Oleh :
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyesaikan penyusunan makalah ini guna melengkapi tugas ‘Ft
Integumen dengan materi “ULKUS DEKUBITUS”
Terlepas dari semua ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,elastis dan
sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat
bergantung pada lokasi tubuh. (Djuanda, 2011)
Dekubitus merupakan lesi yang disebabkan oleh adanya tekanan (kekuatan
yang menekan permukaan tubuh) yang terjadi secara terus menerus sehingga merusak
jaringan yang berada dibawahnya (Kozier, 2010). Dekubitus adalah kerusakan struktur
anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan
dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa.
Gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur,
seringkali pada inkontenensia, dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami
kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (Potter, 2010).
Ada banyak faktor pemicu pembentukan ulkus. faktor instrinsik termasuk
sensorik, otonom, gangguan motorik, kegemukan, kurang gizi dan diabetes. Faktor
ekstrinsik termasuk tidak lega tekanan, gesekan, trauma langsung, dan
kebersihan kulit (Ganvir),2016).
Luka dekubitus disebabkan oleh beberapa faktor yaitu imobilisasi, gaya gesek,
kelembaban kulit (Kozier, 2010). Imobilisasi dan gaya gesek mengakibatkan tekanan
terutama pada area penonjolan tulang. Tekanan menyebabkan iskemia dan hipoksemia
pada jaringan yang terkena mengingat aliran darah ke tempat tersebut berkurang
(Kowalak, 2014).
Sedangkan kelembaban meningkatkan maserasi kulit (pelunakan akibat basah) dan
menyebabkan epidermis lebih mudah terkikis dan menghambat aliran darah (Kozier,
2010). Terhambatnya aliran darah akan menghalangi oksigenisasi dan nutrisi ke
jaringan yang mengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan kulit (Potter,
2010). Nekrosis pada jaringan kulit yang tidak segera ditangani akan berkembang
secara bertahap hingga ke jaringan otot dan tulang. Apabila sudah terjadi nekrosis pada
otot dan tulang dapat pula bertahap pada bagian tendon dan sendi.
Alih baring adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi pasien yang
mengalami tirah baring total untuk mencegah kejadian luka tekan pada kulit pasien
Tujuan alih baring adalah untuk mendistribusikan tekanan baik dalam posisi duduk atau
berbaring serta memberikan kenyamanan pada pasien. Pada dasarnya alih baring
dilakukan sebagai bagian dari prosedur baku dalam intervensi keperawatan untuk
mengurangi resiko decubitus pada pasien dengan imobilisasi (Potter,2010). Alih
baring memiliki manfaat mengganti titik tumpu berat badan yang tertekan pada area
tubuh yang lain, mempertahankan sirkulasi darah pada daerah yang tertekan, dan dapat
menurunkan tekanan pada tonjolan tulang (Kozier, 2011 Alih baring dapat mencegah
dekubitus pada daerah tulang yang menonjol. Hal ini dikarenakan alih baring
mengurangi penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi yan diberikan untuk
mengurangi tekanan dan gaya gesek kulit. Menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi
30 derajat atau kurang akan menurunkan peluang terjadinya dekubitus akibat gaya
gesek (Potter, 2010).
Komplikasi ulkus dekubitus bisa menghambat penyembuhan atau bahkan
mengancam nyawa. Pasien yang berisiko untuk mengalami ulkus dekubitus
mempunyai kemungkinan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas, karena
komplikasi utamanya berupa infeksi, baik berupa kondisi sepsis ataupun osteomyelitis.
(Citra,2010).
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Ulkus Dekubitus?
2. Klasifikasi Ulkus Dekubitus?
3. Gambaran Klinis Ulkus Dekubitus?
4. Fase Proses Penyembuhan Luka?
5. Etiologi Ulkus Dekubitus?
6. Patofisiologi Ulkus Dekubitus?
7. Intervensi fisioterapi pada Ulkus Dekubitus?
C. Tujuan
1. Pengertian Ulkus Dekubitus?
2. Klasifikasi Ulkus Dekubitus?
3. Gambaran Klinis Ulkus Dekubitus?
4. Fase Proses Penyembuhan Luka?
5. Etiologi Ulkus Dekubitus?
6. Patofisiologi Ulkus Dekubitus?
7. Intervensi fisioterapi pada Ulkus Dekubitus?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena
adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence)
dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan
menyebabkan gangguan suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila berlangsung
lama, hal ini akan menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemia jaringan
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Walaupun semua bagian tubuh bisa
mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan
membutuhkan perhatian khusus. Ulkus dekubitus merupakan ulserasi yang disebabkan
oleh tekanan yang berlangsung lama pada pasien yang dibiarkan berbaring diam di
tempat tidur. Daerah yang paling sering terkena ulkus dekubitus adalah sacrum,
trochanter, tuberositas ischium. Distribusi lokasi terjadinya ulkus sangat tergantung
pada status fungsional struktur anatomi sacrum, trochanter, tuberositas ischium pasien.
Pada pasien yang hanya bisa duduk, lokasi yang paling sering terkena adalah ischium.
Pada pasien yang tidak mampu melakukan apapun, maka ulkus dapat timbul di lutut,
tumit, malleoli, scapula, occiput dan daerah tulang belakang (spina). (Citra, 2010).
F. Patofisiologi
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan
kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih
bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring
bermingguminggu tidak akan mengalami dekubitus selama dapat mengganti posisi
beberapa kali perjamnya. Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan
yang dapat memudahkan terjadinya dekubitus yaitu :
1. Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan
posisi setengah berbaring
2. Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas
tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.
3. Faktor teregangnya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya
berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.
B. Saran
1. Untuk tercapainya keberhasilan perlu adanya keterlibatan dan dukungan dari pasien
maupun keluarganya pada kondisi perawatan. motivasi yang kuat akan psikis
pasien. memberikan support emosional merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
2. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengerti dan memahami apa yang telah ditulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca dan juga agar makalah ini dapat
membantu pembaca mengetahui proses fisioterapi pada luka akar.
DAFTAR PUSTAKA
Bevi Dewi Citra, Hermes C. Sitompul2 , Tuti Restuastuti Efektivitas Alih Baring Tiap 2
Jam Terhadap Pencegahan Ulkus Dekubitus pada Pasien Pasca Stroke dengan
Tirah Baring Lama di Bangsal Saraf RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. JIK,
Jilid 4, Nomor 2, September 2010, Hal. 133-140
Djuanda. (2011). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI
Kowalak, J., Welsh, W., & Mayer, B. (2014). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses, & dan praktik. Edisi 7. Jakarta: EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder S.J. (2010). Buku ajar praktik keperawatan
klinis. Edisi 5. Jakarta:EGC