Anda di halaman 1dari 7

NASKAH ROLEPLAY PUSKESMAS

Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan pertemuan (forum diskusi) berkala bagi perawat
Puskesmas untuk membahas masalah teknis Perkesmas dalam pemberian asuhan
keperawatan baik pada klien individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Dengan
dilakukannya Refleksi Diskusi Kasus secara berkala (contoh satu kali setiap minggu),
pemahaman serta keterampilan perawat dalam Perkesmas diharapkan meningkat (KMK
NO.279/2006).

KASUS 2b:
Puskesmas X di kecamatan Y kota Depok adalah Puskesmas non DTP dan merupakan UPT
dari Dinkes Kota Depok. Puskesmas X memiliki wilayah binaan sebanyak 2 kelurahan, yaitu
kelurahan Mekar dan Kelurahan Sari. Puskesmas X tidak memiliki Pustu. Di Puskesmas X
memiliki 3 perawat lulusan Ners dan 9 perawat lulusan D3 dengan masa kerja lebih dari 5
tahun. Program Perkesmas di Puskesmas X telah berjalan dan koordinatornya adalah seorang
Ners. Kegiatan Perkesmas yang dilakukan meliputi dalam dan luar gedung. Jam kerja di
Puskesmas adalah jam 07.30 – 12.00 di gedung Puskesmas, selanjutnya luar gedung jam
13.00 – 16.00, dan fleksibel sesuai kebutuhan.
• Kelurahan Mekar:
Terdiri dari 35.550 penduduk, dengan jumlah balita 4.560 yang tersebar dalam 8 RW.
Memiliki 10 UKBM Posyandu dan 6 UKBM Posbindu Lansia. Kelurahan Mekar memiliki
11 Sekolah Dasar, 2 SMP dan 1 Pondok Pesantren. Kelurahan ini memiliki 21 penderita
TB Aktif, 5 balita mengalami BGM.

• Kelurahan Sari :
Terdiri dari 25.450 penduduk, dengan jumlah balita 3.610 yang tersebar dalam 5 RW.
Memiliki 7 UKBM Posyandu dan 3 UKBM Posbindu Lansia. Kelurahan Sari memiliki 12
Sekolah Dasar, 1 SMP dan 1 SMA. Kelurahan ini memiliki 17 penderita TB Aktif, 7 balita
mengalami BGM.
Berdasarkan kasus tersebut, yang akan dijadikan kasus atau topik dalam Refleksi Diskusi
Kasus (RDK) adalah kelurahan Mekar:
1. Dari 10 posyandu terdapat 5 Posyandu dengan cakupan D/S (Datang Persasaran) di
bawah atau kurang dari 60%.
2. Dari 6 Posbindu hanya 4 yang aktif.
3. Dari 21 penderita TB aktif terdapat 5 orang penderita tidak berobat secara teratur
4. 5 balita yang mengalami BGM jarang datang ke Posyandu

Kegiatan RDK
Fasilitator : Koordinator Perkesmas : Ners X (Titis Ariyani)
Penyaji : PJ darbin (daerah binaan) Mekar : Ners Y (Edi Rohendi)
Peserta : Ners Z (Eva Yulianti)
Perawat A dan B (Inayah & Romaully S)

Peran Fasilitator, Penyaji dan Peserta atau anggota (Hennessy, 2008):


A. Peran Fasilitator

1. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang


2. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk merefleksikan
pengalaman klinis masing-masing.
3. Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
4. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
5. Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 – 20 menit.
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
secara bergilir selama 30 menit.
7. Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan klarifikasi
bila ada yang tidak jelas.
8. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
9. Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang bisa
dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua peserta lainnya
satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan pendapatnya.
10. Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
11. Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, isu-isu yang muncul, termasuk
meminta tanda tangan semua peserta.
12. Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya.
13. Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
14. Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

B. Peran Penyaji
1. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami atau
pernah terlibat didalam perawatannya.
2. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiakan identitas pasien.
3. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir atau
berefleksi ulang tentang bagaimana pasien tersebut ditangani, hambatan apa saja
yang dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
4. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
5. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa
klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang harus anda
lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.
6. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan
serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada standar yang
relevan atau SOP yang berlaku.
7. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, atau
hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
8. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang pertama
dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari dari kasus
tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang dianggap dapat
memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi
dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.

C. Peran Anggota/Peserta
1. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut , setiap peserta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas-luasnya
diberikan untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
2. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP yang
berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam menangani kasus
semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
3. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung atau
memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasien itu harus dilakukan.
4. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang berbeda ,
tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda dilarang keras
untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi kepada penyaji
apakah dia telah memikirkan cara lain seperti apa yang anda pikirkan.
5. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena
sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada diantaranya
yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan kesempatan bagi
semua anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari
proses diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
6. Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran anda.
7. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah itu
anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses diskusi kasus
tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada akhir
sesi tersebut..
8. Kesimpulan tentang isu-isu yang muncul dapat dijadikan cermin bagi semua peserta,
agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa yang akan datang.

