Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN KASUS HIPERTENSI

(SISTEM KARDIOVASKULAR)

KELOMPOK 2

ARIS SUGANDA

DEANA KHAIRUNISA

• DEWI BELLA FORTUNA

• ELLIS SITI CHAERUNISA

• FEBIYANTRI

• IRPAN YULIYANTO

• MEGA DWI LAKSANA

• NABILA MARDIYANA

• NATASYA ANGELIA

• RINA ANGGRAINI
PENGERTIAN LANSIA

• Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2016).
• Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu bagian dari proses kehidupan
yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap orang. Pada tahap tua ini individu
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis, khususnya kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2014).
BATASAN-BATASAN LANSIA

• Batasan-batasan lansia menurut WHO 2008 meliputi:


• Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun
• Lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun
• Lanjut usia tua (old) antara 75 samapi 90 tahun
• Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Siti Maryam (2009) dalam Ratnawati (2017), batasan-batasan lansia dikategorikan sebagai berikut

• Pralansia (Prasenilis) : seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

• Lansia : seseorang yang berusia diatas 60 tahun.

• Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

• Lansia potensial : lansia yang masih mampu untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan uang.

• Lansia tidak potensial : lansia yang sudah tidak berdaya mencari nafkah sehinngga hidupnyya bergantung pada orang lain.
TIPE-TIPE LANSIA

Tipe-tipe lansia menurut Azizah (2011) sebagai berikut :


• Tipe arif bijaksana
• Tipe mandiri
• Tipe tidak puas
• Tipe pasrah

• Tipe bingung
PROSES MENUA

Penuaan terjadi baik secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang telah mengalami penuaan
fisiologis, mereka tua dalam keadaan sehat (healthy aging). Penuaan sesuai dengan kronologis seperti
usia, dipengaruhi oleh faktor endogen, perubahan dimulai dari sel-jaringan-organ-sistem pada tubuh
(Pudjiastuti dan Utomo, 2016).

Menurut (Meredith Wallace, 2007), beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia
diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan.
HIPERTENSI

Menurut Brunner & Suddarth's (2010) Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah diastolik lebih
rendah dari 120/80 mmHg adalah normal, tekanan darah pra-hipertensi 120 sampai 129/80 sampai 89
mmHg, dan hipertensi 140/90 mmHg atau lebih tinggi.
KLASIFIKASI

Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Orang Dewasa 18 Tahun Ke Atas menurut Brunner & Suddarth’s
(2010)
Klasifikasi TD Sistolik (mm Hg)   TD Diastolik (mm Hg)

Normal 120 dan 80

Pra Hipertensi 120 – 139 atau 80 -89

Hipertensi tahap 1 140 -159 atau 90 – 99

Hipertensi Tahap >160 atau >100


2
ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu menurut Brunner & Suddarth's (2010):
• Hipertensi esensial atau hipertensi primer tanpa penyebab yang diketahui, kondisi in bersifat poligenik. Ada
sekitar 95% kasus. Genetika, lingkungan, peningkatan stimulasi simpati akibat meningkatnya resistensi perifer
atau perubahan curah jantung, peningkatan reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan aktivitas sistem renin-
angiotensin-aldosteron, penurunan vasodilatasi arteriol atau resistensi terhadap kerja insulin dan faktor-faktor
peningkat risiko, seperti obesitas, diabetes, alkohol, merokok, gaya hidup yang buruk, olahraga dan polisitemia.
• Hipertensi sekunder. Sekitar 5% kasus. Penyebab spesifik yang diketahui, seperti penyempitan arteri renalis,
penyakit parenkim renal, hiper-aldosteronisme (hipertensi mineralokortikoid), medikasi tertentu, hipertensi
terkait kehamilan dan koarktasio aorta.
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Brunner & Suddarth's (2010):

• Pemeriksaan fisik dapat memastikan tidak ada abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi.
• Perubahan pada retina disertai dengan hemoragi, eksudat, penyempitan arteirol, dan bintik katun wol (infraksio kecil), dan papiledema
dapat terlihat pada kasus hipertensi berat.
• Gejala biasanya mengindikasiikan kerusakan vaskular yang berhubungan dengan sistem organ yang dialiri oleh pembuluh darah yang
terganggu.
• Penyakit arteri koroner dengan angia atau infrak miokardium adalah dampak yang paling sering terjadi
• Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi; berikutnya akan terjadi gagal jantung.
• Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal (nokturia dan peningkatan BUN dan kadar kreatinin).
• Dapat terjadi gangguan serebrovaskular (stoke atau serangan iskemik transien (TIA) perubahan dalam penglihatan atau kemampuan
berbicara, pening, kelematan, jatuh mendadak, atau hemiplegia transien atau permanen.
PATOFISIOLOGI

Tekanan darah adalah hasil dari curah jantung yang dikalikan dengan resistensi perifer. Output jantung
adalah hasil kali detak jantung dikalikan dengan volume kayuhan. Dalam sirkulasi normal, tekanan
ditransfer dari otot jantung ke darah setiap kali jantung berkontraksi, dan kemudian tekanan diberikan
oleh darah saat mengalir melalui pembuluh darah. Hipertensi dapat terjadi akibat peningkatan curah
jantung, peningkatan resistensi perifer (penyempitan pembuluh darah), atau keduanya. Meskipun tidak
ada penyebab pasti yang dapat diidentifikasi untuk sebagian besar kasus hipertensi, hipertensi
merupakan kondisi multifaktorial (Brunner & Suddarth’s, 2010).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes laboratorium rutin meliputi :


• Urinalisis
• Kimia darah (yaitu, analisis natrium, kalium, kreatinin, glukosa puasa, dan kadar kolesterol total dan
high-density lipoprotein [HDL])
• Elektrokardiogram 12-lead (EKG)
• Hipertrofi ventrikel kiri dapat dinilai dengan ekokardiografi. Kerusakan ginjal mungkin ditunjukkan
oleh peningkatan kadar BUN dan kreatinin atau oleh mikroalbuminuria atau makroalbuminuria. Studi
tambahan, seperti pembersihan kreatinin, kadar renin, tes urin, dan protein urin 24 jam, dapat
dilakukan.
KOMPLIKASI

Hipertensi yang tidak di tanggulangi lama-kelamaan akan menyebabkan rusaknya arteri


didalam tubuh dan rusaknya organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Wijaya&Putri (2014) menyimpulkan komplikasi hipertensi terjadi pada organ-organ tubuh
diantanya :
• Jantung

• Otak
• Ginjal
• Mata
PENATALAKSANAAN

Menurut Brunner & Suddarth's (2010):


• Farmakologi
• Hipertensi tanpa komplikasi : diuretik, beta bloker
• Indikasi tertentu : inhibitor ACE, penghambat reseptor angiotensin It, alfa bloker, alfa-beta-bloker,
beta bloker, antagonis Ca, diuretik
• Indikasi yang sesuai : inhibitor ACE, diuretik, antagonis Ca dihidropiridin kerja lama, beta bloker
(non ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik)
• Non farmakolog
Nonfarmakologis
Modification Recommendation Goal of SBP Reduuction (Range)

Penurunan berat badan Pertahankan berat badan yang normal (indeks massa tubuh 18.5-24.9 kg/m²) 5-20 mmHg/10kg

Mengadopsi DASH (diet pendekatan untuk Konsumsi makanan yang kaya akan buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak 8-14 mmHg
menghentikan hipertensi) dengan berkurangnya kandungan jenuh dan lemak total.

Diet pengurangan natrium Kurangi konsumsi natrium hingga tidak lebih dari 100 mmol/day (2,4 g natrium atau 6 g 2-8 mmHg
natrium klorida)

Kegiatan fisik Lakukan kegiatan fisik rutin seperti jalan cepat (setidaknya 30 menit/hari, sebagian 4-9 mmHg
besar hari dalam seminggu)

Bersahaja dalam mengkonsumsi alkohol Batasi konsumsi tidak lebih dari 2 minuman (misalnya, 24 oz beer, 10 anggur, atau 3 2-4 mmHg
wiski bukti oe 80) perhari pada kebanyakan peria dan tidak lebih dari 1 takaran perhari
pada wanita dan orang yang ringan berat badan.

Anda mungkin juga menyukai