Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS 1

ANALISIS KUALITATIF SENYAWA TURUNAN ALKALOID DAN


ANASTETIK LOKAL

Disusun Oleh:

Nurul Kamilah

31117032

Farmasi 3A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2019/2020
A. No Praktikum :3
B. Hari/Tanggal : Senin, 23 September 2019
C. No Sampel : 27 dan 167
D. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis senyawa turunan alkaloid dan anastetik local.
E. Tinjauan Pustaka
Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang mengandung
nitrogen yang aktif secara farmakologis yang berasal dari tanaman, mikroba atau
hewan. Dalam kebanyakan alkaloid, atom nitrogen merupakan bagian dari cincin
Alkaloid secara biosintesis diturunkan dari asam amino. Nama alkaloid berasal
dari “alkalin” yang berarti basa yang larut air. Sejumlah alkaloid alami dan
turunannya telah dikembangkan sebagai obat untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti morfin, reserpine, dan taxol (Sarker, 2009).
Alkaloid bersifat basa dan membentuk garam dengan asam-asam mineral.
Tingkat kebasaan alkaloid sangat bervariasi tergantung pada struktur molekul,
dan keberadaangugus fungsional. Kebanyakan alkaloid adalah padat kristalin dan
berasa pahit (Sarker, 2009).
Anastetik local adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara local pada jaringan saraf dengan konsentrasi cukup. Obat ini bekerja pada
tiap bagian susunan saraf dan pada tiap jenis serat saraf. Secara umum, anastetik
local mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian gugus amin hidrofil
yang berhubungan dengan gugus residu aromatic lipofil melalui suatu gugus
antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara
dan gugus aromatic dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka
secara kimia anastetik local digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid.

1. Golongan ester (-COOC-)


Obat-obat ini termetabolisme melalui hidrolisis. Yang termasuk kedalam
golongan ester yaitu kokain, benzokain, ametocaine, prokain, piperoain,
tetrakain dan kloroprokain (Samodro, 2011).
2. Golongan amida (-NHCO-)
Obat-obat ini termetabolisme melalui oksidasi dealkilasi di dalam hati. Yang
termasuk kedalam golongan amida yaitu lidokain, mepivakain, prilokain,
bupivacin, etidokain, ropivakain dan levobupivacaine.
F. Prosedur Kerja

SAMPEL

Uji Organoleptis Uji Golongan Uji Penegasan


Bentuk:
Tablet, Injeksi, Sirup

Warna:
Putih hablur: (Atrofin, Antalgin, Efedrin,
Fenylbutazon, Kloroquin, Kodein, Kuinin,
Paracetamol, Pseudoefedrin, Teofilin, Kafein,
Lidokain, Prokain)
UJI Serbuk halus agak kekuningan: (Aminophylin)
PENDAHULUAN
Bau:
Tidak berbau (Atrofin, Efedrin, Fenylbutazon,
Kloroquin, Paracetamol, Teofilin, Kafein,
Lidokain, Prokain)
Bau khas (Pseudoefedrin HCl)
Bau ammonia lemah (Aminophylin)

Kelarutan:
Dalam air dan etanol (Atrofin, Efedrin,
Pseudoefdrin, Antalgin, Lidokain, Prokain)
Dalam air (Aminophylin, Kodein, Klorokuquin)
Dalam air panas (Paracetamol, Teofilin)
Dalam etanol (fenylbutazon)

Golongan Alkaloid:
1. Xantin
2. Pirazolon
3. Analin
4. Kinin
5. Opium
UJI GOLONGAN 6. Alkaloid lain

Golongan Anastetik Lokal:


1. Prokain HCl
2. Lidokain HCl
-
Golongan Xantin:
a. Sampel + 1 tetes H2O2 3% / KCl padat + 1
tetes HCl 25% pekat → panaskan +
NH4OH → ungu-merah (cawan porselen)
→ dibedakan dengan,
b. + Reagen Parry + Uap Amoniak pekat →
teofilin: ungu dan aminophylin: ungu
coklat

Golongan Pirazolon:
a. Sampel + AgNO3 → Antalgin: ungu abu-
abu
b. Sampel + HCl encer + Diazo B →
UJI PENEGASAN Antalgin: biru tosca → kuning

GOLONGAN Golongan Anilin:


ALKALOID a. Sampel + HNO3 pekat → Paracetamol:
Coklat + Gas
b. Sampel + FeCl → Paracetamol: hijau
biru/abu-abu
c. Sampel + HCl pekat + K2Cr2O7 →
Paracetamol: hijau kekuningan- hijau daun