NASKAH ROLEPLAY

Fasilitator : Assalamu’alaikum wr.wb. Selamat siang bapak dan ibu. Selamat datang dan
terima kasih sudah bersedia hadir. Pada hari ini kita akan mengadakan RDK
yang bertujuan untuk diskusi dan sharing pengalaman masing-masing
berdasarkan masalah yang ada di Kelurahan Mekar. Kegiatan diawali dengan
penyajian kasus di Kelurahan Mekar oleh PJ daerah binaannya yaitu Ns Edi,
kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan kesimpulan. Sebelum dimulai,
kita kontrak waktu dulu ya teman-teman.. Kegiatan RDK akan dilaksanakan
kurang lebih selama 1 jam, yang terdiri dari : pembukaan 5 menit, penyajian
15 menit, diskusi 30 menit, kesimpulan dan penutup 10 menit. Apakah
teman-teman setuju?

Peserta : Setujuuuuu
Fasilitator : Baiklah kalau begitu kita mulai ya teman-teman... silahkan kepada Ners Edi
untuk mempresentasikan kasusnya.
Penyaji : Assalamualaikum Wr. Wb. Terima kasih kepada Fasilitator dan
teman–teman yang lain atas waktu dan kesempatannya serta telah
meluangkan waktu untuk bersama-sama hadir dalam kegiatan RDK ini.
Baiklah saya akan mempresentasikan kasus yang ada dikelurahan Mekar
(Presentasi dalam bentuk PPT).
Fasilitator : Demikian presentasi kasus yang ada di Kelurahan Mekar. Kepada
Audiens apakah ada pertanyaan, masukan atau ada hal-hal yang ingin
diperjelas?

Ners Eva : Terimakasih atas kesempatannya. Saya ingin klarifikasi apakah data yang
disampaikan sudah di validasi?

Ners Edi : Sudah Bu Eva, bahkan datanya saya bawa hari seperti register bayi dan
balita, formulir TB 01 dan TB 03 dan register posbindu. Saya juga sudah
melakukan validasi ke masing-masing ketua RW setempat
Romaully : Menurut Ners Edi kira-kira apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah
tersebut?

Ners Edi :
1. Untuk masalah cakupan D/S di posyandu yang rendah serta balita BGM
yang jarang datang ke Posyandu, kemungkinan disebabkan oleh
beberapa hal yaitu : ada beberapa ibu bayi/balita tidak mengetahui
jadwal posyandu, kurangnya kesadaran tentang pentingnya posyandu,
pengumuman adanya posyandu dari musholla kurang terdengar.
2. Untuk masalah posbindu menurut saya karena kurangnyu sosialisasi
tentang manfaat dan jadwal posbindu
3. Untuk permasalahan ketidakteraturan berobat pada klien TB paru aktif
disebabkan karena kurangnya kesadaran dan motivasi.

Fasilitator : Baiklah ibu dan bapak... apakah ada yang ingin memberikan saran atau
masukan sesuai dengan pengalamannya mengelola daerah binaan?

Ners Eva : Saya akan mencoba memberikan alternatif solusi untuk masalah
Posyandu. Berdasarkan pengalaman kami di kelurahan Sari ada beberapa
strategi yang kami terapkan agar cakupan D/S meningkat yaitu dengan
cara sebagai berikut : penyuluhan tentang posyandu bekerja sama dengan
kader dan tokoh masyarakat setempat (toma) seperti pada pengajian rutin,
arisan RT, dan lain-lain. Pengumuman posyandu dilakukan pada H-1
dengan cara kader berkeliling door to door untuk mengingatkan jadwal
posyandu dan pada hari H bekerja sama dengan RT setempat untuk
mengumumkan kegiatan posyandu melalui pengeras suara yang ada di
wilayah tersebut. Selain itu kami mengadakan arisan di posyandu dan juga
menyediakan PMT.

Fasilitator : Terimakasih masukannya Bu Eva.. Bagaiman teman-teman yang lain


apakah ada masukan atau pertanyaan?

Inayah : Untuk masalah TB paru aktif yang tidak teratur berobat bagaiman kalau
dilakukan kunjungan rumah dan pendekatan asuhan keperawatan individu
dan keluarga
Romaully : Untuk balita BGM juga bagaimana kalau dilakukan kunjungan rumah
karena penanganan balita BGM harus secara komprehensif agar tidak
menjadi gizi buruk.
Fasilitator : Iya saya setuju...terimakasih masukannya teman-teman... kunjungan
rumah bemanfaat untuk memotivasi klien juga dapat memandirikan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Jangan lupa
bekerjasama dengan pengelola program gizi, TB paru dan promkes ya
teman-teman...

Inayah : Oya teman-teman apakah program yang akan dilaksanakan sudah


dimasukkan dalam rencana usulan kegiatan (RUK)?

Fasilitator : Sebenarnya untuk penyuluhan dan kunjungan rumah sudah ada dalam
POA kita, mungkin hanya perlu modifikasi secara teknis saja...bagaimana
masih ada yang ingin didiskusikan?

Audiens : Kami rasa sudah cukup

Fasilitator : Baiklah...dengan demikian kegiatan RDK pada hari ini selesai. Semua
pertanyaan dan masukan sudah didokumentasikan. Jangan lupa untuk
pertemuan selanjutnya minggu pertama Bulan Mei 2016 yang akan
membahas asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru,
dipresentasikan oleh PJ darbin Kelurahan Sari kurang lebih selama 60
menit. Terimakasih atas partisipasinya...semoga pertemuan ini dapat
menjadi media untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Assalamu’alaikum wr wb...

Referensi :

Hennessy, D. (2008). Clinical Performance and Development Management System (tidak di


publikasikan).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 279/MENKES/SK/IV/2006 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai