Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa acuan atau referensi

dari penelitian-penelitian terdahulu yang serupa dan memiliki beberapa

persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis, berikut adalah

referensi yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini :

Nama Judul penelitian Rumusan Simpulan Penelitian


Penelitian Masalah
Ahmad Faizal Penanggulangan 1. Apa sajaBerdasarkan hasil
Rusdianto Tindak Pidana kendala yang penelitian dapat
Peredaran Obat dihadapi Saruan disimpulkan antara lain
Keras ( Daftar Reserse Narkoba sebagai berikut :
G) Jenis Polres lamongan 1. Kendala yang dihadapi
Carnophen di dalam Satuan Reserse Narkoba
Kalangan menanggulangi Polres Lamongan dalam
Nelayan tindak pidana menanggulangi tindak
peredaran obat pidana peredaran obat
keras (daftar G) keras (daftar G) jenis
jenis Carnophen di kalangan
nelayan, dibagi menjadi
Carnophen di dua kendala antara lain:
kalangan a. Kendala internal
nelayan ? meliputi terbatasnya
2. Bagaimana jumlah personil Satuan
upaya Satuan Reserse Narkoba
Reserse Narkoba PolresLamongan di dalam
Polres Lamongan melakukan operasi
untuk penangkapan pelaku
menanggulangi pengedar, minimnya
tindak pidana obat anggaran dana, serta
keras (daftar G) terbatasnya sarana dan
jenis prasarana khususnya
Carnophen di penyediaan ruang penjara
kalangan bagi pelaku pengedar
nelayan ? yang jumlahnya terbatas
b. Kendal
eksternalmeliputi kendala
oleh kurangnya

10

Penanggulangan Penyalahgunaan Peredaran…, Noni Damara, Fakultas Hukum UMP, 2019


pemahaman hukum oleh
masyarakat, jaraklokasi
target operasi jauh hal ini
menyebabkan
Satresnarkoba Polres
Lamongan kehilangan
jejak penangkapan
pelaku, sulitnya
mengungkap jaringan
pelaku pengedar (bandar)
untuk mengembangkan
kasus sampai ke rantai
atas dikarenakan jaringan
antara pelaku pengedar
nantinya akan
mengulangi lagi
perbuatan tindak
pidana tersebut. Dan tidak
jera dengan hukuman
yang telah diberikan.
2. Upaya eksternal yang
dilakukan untuk
menghadapi kendala
eksternal dilaukan dengan
cara pemasangan
baliho/spanduk
himbauan, melakukan
sosialisasi kegiatan
pembinaan penyuluhan
hukum yang ditunjukan
kepada nelayan yang
tergantungan obat tentang
bahaya pil Carnophen,
dan berkerjasama dengan
polsek sekitar dalam
melakukan tindaklanjut
terhadap informasi atau
laporan yang diberikan
oleh masyarakat, dan
menjalin kerjasama dan
koordinasi antar wilayah
yang baik dengan
Setresnarkoba
PolresTuban, serta upaya
terhadap putusan
pengadilanyang ringan
dilakukan dengan cara
melakukan koordinasi
kepala aparat pnengak
hukum yang lain
Kejaksaan, Pengadilan

11
Negeri Lamongan dalam
pemberian putusan serta
upaya melakukan revisi
Undang-Undang
yangditujukan kepada
pemerintah.
Dana Efektivitas 1. Bagaimana Berdasarkan hasil
Kurniawan Penerapan efektivitas penelitian dan
Sanksi Pidana pelaksanaan pembahasan, dapat
Sesuai sanksi pidana disimpulkan antara lain
Undang-Undang terhadap pelaku sebagai berikut :
No. 35 Tahun tindak pidana 1.Berdasarkan penelitian
2009 Tentang penyalahgunaan di Kabupaten Purbalingga
Narkotika Dalam narkotika sebagai bahwa UU Narkotika
Tindak Pidana pengguna di kurang efektif, diketahui
Penyalahgunaan Kabupaten dari data Setres Narkoba
Narkotika di Purbalingga ? Purbalingga setelah
Kabupaten 2. Upaya-upaya diundangkan UU No. 35
Purbalingga apa saja yang tahun 2009 tidak efektif
dilakukan oleh karena adanya pasal 112
BNNK sebagai pasal keranjang
Purbalingga dan sampah yang bisa
Polres menjerat pengguna untuk
Purbalingga dalam di pidana yang pada
menekan kenyataanpidana tidak
angka memberikan efek jera hal
tindakpidana ini yang menyebabkan
penyalahgunaan tindak pidana
narkotika di penyalahgunaan
Kabupaten narkotika masih tinggi di
purbalingga ? kabupaten Purbalingga.
2. Upaya yang dilakukan
oleh BNNK Purbalingga
dan PolresPurbalingga
yaitu dengan membentuk
Tim Asesmen Terpadu
(TAT),Asesmendilakukan
oleh Tim Asesmen
terpadu yang terdiri dari
atas :
a.Tim Hukum
Bertugas melakukan
analisis dalam kaitan
peredaran gelap narkotika
dan prekrusor narkotika
seta penyalahgunaan
narkotika ( Pasal 9
Peraturan Bersama)
b. Tim Dokter
Bertugas melakukan

12
asesmen dan analisis
medis, psikososial serta
merekomendasi rencana
terapi dan rehabilitasi
penyalahgunaan
narkotika ( Pasal 9
Peraturan Bersama )
Priyo Handoko Upaya 1. Bagaimana Upaya penanggulangan
Kepolisian upaya kepolisian kejahatan narkotika dan
Dalam Resort psikotropika dilakukan
Menanggulangi Purbalingga dalam dengan dua jalur, yaitu :
Peredaran menenggulangi a. Penegakan hukum
Narkotika Dan Peredaran secara represif terhadap
Psikotropika narkotika dan tindak pidana narkotika
Pada Kaum psikotropika pada dan psikotropika di
Remaja di kaum remaja di Kabupaten Purbalingga.
Kabupaten kabupaten Upaya yang dilakukan
Purbalingga Purbalingga? antara lain dengan
2. kendala apa saja melakukan penyelidikan,
yang penyidikan,
dihadapikepolisian penangkapan,penahanan,
Resort penggeledehan, penyitaan
purbalingga dalam sampai pada penyerahan
menanggulangi berkas perkara ke
Peredaran Kejaksaan
Narkotika dan b.Upaya penanggulangan
Psikotropika pada atau pencegahan
kaum remaja kejahatan denganupaya
diKabupaten non-penal terhadap tindak
Purbalingga ? pidana narkotika dan
psikotropika di
Kabupaten
Purbalinggadilakukan
olehbagianBinamitra
Polres Purbalingga, upaya
yang dilakukan berupa
penyuluhan hukum
sebagai upaya non-penal
sebelum terjadi tindak
pidana serta pembinaan
terhadap pelaku tindak
pidana sebagi upaya
setelah terjadi tindak
pidana.

Dari penelitian diatas mempunyai persamaan dan perbedaan yaitu :

13
1. Ahmad Faizal Rusdianto melakukan penelitian tentang peredaran obat

keras daftar G. Penelitian yang akan diteliti sama membahas tentang

peredaran obat keras daftar G. Perbedaan dalam penelitian penulisan

tentang Obat daftar G jenis Tramadol sedangkan penelitian dari terdahulu

membahas obat daftar G jenis Carnophen.

2. Perbedaan dari penelitian terdahulu yang kedua Dana Kurniawan

penelitian yang diatas membahas narkoba secara luas. Sedangkan dalam

penelitian yang akan diteliti hanya membahas tentang obat-obat berbahaya

yaitu seperti obat daftar G (Gevaarlijk) yang telah disalahgunakan oleh

remaja sehingga membuat halusinasi. Persamaan dari peneliti terdahulu

dan penelitian yang dilakukan yaitu lokasi tempat penelitian di Polres dan

BNN kabupaten.

3. Perbedan dari penelitian Priyo Handoko yang diatas membahas narkoba

dan psikotropika dan dalam penelitian penulis hanya membahas obat keras

yang disalahgunakan oleh remaja. Dan persamaan di dalam rumusan

masalah hampir sama.

2. Landasan Teori

a. Tinjauan Umum Tentang Obat

Pengertian Obat itu sendiri adalah bahan atau paduan bahan,

termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka

penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

14
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia, hal ini diperjelas di dalam

pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan.11

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk

peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan

distribusi yang terdiri dari:

1. obat bebas, Dalam golongan obat bebas, unsur zat aktif yang

terkandung dalam obat ini relatif aman sehingga pemakaiannya tidak

memerlukan pengawasan tenaga kesehatan selama dminum sesuain

petunjuk yang tertera pada kemasan obat. 12


Obat bebas ditandai

dengan dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna

hitam.

2. obat bebas terbatas, adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan

disertai dengan tanda peringatan.

3. obat keras, Golongan obat keras sering juga disebut dengan obat

daftar G (dari kata gevaarlijk yang berarti berbahaya) hanya dapat

diserahkan oleh apotek atas dasar resep dokter. Ketentuan tersebut

bertujuan untuk mencegah penggunaan yang salah ataupun

penyalahgunaan obat dari golongan ini.

4. Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif

11
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

12
Syamsuni, 2007, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hlm. 17.
15
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku. dan narkotika yang diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44

949/Menkes/Per/VI/2000. Berdasarkan Peraturan tersebut.13

Dengan dikeluarkannya Kepmenkes Nomor 347 Tahun 1990

tentang Obat Wajib Apotik, beberapa obat keras diperbolehkan untuk

diserahkan oleh Apoteker di Apotek tanpa resep. Namun untuk obat keras

yang tidak masuk dalam daftar Obat Wajib Apotek penyerahannya harus
14
tetap berdasarkan resep. Obat daftar G dengan ditandai adanya

lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K yang

menyentuh garis tepi. Peraturan yang mendasari tentang obat daftar G

adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 02396/A/SK/VIII/1989 obat

daftar G adalah obat keras, yaitu semua obat yang pada bungkus luarnya

oleh si pembuat disebutkan, bahwa obat hanya boleh diserahkan dengan

resep dokter.15

Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

02396/A/SK/VIII/1989yang terdiri dari 6 ayat dijelaskan bahwa:

(1) Tanda Khusus adalah tanda berupa warna dengan bentuk tertentu
yang harus tertera secara jelas pada etiket dan bungkus luar obat jadi,
sehingga penggolongan obat jadi tersebut dapat segera dikenali.

13
Damayanti Linda, Penggolongan Obat Menurut UU Farmasi,
http://damayantilinda.blogspot.com/2011/12/penggolongan-obat-menurut-uu-farmasi_08.html (4 Desember
2018)

14
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotik

Yustina Sri Hartini dan Sulasmono, 2010, Apotek Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-Undangan
15

Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek Rakyat Edisi Revisi Cetakan Ketiga,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, hlm. 71

16
(2) Wadah adalah kemasan terkecil yang berhubungan langsung dengan
obat jadi.
(3) Etiket adalah penandaan yang harus dicantumkan pada wadah atau
kemasan terkecil sesuai ketentuan mengenai pembungkusan dan
penandaan obat.
(4) Bungkus luar adalah kertas atau pembungkus lainnya yang
membungkus wajah.
(5) Penggolongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan lalu lintas obat dengan membedakannya atas narkotika,
psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas.
(6) Kemasan terkecil adalah kemasan yang dimaksudkan untuk dapat
dijual secara lepas kepada konsumen yang memenuhi
ketentuan’mengenai penandaan.
Jadi sesuai dengan pernyataan diatas obat daftar G termasuk

golongan Psikotropika, merupakan obat yang dalam penggunaannya

harus dengan resep dokter. Khusus untuk golongan psikotropika dan

narkotika penyerahannya dalam resep dengan jumlah yang tidak banyak,

jadi tidak boleh dibuatkan copy resep untuk bisa dibeli lagi. Ternyata

masih banyak dijumpai obat daftar G yang dijual secara bebas. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya kasus yang sering muncul di berita yang

sering ditemukan penyalahgunaan obat daftar G ini.16

b. Tinjauan tentang Obat Tramadol

Obat tramadol adalah obat yang mungkin akan menimbulkan

reaksi kecanduan, terutama jika sudah digunakan secara rutin dalam

jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi, Obat tramadol ini

mengandung Cyclohexanol Hydrochloride. Pada kasus seperti ini, gejala

kecanduan (seperti kelelahan, mata berair, hidung ingusan, mual,

berkeringat, nyeri otot) dapat muncul jika seseorang tiba-tiba

menghentikan penggunaan

16
http://www.artikelfarmasi.com/2107/05/obat-obat-daftar-g.html
17
obat ini17. Dan efek saat minum obat tramadol antara lain: halusinasi,

pusing, ruangan berputar,limbung, mengantuk. Obat ini dinamakan obat

keras karena kalau digunakan secara sembarangan bisa membahayakan,

meracuni tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian. Obat daftar “G”

yang sering disalahgunakan diantaranya adalah :

1) Tramadol, tramadol adalah obat pereda sakit yang sangat kuat yang

digunakan untuk menangani rasa sakit tingkat sedang sampai berat.

Misalnya rasa nyeri setelah operasi. Tramadol mempengaruhi

reaksi kimia di otak dan sistem saraf yang pada akhirnya

mengurangi sensi rasa sakit.

2) Trihexyphenidyl (THD) atau yang dikenal dengan trihex adalah

obat untuk penyakit parkinson yang merupakan penyakin

penurunan fungsi syaraf yang berkembang terus menerus yang

umumnya terjadi pada orang lanjut usia, di atas 50 tahun. Obat ini

digunakan untuk mengatasi gangguan gerakan yang tidak normal

dan tidak terkendali. Efek samping yang ditimbulkan seperti mual,

rasa gelish meningkat, gangguan penglihatan, mulut kering dan

insomnia.

3) Samadril / Carisoprosdol. Merupakan jenis obat penghilang rasa

nyeri serta rematik pada tulang bahkan dapat meredam gangguan

pernafasan pada penyakit asma. Tidak disalahgunakan pun jika

obat ini digunakan secara berlebihan pada penderita dapat

menyebabkan kerusakan otak.

17
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/obat/tramadol/amp/
18

Penanggulangan Penyalahgunaan Peredaran…, Noni Damara, Fakultas Hukum UMP, 2019


Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa

resep Dokter oleh apoteker di Apotek.18 Obat keras (dulu disebut obat

daftar G = Gevaarlijk berbahaya ) pengertian obat keras adalah obat-obat

yang ditetepkan sebagai berikut :

a)Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan

bahwa oleh itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

b)Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyat-nyata untuk

dipergunakan secara parenteral.

c)Semua obat baru, terkecuali apabila oleh departemen kesehatan telah

dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan

kesehatan manusia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran bulat

warna merah dan gari tepi berwarna hitam serta huruf K besar yang

menyentuh garis tepi.19 Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini

adalah antibiotik (tetraciclin, penicillin, dan sebagainya), serta obat-

obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang

dan lain-lain). Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai

sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah

penyakit atau menyebabkan kematian. Obat-obat ini sama dengan

narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan. Obat-obat ini

mulai dari

18
Moh. Anif,2010,” Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek”, Yogyakarta : Gadja Mada University.hlm. 13

19
Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras
pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh

pemerintah dan hanya diserahkan oleh apotik atas resep dokter. Tiap

bulan apotik wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya kepada

pemerintah.20

c. Pengertian Pencegahan secara umum

Pencegahan adalah semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan

untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan (antisipatif).

Dengan pencegahan ini memungkinkan seseorang mempunyai ketahanan

diri untuk menciptakan dan memperkuat lingkungannya guna

mengurangi atau menghilangkan semua resiko terjadi sesuatu.

Pencegahan penyalahgunaan obat adalah segala upaya dan

tindakan untuk menghindarkan orang memulai penggunaan obat,

pencegahan meliputi :

1) Pendewasaan kepribadian

2) Peningkatan harga diri dan rasa percaya diri

3) Peningkatan kemampuan mengatasi maslah

4) Peningkatan kesehatan dan budaya hidup sehat baik fisik maupun

mental

(a) Tujuan Pencegahan :

a) Membantu seseorang untuk meningkatkan kemampuan menolak

tekanan untuk menyalahgunakan obat.

20
Bulqis Latifah, 2016. “Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana pengedaran sediaan farmasi tanpa Izin Edar
(Study Kasus Putusan Nomor 852/Pid.B/2015/Pn.Mks)”Makasar: Fak. Hukum Universitas Hasanuddin.hlm.
25-26

20

Penanggulangan Penyalahgunaan Peredaran…, Noni Damara, Fakultas Hukum UMP, 2019


b) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakt dan

keluarga tentang bahaya penyalahgunaan obat dan

pencegahannya.

c) Meningkatkan peran serta masyarakat dan keluarga dalam

penanggulangan dan pencegahan masalah obat.

(b) Metode pencegahan

Metode pencegahan yang paling mender dan efektif adalah

promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata adalah

represif. Upaya manusiawi adalah kuratif dan rehabilitatif.

(1). Promotif, merupakan program pembinaan. Program ini

dilakukan untuk msyarakat yang belum mengenal narkoba.

Bentuk program ini dapat dilakukan dengan jalan mengadakan

pelatihan, kegiatan-keiatan pembinaan, pengembangan

lingkungan masyarakat bebas narkoba, dialog interaktif dan

pengembangan pola hidup sehat yang beriman dan berisi

kegiatan positif, produktif, konstruktif, dan kreatif.

(2). Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat

yang mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba.

Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan.

Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam

keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di

sekolahan dan masyarakat, pengajian oleh para ulama,

21

Penanggulangan Penyalahgunaan Peredaran…, Noni Damara, Fakultas Hukum UMP, 2019


pengawasan tempat-tempat hiburan malah oleh pihak

keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan illegal dan

melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk

mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadi

penyalahgunaan narkoba.

(3). Kuratif (pengobatan), program kuratid ditujukan kepada

pemakai narkoba. Tujuannya adalah mengobati ketergantungan

dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakai

narkoba, sekaligus mengehntikan pemakaian narkoba.

Tidak sembarang orang boleh mengobati pemakai narkoba.

Pemakai narkoba sering diikuti oleh masuknya penyakit-

penyakit berbahaya serta gangguan mental dan moral.

Pengobatannya harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari

narkoba secara khusus. Pengobatan terhadap pemakai narkoba

sangat rumit dan membutuhkan kesabaran luar biasa dari

dokter, keluarga, dan penderita. Inilah sebabnya mengapa

pengobatan pemakai narkoba memerlukan biaya besar tetapi

hasilnya banyak yang gagal. Kunci sukses pengobatan adalah

kerjasama yang baik antara dokter, keluarga dan penderita.

(4). Rehabilitasi, adalah upaya pemulihan jiwa dan raga yang

ditujukan kepada pemakai yang sudah menjalani program

kuratif. Tujuannya agar pengguna tidak memakai lagi dan

bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas

pemakaian
narkoba. Seperti kerusakan fisik (syaraf, otak, darah,

jantung,paru-paru,ginjal,hati dan lain-lain), kerusakan mental,

perubahan karakter kearah negative, asocial. Dan penyakit-

penyakit ikutan (HIV/AIDS, hepatitis). Itulah sebab mengapa

pengobatan narkoba tanpa upaya pemulihan (rehabilitasi) tidak

bermanfaat. Setalah sembuh, masih banyk masalah lain yang

akan timbul. Semua dampak negatif tersebut sangat sulit

diatasi. Karennya, banyak pemakai narkoba yang ketika “sudah

sadar “ melah mengalami putus asa, kemudian bunuh diri.

(5). Represif, berupa penindakan hukum terhadap produsen, bandar,

pengedar dan pecandu berdasarkan ketentuan hukum yang

berlaku.

Pencegahan narkoba secara dini menjadi keharusan bagi kits

semua, untuk itu pemanfaatan Medis masa baik elektronik maupun

cetak, termasuk kemajuan teknologi internet dan alat komunikasi

sudah menjadi seharusnya dilakukan agar bisa memmberikan

informasi kepada masyarakat secara luas dengan cepat dan tepat.

Moto yang menjadi pendorong semangat adalah “mecegah lebih

baik daripada Mengobati”.

d. Pengertian Penyalahgunaan obat


Secara etimologi, penyalahgunaan itu sendiri dalam bahasa

asingnya disebut “abuse”, yang memakai hak miliknya yang bukan pada

tempatnya. Dapat juga diartikan salah satu pakai atau “misuse”, yang

mempergunakan sesuatu yang tidak sesuai dengan fungsinya.21

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang

dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati

pengaruhnya, dalam junlah yang berlebihan yang secara kurang teratur,

dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan

kesehatan fisik, mental dan kehidupan sosial.22

Penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat dengan tujuan non

medis, biasanya untuk mengubah kesadaran. Sedangkan penggunaan

secara salah pada obat cenderung pada arti kesalahan indikasi, kesalahan
23
dosis atau penggunaan yang terlalu lama . Banyak alas an mengapa

obat-obat daftar G disalahgunakan, diantarannya agar dapat diterima di

lingkungan, menghilangkan stress,mengurangi kecemasan,agar bebas dari

rasa murung, mengurangi keletihan kejenuhan atau kebosanan, untuk

mengatasi masalah pribadi dan lain-lain.24

21
Ma’roef, M. Ridha. 1986. Narkotika Masalah dan Bahayanya, Jakarta : CV, Marga Djaya, hlm 9

22
Lidia Harlina Martono & Satya Joewana, 2006.Menangkal Narkoba dan kekerasan. Jakarta : Balai
Pustaka.hal 5-6

23
Bertram G. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik,Salemba Medika, Jakarta,2002, hal 327
24
Lydia Herlina Martono, Pencegahan dan Penaggulangan Penyalahguna Narkotika

Berbasis Sekolah, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 17.


Menurut Yei-chu,dkk dalam jurnalnya yang berjudul Family

Factors and Peer Influence in drug abuse: A Study in Rehabilitation

Centre, menjelaskan bahwa:25

“This study revealed that family factors (such as family economic


standing) and peer influence played an imprortant role in an individual’s
drug abuse habits. Other factor such as curiosity, tension release and
betrayal of spouse also contributed to participan’s drug abuse. The study
also found that a person’s drug abuse is usually caused by a combination
of several factors instead of just one sole factor.”

Perilaku pelayahgunaan obat terbentuk di kalangan remaja, diukur

berdasarkan akses terhadap obat dan pengaruh lingkungan sosial yaitu

nagaimana sebuah ganjaran dan penguatan bekerja. Pertama akses

terhadap obat menjadi kontributor yang memberikan keterseduan dan

kemudian atas obat bagi remaja. Dimana akses terhadap obat adalah

sesuatu yang hadir dan mendahuluhi sebuah perilaku, yang

memungkinkan sebauh perilaku tertentu dapat diterjadi. Kedua, pengaruh

lingkungan sosial dalam bentuk pergaulan sebaya remaja. Remaja mudah

menyalahgunakan obat-obat daftar G karena disekeliling lingkungan

peredaran obat terjadi mudah dan lingkungan mendukung.

Penyalahgunaan obat-obat yang membahayakan diri sendiri telah

dilarang penggunaannya dalam peraturan perundang-undangan. Di dalam

UUD 1945 dijelaskan dalam ketentuan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945

adalah,

25
Yei-chu foo,dkk.2012.Family Factors and Peer Influence in Drug abuse: A Study in Rehabilitation
Centre.International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health. Vol.4 No.
3.Malaysia.hlm 190-201
“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Undang-undang ini menyatakan bahwa setiap warga Negara

berhak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

memperoleh pelayanan kesehatan yang baik.

Kemudian didalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan, Peredaran Obat juga telah diatur dalam ketentuan Pasal 196

dan Pasal 197.

Pasal 196 menegaskan “setiap orang yang dengan sengaja


memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan / atau alat
kesehtan yang tidak memenuhi standar dan / atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”

Pasal 197 menegaskan ”setiap orang yang dengan sengaja


memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud di
salam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 ( satu miliar limaratus juta rupiah).26

Peredaran obat keras ini secara khusus diatur dalam Undang-

undang Obat Keras (St No. 419 tgl 22 Desember 1949) didalam Pasal 3

ayat 1

“penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk


penjualan dari bahan-bahan G. Demikian pula memiliki bahan-
bahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal
tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan
pemakaian pribadi, adalah dilarang. Larangan ini

Republik Indonesia.”Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,” dalam Hukum


26

Kesehatan.( Makasar:Alauddin Univrsity Press,2012 hlm. 190.


tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui,
apoteker-apoteker, yang memimpin apotik dan dokter hewan.”27

Undang-undang ini menjelaskan bahwa obat-obat daftar G tidak

bisa diperdagangkan secara bebas dan harus melalui resep dokter. Namun

pada kenyataannya meskipun telah ada aturan yang melarang tentang

peredaran obat keras, tetap saja obat tersebut diperdagangkan secara

bebas dan dipergunakan dengan cara yang bebas pula.

Menurut Wayne hall, dalam jurnalnya yang berjudul The adverse

health effects of cannabis use: What are they, and what are their

implications for policy?menjelaskan bahwa:28

“These adverse effects probably include increased risks of : motoe


vehicle crashes, impaired respiratory function, car-diovascular disease,
psychotic symptoms, and adverse outcomes of adolescent development,
namely, poorer educational outcomes and an increased likelihood of
using other illicit drug.”

a) Akibat Penyalahgunaan Obat daftar G

Sekilas, penyalahgunaan obat daftar G memang memberikan

pengaruh menyenangkan bagi pemakainya, namun kesenangan itu

hanya sesaat, sementara dan penuh kepalsuan, seolah-olah hidup ini

terasa menyenangkan dan membahagiakan, padahal kenyatannya

tidak seperti itu. Penyalahgunaan obat daftar G dapat menimbulkan

bermacam-macam bahaya dan kerugian, diantaranya yaitu:

1) Kerugian bagi diri sendiri

Republik Indonesia.“Undang-Undang Obat Keras (St. No. 419 tgl.22 Desember 1949) didalam Pasal 3 ayat 1.
27

Hlm 2

28
Wayne hall.2009.The adverse health effects of cannabis use: What are they, and what are their implications
for policy? Internasional journal of drug policy. Vol.20. Australia hlm. 458-466
a. Menjadikan pemakai seorang pemurung, pemalas.

b. Menimbulkan sifat masa bodoh, sekalipun pada diri sendiri.

c. Semangat belajar/kerja sangat menurun.

d. Tidak lagi ragu melakukan hubungan seks secara bebas

karena pendangan terhadap norma-norma sosial, agama,

hukum sangat longgar.

e. Tidak segan-segan menyiksa diri sendiri

f. Tindak kejahatan

2) Kerugian sosial

a. Prestasi belajar menurun

b. Prestasi bekerja merosot

c. Keluarga berantakan

d. Dipenjara

e. Kehilangan akal sehat

f. Mati tidak terhormat

3) kerugian keluarga dan lingkungan

(a) pengaruh terhadap kondisi keluarga, pemakai tidak segan-

segan mencuri uang keluarga bahkan menjaul barang-barang

yang ada dalam rumah untuk membeli narkoba dan obat-obat

terlarang , tidak lagi menjaga sopan santun dalam rumah.

(b) Pengaruh terhadap kondisi sekolah, dia akan sulit untuk

diatur tidak mau mendengarkan nasehat gurunya.


(c) Pengaruh terhadap kondisi masyarakat, diantaranya berbuat

tidak senonoh (mesum) dengan orang lain, mencuri,

mengganggu ketertiban umum, dan banyak menimbulkan


29
tindak pidana kriminal.

e. Kedudukan Polisi dalam Pencegahan dan Penanggulangan

Kejahatan

Polres merupakan satuan organisasi Polri yang berkedudukan di

ibukota kabupaten/kota di daerah hukum masing-masing. Wilayah

hukum Kepolisian Resort (Polres) Banyumas terlekat di Kabupaten

Banyumas, yang merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah. Untuk kantor Polresnya sendiri berada di jalan Letjen Pol.R

Sumarto No.100, Karangjambu, Purwanegara, Purwokerto, Kabupaten

Banyumas, Jawa Tengah 53192 . Polres Banyumas merupakan bagian

dari aparatur Negara yang diberi wewenang untuk menegakkan hukum

di wilayah Kabupaten Banyumas.

1. Tugas Polres

Polres bertugas menyelnggarakan tugas pokok Polri dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan

hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas Polri

lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
29
Drs. Mahi, m.Hikmat, 2007. “ Awas Narkoba Para Remaja Waspadalah”, PT. Grafitri Bumi Utami, Bandung.
hlm 50-61
2. Kewajiban polisi pada hakikatnya dapat dibedakan atas 2 macam,

yaitu :

a. Kewajiban preventif, yaitu melaksanakan segala usaha, pekerjaan

dan kegiatan dalam rangka penyelenggara melindungi Negara

dan badan humunya, kesejahteraan, kesentausaan, keamanan, dan

ketertiban umum, orang-orang dan harta bendanya terhadap

serangan dan bahaya dengan jalam mencegah terjadinya tindak-

tindak yang dapat di pidana dan perbuatan-perbuatan lain yang

walaupun tidak diancam dengan pidana, akan tetapi dapat

mengakibatkan terganggunya keamanan dan ketertiban umum.

b. Kewajiban reprsif, yaitu kewajiban melakukan segala usaha,

pekerjaan dan kegiatan untuk membantu tugas kehakiman guna

memberantas perbuatan-perbuatan yang dpat dipidana dan telah

dilakukan penyidikan, penangkap, dan menahan yang berbuat

salah, memeriksa, menggeledah, dan membuat berita acara

pemeriksaan (BAP).

3. Hukum Acara dalam Tindak Pidana Pengedaran Narkoba

Penyelesaian perkara pidana adalah merupakan suatu proses

yang berjalan terus menerus, yakni dimulai saat adanya dugaan telah

terjadi suatu perbuatan yang bersifat tindak pidan, sampai dijalankan

putusan pengadilan serta proses pengawasan dan pengamatan

narapidana oleh hakim pengawas dan pengamatan narapidana.30

30
ibid
Jika dirinci satu persatu, tahap-tahap perkara pidana menurut

KUHAP adalah sebagai berikut:

a. Tahap penyidikan (opsporing);

b. Tahap Penuntutan (vervolging);

c. Tahap mengadili (rechtspraak);

d. Tahap pelaksanaan putusan hakim (executie);

e. Tahap pengawasan dan pengamatan narapidana.

Di dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika yang banyak mengalami penambahan dari KUHAP adalah

pada tahap penyidikan, pemeriksaan sidang, dan pemusnahan barang

bukti. Sedangkan pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika penambahan atau pengkhususan hanya ada pada tahap

penyidikan saja.

1. Penyelidikan

Pengertian penyelidikan adalah serangkai tindakan

penyidik unduk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang

diduga sebagai pidana guna menemukan dapat atau tidaknya

dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-

undang ini. (Pasal 1 angka 5 KUHAP)

2. Penyidikan

Pengertian penyidikan adalah serangkai tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan barang


bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak

pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (pasal

1 angka 2 KUHAP)

Penyidikan merupakan kelanjutan dari penyelidikan.

Yang dimaksud penyidik dalam Pasal 1 angka 2 KUHAP adalah

a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;


b) Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenag khusus
oleh Undang-undang( Pasal 6 ayat (1) KUHAP)
Wewenang penyidik dalam melakukan tugas

penyidikannya telah dirumuskan dalam Pasal 7 ayat (1)

KUHAP yaitu :

1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)


huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang :
a) Menerima laporan atau panduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana;
b) Melakukan tindak pertama pada saat di tempat
kejadian;
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa
tanda pengenal diri tersangka;
d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan
dan penyitaan;
e) Melakukan pemeriksaaan dan penyitaan surat;
f) Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g) Mengambil orang untuk didengar dan diperiksa sebagi
tersangka atau saksi;
h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
i) Mengadakan penghentian penyidikan;
j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
Disamping itu KUHAP mengatur juga adanya Penyidik

Pembantu sebagaimana juga yang diatur dalam Pasal 10 ayat

(1) yang berbunyi :

“Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian Negara


Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan”
Mereka terdiri dari :

(1) Anggota Kepolisisan Negara RI

(2) Pegawai Negari Sipil tertentu dalam lingkungan

Kepolisian Negara RI

Fungsi utamanya ialah melakukan tugas penyidikan.

Sedangkan wewenangnya adalah sesuai wewenang

penyidik,kecuali mengenai penahanan, wajib diberikan dengan

pelimpahan wewenang penahanan ini hanya diberikan apabila

perintah dari penyidik tidak mungkin untuk diberikan, karena :

(a) Dalam keadaan yang sangat diperlukan, atau

(b) Dimana terdapat hambatan perhubungan di daerah

terpencil, atau

(c) Ditempat yang belum ada petugas penyidik, dan/atau

(d) Dalam hal ini yang diterima menurut kewajaran.

f. Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang


pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan

adiktif untuk tembakau dan alkohol. Mempunyai aturan Peraturan

Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang badan Narkotika Nasional


31
(BNN). BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung

jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35

tahun 2009 tentang Narkotika. Sebelumnya, BNN merupakan

lembaga nonstruktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti dengan

Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007. Berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional,

BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN,

sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25

instansi pemerintah terkait.

1. Tugas BNN

Tugas dari BNN secara spesifik juga telah diatur dalam pasal 2

angka (1) peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2010 yaitu :32

31
Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang badan Narkotika Nasional (BNN)
A.R. Sujono & Bony Daniel,2011,Komentar dan Pembahasan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
32

narkotika. Jakarta : Sinar Grafika,hlm. 36-37


a. Menyusun dan melakukan kebijakan nasional menganai

pencegahan dan pemberantasan penyalhgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika;

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika;

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Negra

indonesi dalam penyalahgunaan, pencegahan, dan peredaran

gelap pemberantasan narkotika dan prekursor narkotika;

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan

rehabilitasi social pencandu narkoba, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;

e. Memperdyakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba;

Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera

menerbitkan Perturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang

Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi(BNP) dan

Badan Narkotika Kabupaten(BNK), yang memiliki kewenangan

anggota BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada

tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing

bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan

Bupati/Walikota, dan masing-masing BNP dan BNK tidak

mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN.


Tugas BNN dalam pasal 70 undang undang No.35 Tahun

2009 yaitu mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba dan prekursor narkoba. Dan melaksanakan

adminitrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan perederan gelap narkoba dan prekursor

narkoba.33

2. Fungsi Badan Narkotika Nasional (Pasal 3 Perpres No.23 Tahun

2010).

Badan Narkotika Nasional (BNN) berdasarkan Pasal 3

Peratuan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 memiliki fungsi

antara lain :34

a. Penyusunan dan perumusan kebijkan nasional di bidang

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran delap narkotika,psikotropika dan precursor serta

bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau

dan alcohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN.

b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar,

kriteria dan prosedur P4GN.

c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.

d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,

pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,

hukum dan kerjasama di bidang P4GN.


33
Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
34
Prepres No. 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional
e. Pelaksanakan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN

di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat,

pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama.

f. Pelaksanaan pembinaaan teknis di bidang P4GN kepada

instansi vertical di lingkungan BNN.

g. Sanksi Hukum
Peredaran obat-obatan diatur secara eksplisit didalam pasal 197

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan. Pada pasal

197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan

menyatakan sebagai berikut:

“setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan


sediaan farmasi dan/alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dengan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).”

Kemudian pasal 98 ayat 2 menyatakan sebagai berikut :

“Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang


mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.”

Dari dua ketentuan diatas, ditegaskan bahwa orang yang

memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/alat kesehatan yang

tidak memiliki izin edar dikenakan pidana penjara dan denda. Meskipun

peredaran obat-obatan telah diatur secara tegas di dalam Undang-undang

nomor 36 tahun 2009 dan ada ancaman pidananya bagi pelanggar, namun

faktanya peredaran obat-obatan berbahaya masih terjadi di kota-kota

besar dan adanya beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi


penegakan
35
hukum diantaranya dari aspek penegakan hukum sendiri. Upaya

penanggulangan kejahatan pada hakekatnya dapat ditempuh dengan

penerapan hukum pidana dan pencegahan peredaran obat dalam tindak

pidana.36

35
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012, hlm 35

Kusno Adi, Kebijakan Kriminal dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika oleh Anak, UUM Press,
36

Malang, 2009, hlm 100


3. Kerangka Pemikiran
Latar Belakang: di Purwokerto ini remaja
sekarang menggunakan obat daftar G Peraturan
sebagai penenang, menggunakan obat Perundang-Undangan :
tersebut tidak sesuai dengan dosis, 1. UU No. 35 Tahun 2009
kebanyakan remaja mengkonsumsi obat Tentang Narkoba
daftar G tersebut sengaja over dosis agar 2. UU No. 36 Tahun 2009
merasakan fly. Obat daftar G= gevaarlijk= Tentang Kesehatan
berbahaya yaitu obat yang memperolehnya 4.Peraturan Presiden No.23
harus menggunakan resep dokter. Tahun 2010 Tentang Badan
Narkotika Nasional
5. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
347/Menkes/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotik

1.Bagaimana pencegahan
penyalahgunaan peredaran obat
Landasan Teori :
daftar G (Gevaarlijk) Tramadol di
- Pengertian obat
wilayah Kabupaten Banyumas? - Pencegahan
2.Bagaimana hambatan dalam - Penyalahgunaan
menanggulangi penyalahgunaan - Tinjauan umum tentang polres
peredaran obat daftar G - Badan Narkotika Nasional
(Gevaarlijk)Tramadol di wilayah Kabupaten
Kabupaten Banyumas? - Sanksi Hukum

1. Pencegahan penyalahgunaan peredaran obat daftar G (Gevaarlijk)


Tramadol akan dianalisis dengan UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Hambatan dalam menanggulangi akan dianalisis berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak BNNK Banyumas dan pihak Polres Banyumas

Anda mungkin juga menyukai