Golongan Kinin:
a. Sampel + Aqua brom → Kuinin: Larutan
kuning

Golongan Alkaloid lain:


a. Sampel + reaksi Vitalli
b. Sampel + reaksi Wassickly

Prokain HCl + NaOH + sol iodii (endapan


kuning)
UJI PENEGASAN Prokain HCl + Marquis (kuning)
GOLONGAN
ANASTETIK Lidokain HCl + perekasi carletti (ungu / merah
LOKAL coklat)
Lidokain HCl + K2Cr2O7 + H2SO4 (jingga)
G. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Sampel No: 27
Dugaan Hasil
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
Sementara
1 Uji Pendahuluan Atrofin Sulfat,
Uji Organoleptis Antalgin,
a. Warna Putih hablur efedrin HCl,
b. Bentuk Serbuk Fenylbutazon,
c. Bau Tidak berbau Kloroquin
Fosfat, Kodein
HCl, Kuinin
Sulfat,
Paracetamol,
Psedoefedrin.
2 Uji Golongan
Zat + NH4OH + CHCl3 Aminophylin,
+ HCl → diambil Paracetamol,
lapisan atas Antalgin,
Lapisan atas + Perekasi Efedrin,
Dragendorff Pirimidin,
Kodein, Kafein,
Teofilin,

Terbentuk endapan, Atrofin.

larutan kuning jingga


3 Uji Sub Golongan
1. Xantin Kafein,
Ekstrak + Pereaksi Teofilin,
Mureksid Aminophylin
Merah
4 Uji Penegasan
1. Kafein
Zat + NaOH +
Kafein
AgNO3
(seharusnya
Antalgin)

Endapan Hitam
Sampel No: 167
Dugaan Hasil
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
Sementara
1 Uji Pendahuluan
Uji Organoleptis Atrofin Sulfat,
a. Warna Bening Efedrin,
b. Bentuk Larutan bening Paracetamol,
c. Bau Tidak berbau Kafein
2 Uji Golongan Aminophylin,
Zat + NH4OH + CHCl3 Paracetamol,
+ HCl → diambil Antalgin,
lapisan atas Efedrin,
Lapisan atas + Perekasi Pirimidin,
Dragendorff Kodein, Kafein,
Teofilin,
Atrofin.

Endapan merah bata


3 Uji Sub Golongan
1. Pirazolon
Ekstrak + FeCl3 Piramidon,
Antalgin
Paracetamol

Kuning
2. Anilin
Ekstrak + HNO3
pekat

Merah
4 Uji Penegasan
1. Piramidon
Zat + AgNO3

Cokelat
Paracetamol
2. Antalgin (seharusnya
Zat + KMnO4 Prokain)

Warna KMnO4 tidak


hilang

3. Paracetamol
Zat + CuSO + NaOH

Biru tosca
2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan Analisis Kualitatif Senyawa Turunan
Alkaloid dan Anastetik Lkal. Berdasarkan Uji Organoleptis pada sampel no 27
diketahui bahwa sampel tersebut memiliki bentuk serbuk, berwarna putih hablur
dan tidak berbau. Sedangkan pada sampel no 167 memiliki bentuk cair, tidak
berbau, tidak berwarna dan larutan bening. Dari pengamatan tersebut diduga
sementara sampel no 27 merupakan Atrofin Sulfat, Antalgin, Efedrin HCl,
Fenylbutazon, Kloroquin Fosfat, Kodein HCl, Kuinin Sulfat, Paracetamol,
Psedoefedrin.. Sementara sampel no 167 kemungkinan merupakan Aminophylin,
Paracetamol, Antalgin, Efedrin, Pirimidin, Kodein, Kafein, Teofilin, Atrofin
Sulfat.
Pertama, kedua sampel tersebut dilakukan Uji Golongan, yaitu dengan rekasi
Dragendorff. Dimana sampel dibasahi ammonium hidroksida lalu ditambahkan
kloroform, dikocok lalu ditambah HCl akan terbentuk 2 lapisan. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran antara air dan kloroform.
Lapisan bawah merupakan kloroform dan lapisan atas merupakan air. Diambil
lapisan atas yaitu Alkaloid yang berada di HCl, terakhir ditambahkan pereaksi
Dragendorff. Penambahan pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan coklat
muda sampai kuning jingga dimana itu adalah kaloum alkaloid. Nitrogen pada uji
alkaloid dengan pereaksi Dragendorff digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Reaksinya yaitu:

