Oleh :
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Konsep Teoritis Penjaminan Mutu
dan Praktek Keperawatan Berbasis Bukti”, dan penulis sangat berharap semoga dengan
adanya makalah ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas
wawasan ilmu yang penulis miliki.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat:
1.Ibu Suratiah, S.Kep., Ners, M. Biomed selaku dosen pembimbing mata kuliah
Promsi Kesehatanyang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
2.Semua teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu.
3.Serta kepada lain-lain seperti perpustakaan dan internet yang membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari
semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam paper kami, yaitu:
1. Bagaimana konsep teoritis penjaminan mutu?
2. Bagaimana peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu?
3. Bagaimana kualitas pelayanan (TQM)?
4. Bagaimana penilaian kinerja perawat?
5. Bagaimana konsep teoritis praktek keperawatan berbasis bukti
(EVIDENCE BASED PRATICE)?
6. Bagaimana konsep POA?
7. Bagaimana konsep Evidence Based Pratice?
2
2. Manfaat Praktis
Bagi Dosen
Manfaat makalah ini dapat mengembangkan kualitas pembelajaran
menjadi lebih menarik, dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan
baik yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara matang, dapat
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh mahasiswa
pada pembelajaran juga dapat menciptakan kreativitas dan inovasi-inovasi
dalam pembelajaran salah satunya dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran.
Bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi siswa dapat meningkatkan semangat dan
motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan pendekatan
pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar yang bermakna dan tidak membuat mahasiswa jenuh. Selain itu
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam memahami materi
khususnya materi-materi yang terdapat dalam pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
masalah terkait dengan penerapan disiplin dan etik keperawatan serta
meningkatakan mutu pelayanan keperawatan.
Peran komite keperawatan dalam pengawasan mutu adalah sebagai berikut:
1. Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi keperawatan melalui
kegitan terorganisasi.
2. Mempertahankan pelayanan keperawatan berkualitas dan aman bagi pasien.
3. Menjamin tersedianya perawat yang kompeten, etis sesuai dengan
kewenangannya.
4. Menyelesaikan masalah keperawatan yang terkait dengan disiplin, etik dan
moral perawat.
5. Melakukan kajian berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan.
6. Menjamin diterapkannya standar praktik, asuhan dan prosedur
keperawatan.
7. Membangun dan membina hubungan kerja tim di dalam rumah sakit.
8. Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ide – ide
baru.
9. Mengkomunikasikan, mendidik, negosiasi dan merekomendasikan hasil
kinerja perawat untuk pengembangan karir.
6
d. Assurance
Assurance adalah jaminan dan kepastian yang diperoleh dari sikap
sopan santun karyawan, komunikasi yang baik, dan pengetahuan yang
dimiliki, sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya pelanggan.
e. Empati
Empati adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi
kepada pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen
secara akurat dan spesifik.
8
Selama ini Deming dikenal sebagai Bapak gerakan TQM. Deming
mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi kualitas di Jepang, yaitu
dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan
pengendalian proses statistic (statistical process control = SPC). Deming
menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat membedakan
penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Ia
berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang
tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri.
Siklus Deming (Deming Cycle), Siklus ini dikembangkan untuk
menghubungkan antara operasi dengan kebutuhan pelanggan dan
memfokuskan sumber daya semua bagian dalam perusahaan (riset,
desain, operasi, dan pemasaran) secara terpadu dan sinergi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan (Ross, 1994: 237). Siklus Deming
adalah model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh
W. Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara
berurutan yang dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act)
10
penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka baru disadari besar sekali
nilainya. Orang sering terjebak dengan nilai persentase, sehingga Crosby
mengajukan konsep kerusakan nol, yang menurutnya dapat tercapai bila
perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak pertama proses dan
setiap proses.
12
pengkajian, diagmosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
1. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
b.Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:
1. Status kesehatan klien masa lalu
2. Status kesehatan klien saat ini
3. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
4. Respon terhadap terapi
5. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
6. Resiko-resiko tinggi masalah
d.Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (lengkap, akurat,
relevan, dan baru )
13
c. Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan
data terbaru.
14
5. Standar V: Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukut
perkembangan ke arah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
16
2) Kriteria Planning of Action (POA) yang Baik
Dalam penerapannya, Plan of Action (POA) harus baik dan
efektif agar kegiatan program yang direncanakan dapat dijalankan sesuai
dengan tujuan. Berikut ini beberapa kriteria Plan of Acton (POA)
dikatakan baik, antara lain:
1. Spesific (Spesifik)
Rencana kegiatan harus spesifik dan berkaitan dengan keadaan
yang ingin dirubah. Rencana kegiatan perlu penjelasan secara pasti
berapa Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan, siapa saja
mereka, bagaimana dan kapan mengkomunikasikannya.
2. Measurable (Terukur)
Rencana kegiatan harus dapat menunjukkan apa yang
sesungguhnya telah dicapai.
3. Attainable/achievable (dapat dicapai)
Rencana kegiatan harus dapat dicapai dengan biaya yang masuk
akal. Ini berarti bahwa rencana tersebut harus sederhana tetapi efektif,
tidak harus membutuhkan anggaran yang besar. Selain itu teknik dan
metode yang digunakan juga harus yang sesuai untuk bisa dilakukan.
4. Relevant (sesuai)
Rencana kegiatan harus sesuai dan bisa diterapkan di suatu
organisasi atau di suatu wilayah yang ingin di intervensi. Harus sesuai
dengan pegawai atau masyarakat di wilayah tersebut.
5. Timely (sesuai waktu)
Rencana kegiatan harus merupakan sesuatu yang dibutuhkan
sekarang atau sesuatu yang segera dibutuhkan. Jadi waktu yang sesuai
sangat diperlukan dalam rencana kegiatan agar kegiatan dapat berjalan
efektif.
17
3) Langkah Planning of Action (POA)
1. Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah (Diagram 6 kata:
What, Who, When, Where, Why, How), sebagai berikut:
a. Masalah apa yang terjadi?
b. Dimana masalah tersebut terjadi?
c. Kapan masalah tersebut terjadi?
d. Siapa yang mengalami masalah tersebut?
e. Mengapa msalah tersebut terjadi?
f. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
2. Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bisa
dilakukan.
3. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun Plan of Action atau Rencana Usulan
Kegiatan (RUK), antara lain:
a. Pembahasan Ulang Masalah
Setelah menentukan masalah dan melakukan analisis penyebab masalah,
dapat dilihat keadaan atau situasi yang ada saat ini dan mencoba
menggambarkan keadaan tersebut nantinya sesuai dengan yang diharapkan.
b. Perumusan Tujuan Umum
Dengan melihat situasi yang ada saat ini dengan gambaran situasi yang
diharapkan nantinya dan juga atas dasar tujan umum pembangunan
kesehatan, maka dapat dirumuskan tujuan umum program atau kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Tujuan umum adalah suatu pernyataan yang bersifat umum dan luas yang
menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang diharapkan.
c. Perumusan Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan pernyataan yang bersifat spesifik, dapat diukur
(kuantitatif) dengan batas waktu pencapaian untuk mencapai tujuan umum.
Bentuk pernyataan dalam tujuan khusus sifatnya positif, merupakan
keadaan yang diinginkan. Penentuan indikator tujuan khusus program dapat
18
menggunakan kriteria SMARTS (Smart, Measurable, Attainable, Realistic,
Time-bound, Sustainable)
d. Penentuan Kriteria Keberhasilan
Penentuan kriteria keberhasilan atau biasa disebut indikator keberhasilan
dari suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi tahu seberapa
jauh program atau kegiatan yang direncanakan tersebut berhasil atau
tercapai. Menentukan kriteria atau indikator keberhasilan disesuaikan
dengan tujuan khusus yang telah ditentukan.
20
b. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger
bisa berupa knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada
menjadi prioritas organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam
penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang
ada.Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji
coba dan hasilnya harus dievaluasi dan didiseminasikan.
c. Model konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang
terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : kritikal analisis evidence
Tahap 4 : design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan
Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing
ke lahan paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada,
kevalidan dan kereliabilitasan metode yang digunakan, serta penggunaan
nomenklatur yang standar.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar
mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga
konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh
kepuasan. Khusus Pelayanan Kesehatan Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten dan berkelanjutan,
sehingga stakeholders memperoleh kepuasan. (Suryadi,2009)
Ada sepuluh indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu:
angka infeksi nosokomial, angka kejadian klien jatuh/kecelakaan, tingkat
kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan, tingkat kepuasan klien
terhadap pengelolaan nyeri dan kenyamanan, tingkat kepuasan klien
terhadap informasi/pendidikan kesehatan, tingkat kepuasan klien terhadap
asuhan keprawatan, upaya mempertahankan integritas kulit, tingkat
kepuasan perawat, kombinasi kerja antara perawat profesional dan non
profesional, dan total jam asuhan keperawatan per klien per hari (Marquis
& Huston, 1998).
Planning of Action (POA) atau disebut juga Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai
sasaran kegiatan. Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan
bukti-bukti terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna
pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptono, F & Anastasia, D. 2003. Total Quality Manajemen Edisi kedua. Jakarta :
Andi Offset
24