yang
mencakup prosedur kerja, waktu dan sebagainya. membagi peserta dalam kelompok.
b. Kegiatan Inti. Dalam kegiatan ini peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
mengidentifikasi fakta, konsep dalam kasus. menghubungkan berbagai informasi
dalam kasus. menyimpulkan permasalahan. mencari alternatif pemecahan.
menetapkan pilihan pemecahan terbaik. mempresentasikan hasil kelompok kepada
seluruh peserta. diikuti tanya-jawab dan penjelasan kelompok.
c. Penutup. Pengajar membuat kesimpulan tentang proses dan hasil studi kasus dan
kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
RAMBU-RAMBU PENERAPAN
Model studi kasus ini menekankan pada pentingnya “keterlibatan aktif” semua peserta.
Dengan demikian pengajar perlu memperhatikan agar semua peserta memberikan kontribusi,
dan proses belajar tidak didominasi oleh peserta-peserta tertentu.
Dalam membuat studi kasus, pengajar harus jelas dengan tujuan instruksional yang akan
dicapai. Studi kasus perlu memuat informasi yang lengkap agar tidak membingungkan
peserta yang membacanya dan tidak mengundang “tebakan-tebakan” yang tidak akurat.
Pada waktu melaksanakan model studi kasus pengajar perlu menjelaskan tujuan dan skenario
kerja, termasuk prosedur kerja dan hasil yang diharapkan. Kejelasan prosedur bagi peserta
akan berpengaruh pada kelancaran proses belajar.
19
Contoh Action Maze (Studi Kasus yang Terprogram) Tujuan Instruksional Dalam kasus ini
peserta diharapkan dapat mengidentifikasi prinsip pengambilan keputusan yang penting, yaitu
pentingnya memperoleh informasi yang lengkap untuk mengambil keputusan.
Skenario Setiap kelompok mendiskusikan masalah dan memutuskan alternatif pemecahan
masalah yang dipilih.
Berdasarkan alternatif yang dipilih, pengajar memberikan umpan balik tertulis yang
memuat konsekuensi alternatif yang dipilih untuk didiskusikan lebih lanjut oleh
kelompok. Demikian selanjutnya sampai kelompok memilih alternatif yang “tepat”.
Jawaban yang tepat adalah “B”, sebab dengan berbicara secara pribadi pimpinan akan
memperoleh informasi yang lengkap sebelum bertindak. Kasus Anda adalah pimpinan
Unit Keuangan di Perusahaan “Maju Jaya”. Pak Indro telah bekerja di unit Anda selama
hampir 7 tahun. Menurut kesan Anda, dia bukan karyawan yang dapat dibanggakan.
Beberapa kali dia bersikap menentang atasan, dan bahkan pernah dihukum tidak boleh
bekerja selama tiga hari karena berkelahi di cafetaria. Selama dua minggu terakhir ini dia
terlambat sampai lima kali, dan hari ini dia datang terlambat satu setengah jam.
Dalam hal ini, sebagai atasan Pak Indro, apa yang akan Anda lakukan? Sekali lagi
memberi kesempatan kepadanya untuk memperbaiki perilakunya, dengan demikian Pak
Indro Anda biarkan untuk memperbaiki perilakunya.
Mendiskusikan masalah tersebut dengan dia, karena itu Anda meminta dia untuk
menemui Anda pada waktu istirahat. Anda menemuinya di tempat Pak Indro bekerja
sewaktu dia datang dan mendiskusikan masalah keterlambatan tersebut dengannya.
Menghukum dia dengan cara tidak mengizinkan dia kerja hari itu, dengan konsekuensi
pemotongan gaji.
Konsekuensi Pilihan “A” Anda berharap Pak Indro akan berubah sikap. Sampai dengan
akhir minggu itu dia memang datang tepat waktu. Tetapi minggu berikutnya dia
terlambat lagi dua hari berturut-turut, bahkan hari terakhir minggu itu dia tidak masuk
tanpa izin. Setelah Anda check dengan rekan sekerjanya ternyata Pak Indro bertengkar
lagi dengan petugas cafetaria. Berdasarkan informasi ini apa yang akan Anda lakukan?
Anda boleh mempertimbangkan kembali pilihan-pilihan sebelumnya, dan memilih
pilihan B, C, atau D.
Konsekuensi Pilihan “B” Anda mengundang Pak Indro ke ruang kantor Anda untuk
membicarakan masalah keterlambatan tersebut secara pribadi. Dengan tenang Anda
bertanya kepada Pak Indro mengapa hari ini dia terlambat sampai satu setengah jam,
padahal sebagaimana telah dipahami oleh semua karyawan keterlambatan datang tidak
20
diinginkan di perusahaan. Anda perhatikan wajahnya memerah dan dia menundukkan
wajahnya. Anda merasa nampaknya ada sesuatu yang memberati hatinya. Setelah
beberapa saat Pak Indro menjelaskan bahwa dia harus ikut mengasuh anaknya yang
lumpuh karena polio, bergantian dengan istrinya yang harus berjualan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Di rumah itu tinggal juga mertuanya yang kondisinya tidak begitu
sehat. Pada saat-saat tertentu mertuanya jatuh sakit, sehingga dia harus mengawasi
keduanya. Kemarin dia sudah akan berangkat kerja agar tidak terlambat, tiba-tiba saja
anaknya minta digendong keluar untuk berjemur karena kakinya terasa ngilu. Terpaksa
dia menunggu anaknya untuk beberapa lama dan terlambat tiba di kantor.
Berdasarkan informasi ini tindakan apa yang akan Anda lakukan? Konsekuensi Pilihan
“C” Anda menegur Pak Indro tentang keterlambatannya. Sambil melirik rekan-rekan
kerjanya yang lain Pak Indro memperdengarkan suara marah, dan mengatakan bahwa
baru sekali ini terlambat mengapa dipersoalkan. Dia nampaknya menjadi tersinggung
dan mengatakan tidak ada gunanya bekerja tujuh tahun di perusahaan ini, karena toh
tidak dihargai. Rekan-rekan kerjanya yang lain pura-pura tidak mendengar apa yang
terjadi, beberapa di antaranya bahkan keluar ruangan.
Berdasarkan informasi ini apa yang akan Anda lakukan? Anda boleh mempertimbangkan
kembali pilihan-pilihan sebelumnya, dan memilih dari pilihan A, B, dan D. Konsekuensi
Pilihan “D” Ketika Anda menyampaikan kepada Pak Indro hukuman karena
keterlambatannya, dia hanya mengangkat bahu, dan dengan sedikit memencongkan
mulut ke arah Anda dia mengambil tasnya dan pergi. Anda menjadi heran melihat
kelakuan dia.
Tiga hari kemudian atasan Anda menyampaikan keluhan tertulis kepada Pak Indro. Yang
menjadi dasar keluhan Pak Indro adalah bahwa Anda sebagai atasan telah mencampuri
urusan pribadinya dan mempersulit usahanya untuk melaksanakan tugas sebagai ayah
seorang anak cacat yang membutuhkan perhatian. Berdasarkan informasi ini apa yang
akan Anda lakukan? Anda boleh mempertimbangkan alternatif yang diberikan
selanjutnya, dan memilih alternatif A, B, dan C.
LATIHAN
Anda ingin terampil mengajar dengan menggunakan model ini? Cobalah baca sekali lagi
bagian Bagaimana Menggunakan Model Studi Kasus lalu lakukan latihan dengan mengikuti
langkah-langkah yang telah ditentukan. Ulanglah sekali lagi bila Anda belum puas dengan
hasilnya.
21
Tugas Bagi Peserta Pelatihan Model
22
Tahap 2 Model atau pelaku diminta untuk menceritakan ilustrasi kasus yang sedang
dialaminya. Setiap peserta didik dipersilakan untuk bertanya langsung dalam bentuk dialog
interaktif kepada model atau pelaku untuk menggali informasi yang akan digunakan dalam
pemecahan kasus tersebut. Agar dialog interaktif berlangsung dengan lancar, maka pengajar
harus berperan sebagai moderator. Semua jawaban dari model atau pelaku dicatat oleh
moderator atau oleh salah satu peserta yang ditunjuk sebagai notulen. Apabila dirasakan perlu
, peserta diperkenankan untuk menggali kembali jawaban dari model atau pelaku .
Tahap 3 Pengajar menyimpulkan hasil dialog interaktif tersebut. Hubungkan dengan teori
atau pendapat pakar yang berhubungan dengan pemecahan kasus tersebut.
Catatan : Lakukan tugas yang diberikan dengan baik dan penuh kesungguhan. Atur keadaan
kelas sebaik mungkin untuk menunjang proses pembelajaran.
SUMBER RUJUKAN:
Atwi Suparman (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA-LAN Press.
Borich, G.D (1998). Effective Teaching Methods. Columbus: Merril Publishing Co.
Romiszowski, A.J (2008). Designing Instructional Systems. London : Kogan Page.
Soegito, Edi dan Yuliani Nurani ( 2003). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka
Yuliani Nurani, dkk (2003). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
23