Alkaloid yang mengandung atom Nitrogen yang mempunyai pasangan


electron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
koordinasi dengan ion logam.
Pada reaksi dragendorff tersebut, kedua sampel menghasilkan endapan,
dimana sampel 27 terbentuk endapan kuning-jingga sedangkan sampel 167
terbentuk endapan merah bata. Maka sampel 27 dan 167 diduga termasuk
golongan Alkaloid, tetapi seharusnya sampel 167 termasuk golongan Anastetik
Lokal. Selanjutnya pada sampel 27 ekstrak/filtrate yang dihasilkan dari pereaksi
Dragendorff tadi dilakukan uji sub golongan Xantin, yaitu dengan menambahkan
Mureksid hasilnya yaitu terbentuk larutan merah. Tetapi seharusnya sampel
tersebut merupakan golongan Pirazolon yaitu Antalgin.

Uji redoks dengan kalium permanganate yaitu larutan kalium permanganate


yang diasamkan dengan asam sulfat encer sebelum pengujian. Sampel
direaksikan dengan KMnO4 memberikan hasil warna ungu dari KMnO4
menghilang. Hilangnya warna KMnO4 (Ungu) karena terjadinya reduksi Mn
menjadi Mn+ dengan reaksi sebagai berikut:
5SO32- + 2MnO4- + 6H+ → 2Mn2+ + 5SO42- + 3H2O
Penetapan antalgin juga dapat dilakukan dengan reaksi oksidasi dengan
iodium yang memberikan warna yang jelas. Iodium akan direduksi menjadi iodin
dengan reaksi:
I2 + ↔ 2I
Deteksi titik akhir pada reaksi ini adalah dengan penambahan amilum yang
akan memberikan warna biru sesuai dengan reaksi:
R-NaSO3 + I2 + H2O → R-NaSO4 + 2HI
Analisis ini disebut juga dengan analisis reaksi redoks. Oksidasi adalah proses
pelepasan electron dari suatu zat, sedangkan reduksi adalah proses penangkapan
oleh suatu zat. Pada waktu melepaskan electron suatu zat berubah menjadi
bentuk teroksidasinya, karena itu zat bertindak sebagai zat pereduksi. Sebaliknya,
zat pengoksidasi adalah zat yang menerima electron dan karena itu zat tersebut
mengalami pereduksi.
Peristiwa atau reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah reaksi pelepasan
hydrogen dari metampiron (antalgin) yang bertindak sebgai oksidator yang
melepaskan hydrogen. Metampiron mereduksi I2 sebagai larutan baku.
Metampiron (antalgin) sendiri mengalami oksidasi sehingga I2 bertindak sebagai
reduktor yang menangkap hydrogen.
Antalgin merupakan salah satu turunan pirozolon yang bersifat analgetika
yang mempunyai kerja farmakologi utama analgetik, selain itu juga
menunjukkan kerja antipiretik (Foye, 1995).
Pada sampel 167 seharusnya bukan termasuk golongan Alkaloid melainkan
golongan Anastetik local. Kesalahan tersebut terjadi pada uji golongan dengan
pereaksi Dragendorff, dimana seharusnya sampel anastetik local tidak
memberikan hasil positif endapan.
Maka, apabila sampel ditambahkan dengan KMnO4 dan NaOH akan
menghasilkan laurtan warna hijau. Hal tersebut karena menunjukkan reaksi
positif untuk uji identifikasi senyawa Prokain HCl.
KMnO4 merupakan agen pengoksidasi yaitu reagen pencari electron dan
reagen yang kekurangan electron dengan demikian KMnO4 dapat dikelompokkan
sebagai elektrofil. Dalam proses untuk mendapatkan electron, agen pengoksidasi
menjadi tereduksi. Oksidasi ini akan menghasilkan peningkatan jumlah ikatan C-
O dan menurunnya jumlah ikatan C-H.
Prokain Hidroklorida merupakan prototip amina aromatic primer sasaran
dekomposisi oksidatif. Disamping itu gugus aromatic primer dapat bereaksi
dengan glukosa membentuk prokain N-glukosida, tetapi tidak mengubah efek
klinik secara bermakna.

H. Kesimpulan
Sampel No. 27 merupakan Kafein seharusnya Antalgin.
Sampel No. 167 merupakan Paracetamol seharusnya Prokain HCl.
I. Daftar Pustaka
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sarker, S.D. dan Nahar, L. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Foye, W. O. 1995. Prinsip-Prinsip Kimia Medisinal. Jilid II. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai