Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA
MANAJEMEN LOGISTIK

Dosen pembimbing :
Drg. Vitria Wuri Handayani, MMB

Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Fetri Astrini 20186523015
2. Monica Aprilia Vellamora 20186523019
3. Rabi’atul Adawiyah 20186523035
4. Restu Dwi Prasetyo 20186513038
5. Sumahadi 20186513047

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PONTIANAK


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK
2020
VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PONTIANAK

VISI
Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang bermutu dan mampu
bersaing di tingkat regional tahun 2020

MISI
1. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan yang berbasis
kompetensi.
2. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan berbasis penelitian.
3. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat yang berbasis IPTEK dan
teknologi tepat guna.
4. Mengembangkan program pendidikan tinggi kesehatan yang mandiri,
transparan dan akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik tingakt nasional maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Manajemen Bencana yang berjudul “Manajemen Logistik ” telah


disetujui dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Drg. Vitria Wuri Handayani, MMB


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Konsep dan Teori Benigna Prostatica Hyperplasia ( BPH ).

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan


dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Drg. Vitria Wuri Handayani, MMB, selaku dosen mata kuliah
Manajemen Bencana yang telah memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.
2. Semua dosen Program Sarjana Terapan Keperawatan Pontianak yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat.
3. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
4. Teman-teman kelompok Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Pontianak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan
dukungan moril dan spiritual.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Pontianak, Maret 2020


DAFTAR ISI

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN PONTIANAK..............................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................3
KATA PENGANTAR..........................................................................................4
DAFTAR ISI........................................................................................................5
BAB I...................................................................................................................................6
PENDAHULUAN..................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................12
PEMBAHASAN..................................................................................................................12
BAB IV..............................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan


3 lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasifik,
lempeng Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan
secara geologis. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai
(DAS) yang terdapat di Indonesia, yang terletak antara Sabang dan
Merauke, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
berisiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami, deretan
erupsi gunung api (129 gunung api aktif), dan gerakan tanah.

Tingginya resiko bencana yang ada di Indonesia, membuat kita


harus memaksimalkan upaya pencegahan bencana. Namun, ketika bencana
telah terjadi maka hal yang harus disiapkan yaitu segala alat dan bahan
logistik sebagai pemenuhan kehidupan seluruh masyarakat yang tertimpa
bencana. Misalnya pangan berupa makanan cepat saji, sandang berupa
pakaian dan papan berupa tenda atau tempat tinggal sementara yang bisa
digunakan. Pada manajemen logistik ini kita harus bisa memanfaatkan
keilmuan ini sebagai bentuk usaha pemenuhan kebutuhan pada korban
bencana seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gerakan tanah, dan
yang lainnya.

Makalah ini memaparkan tentang teori manajemen logistik,


bentuk-bentuk manajemen logistik, fungsi manajemen logistik, hingga
barang-barang, pendistribusian hingga pertanggungjawaban manajemen
logistik. Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam
mempelajari keilmuan manajemen bencana terutama pada manajemen
logistik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bencana ?
2. Bagaimana proses penanggulangan bencana di Indonesia ?
3. Bagaimana pola penyelenggaraan manajemen Logistik ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa mampu


mempelajari secara lebih mendalam tentang manajemen bencana dan
manajemen logistik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen


Manajemen dibutuhkan setiap organisasi karena tanpa adanya
manajemen semua usaha yang dilakukan akan sia-sia dan pencapaian
tujuan akan sulit. Menurut Sondang P. Siagian dalam Sulistryo, dkk.
(2003: 3) menyatakan bahwa “Manajemen adalah kemampuan atau
ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan kegiatan
orang lain”.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2003: 8) yang mengutip
pendapat James A. F. Stoner dalam bukunya “Management”, menyatakan
bahwa “manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Geoger R. Terry (2005: 1) berpendapat bahwa “Manajemen adalah
suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orangorang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata”. Manajemen adalah suatu
kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” atau pengelolaan, sedang
pelaksananya disebut manager atau pengelola.

2.2 Pengertian Logistik

Istilah logistik sudah banyak dikenal di dalam masyarakat,


terutama melalui lembaga atau instansi yang mempunyai urusan tersebut.
Kalangan masyarakat tertentu mengenal betul adanya Badan Urusan
Logistik dan dalam kegiatan organisasi sehari-hari hampir selalu ada
kegiatan logistik. Semua ini menunjukan, bahwa istilah logistik sudah
cukup populer di kalangan masyarakat kita.

Secara etimologis, logistik berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu


“logistikos” yang berarti “terdidik/terpandai” dalam memperkirakan
berhitung. Pada zaman modern pun istilah ini masih memiliki arti yang
sama, walaupun penggunaan dalam arti seperti itu sudah jarang dipakai.
Menurut Subagya M.S (1996: 6) yang mengatakan “Logistik merupakan
suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan
dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran, pemeliharaan, penghapusan, penyimpanan, penyingkiran dan
penghapusan, serta pengendalian material atau alat”.

Sedangkan pengertian logistik menurut Donald J. Bowersox yang


diterjemahkan oleh Hasymi Ali (2002: 13), menyatakan bahwa “Logistik
adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan
penyimpanan barang, suku cadangan dan barang jadi dari para supplier, di
antara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada pelanggan”.

2.3 Pengertian Manajemen Logistik

Manajemen logistik sangat diperlukan dalam suatu


perusahaan/instansi terutama yang bergerak dalam bidang perdagangan.
Untuk lebih memperjelas pengertian tentang manajemen logistik maka
Subagya M.S. (1996: 9) menyatakan bahwa manajemen logistik adalah
“Salah satu ilmu manajemen yang ada pada dasarnya adalah ilmu
manajemen yang mengkhususkan dalam bidang pengelolaan barang-
barang yang dipakai untuk kegiatan operasional suatu perusahaan atau
instansi”.

Ruang lingkup kerjanya mencangkup aktivitas perencanaan dan


penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran, pemeliharaan, penghapusan, serta pengendalian logistik.
Dalam prakteknya manajemen logistik juga menjalankan fungsi-fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
personalia, pengarahan, dan pengawasan.

Menurut Donald J. Bowersox yang diterjemahkan oleh Hasymi Ali


(2002: 13) menyatakan bahwa “Manajemen logistik modern dapat
didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap
pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari
para supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para
pelanggan”.

Peraturan Kepala BNPB Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman


Monitoring dan Evaluasi Manajemen Logistik Penanggulangan Bencana
menjelaskan bahwa manajemen logistik adalah proses pengelolaan logistik
penanggulangan bencana yang meliputi perencanaan/ inventarisasi
kebutuhan, pengada-an dan/atau penerimaan, pergudangan dan/atau
penyimpanan, pendistribusian, pengangkutan, penerimaan di tujuan dan
penghapusan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
logistik sangat penting adanya, H. Subagya MS (1990,h.11-12). Fungsi-
fungsi manajemen yang diterapkan dalam penyelenggaraan logistik
meliputi:

1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan


2. Fungsi Penganggaran.
3. Fungsi Pengadaan.
4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran.
5. Fungsi Pemeliharaan.
6. Fungsi Penghapusan.
7. Fungsi Pengendalian.

2.4 Manajemen Bencana

Manajemen bencana (Disaster Management) sebagai penjamin


terlaksananya bantuan yang segera dan memadai bagi korban bencana, hal
tersebut dilakukan untuk mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.
Manajemen bencana dibangun dengan maksud terselenggaranya
normalisasi kehidupan masyarakat yang tercapai dengan waktu yang cepat,
serta mengurangi korban nyawa dan kerugian harta benda. Hal yang
penting dari manajemen bencana adalah adanya langkah nyata dalam
mengendalikan bencana sehingga korban dapat terselamatkan dengan
cepat dan tepat serta upaya pemulihan pasca bencana dapat dilakukan
dengan cepat (Purnomo dan Sugiantoro, 2010, h.14).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bencana


Pengertian bencana atau disaster menurt Wikipedia: disaster is the
impact of a natural or man-made hazards that negatively effects society
or environment (bencana adalah pengaruh alam atauancaman yang dibuat
manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait
dengan bencana. Bencana adalah peristiwa atau masyarakat rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan
dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat
dan teror. Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah
setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola
kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak,
menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial
masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS
PBP). Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana
menjadi 2 jenis yaitu :
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti
kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi,
gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian
karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,
ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:


1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-
bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia
seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan
lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,
seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu
bencana yaitu :

1. Fase pre impact  merupakan warning phase, tahap awal dari  bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.
Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik
oleh pemerintah, lembaga dan masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup,
fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-
bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan
penyembuhan dari fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai
berusaha kembali pada fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase
post impact para korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai
dari penolakan (denial), marah (angry), tawar-menawar (bargaing),
depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance).

Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang


ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar
rekomendasi lembaga yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana
yangdimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi
darurat ke pemulihan.
Status Siaga Darurat Bencana adalah keadaan terdapat potensi
bencana, yang merupakan peningkatan eskalasi ancaman yang penentunya
didasarkan atas hasil pemantauan yang akurat oleh instansi yang
berwenang dan juga mempertimbangkan kondisi nyata/dampak yang
terjadi di masyarakat. Penetapan status siaga darurat bencana dilakukan
oleh pemerintah/pemerintah daerah atas usulan kepala BNPB/BPBD.
Status Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
Status Transisi Darurat Bencana ke Pemulihan adalah keadaan
dimana penanganan darurat bersifat sementara/permanen (berdasarkan
kajian teknis dari instansi yang berwenang) dengan tujuan agar sarana
prasarana vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi,
yang dilakukan sejak berlangsungnya tanggap darurat sampai dengan
tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai.

3.2 Proses Penanggulangan Bencana di Indonesia


1. Logistik
Logistik adalah segala sesuatu yang berwujud yang dapat
digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan dasar manusia yang
habis pakai terdiri atas pangan, sandang dan papan atau turunannya.
Termasuk dalam kategori logistik adalah barang yang habis pakai atau
dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan pokok), peralatan
medis dan obat-obatan, pakaian dan kelengkapannya, air, kantong
tidur (sleeping bag), perlengkapan bayi, perlengkapan keluarga
(pembalut wanita, odol, sabun mandi, shampo, detergen, handuk).
Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi juga
tentunya akan membutuhkan berbagai peralatan logistik seperti, alat
transportasi baik darat, laut, dan udara, alat-alat berat, tenda yang
berukuran besar maupun kecil,
Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya
peralatan-peralatan tersebut, penanggulangan bencana akan sangat
sulit dilakukan.
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini
meliputi delapan tahapan terdiri dari:

a. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
b. Pengadaan dan/atau Penerimaan
c. Pergudangan dan/atau Penyimpanan
d. Pendistribusian
e. Pengangkutan
f. Penerimaan di tujuan
g. Pertanggungjawaban

Delapan tahapan Manajemen Logistik dan Peralatan tersebut


dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu sistem terpadu. Rincian
kegiatan dan tujuan masing-masing tahapan Manajemen Logistik dan
Peralatan itu adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
1) Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal
untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang
membutuhkan, di mana, kapan dan bagaimana cara
menyampaikan kebutuhannya.
2) Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan
serta kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi
korban bencana yang akan ditanggulangi.
3) Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan
adalah :
a. Mengetahui seberapa banyak jumlah korban terkena
bencana yang membutuhkan bantuan logistik dan
peralatan.
b. Mengetahui seberapa banyak bantuan logistik dan
peralatan yang dibutuhkan.
c. Mengetahui jenis kebutuhan (pangan, sandang, papan).
d. Mengetahui bagaimana cara menyampaikan bantuan.
e. Mengetahui penanggung jawab kelompok penerima
bantuan.
f. Mengetahui kapan bantuan harus disampaikan.
4) Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran memberikan
gambaran langkah-langkah apa saja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan proses ini.
5) Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
a. Laporan-Laporan;
b. Tim Reaksi Cepat;
c. Media Massa;
d. Instansi terkait;
6) Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
a. Penyusunan standar kebutuhan minimal.
b. Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan
panjang.

2. Pengadaan dan/atau Penerimaan


a. Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi
termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan
diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya, seberapa banyak
jumlahnya, bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan
logistik atau peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan
untuk siapa bantuan ini ditujukan.
b. Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat.
Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam
lampiran.
c. Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
1) Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari
berbagai sumber.
2) Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan
peralatan yang ada.
3) Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas
kebutuhan.
4) Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
d. Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
e. Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan
1) Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan
bencana dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan
jenis dan jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui
pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.

3. Pergudangan dan Penyimpanan


a. Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data
penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit
pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara
penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan pada
waktu itu.
b. Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang
logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam
gudang, berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang
menyerahkan, siapa yang menerima, cara penyimpanan
menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu dikeluarkan
pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode
last-in first-out.
c. Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan
tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system
pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

4. Pendistribusian
a. Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai
data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
b. Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan
menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian,
alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab
atas penyampaian tersebut.
c. Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
1) Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
2) Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan
yang harus disampaikan.
3) Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.

5. Pengangkutan
a. Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka
dilaksanakan pengangkutan.
b. Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik
dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang
bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab
keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan
kepada penerima.
c. Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan
berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
d. Maksud dan Tujuan Pengangkutan:
1) Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan
dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima.
2) Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan
peralatan dari gudang ke tujuan.
3) Mempercepat penyampaian.
e. Jenis Pengangkutan
1) Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non
komersial yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
2) Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan.

6. Penerimaan di Tempat Tujuan


Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di
tempat tujuan adalah:
a. Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis
bantuan yang diterima.
b. Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
c. Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,
sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.
d. Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.

7. Pertanggungjawaban
a. Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah
dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.
b. Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan
maupun kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara
paripurna untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap
pemangku proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan
prinsip akuntabilitas dan transparansi.

3.3 Pola Penyelenggaraan Manajemen Logistik


Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana
menganut pola penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa
lembaga atau sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial
wilayah, mulai dari:
1. Tingkat Nasional,
2. Tingkat Provinsi,
3. Tingkat Kabupaten/Kota.

Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan


terjadi termasuk di dalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti
fungsinya, sistem komando, sistem operasi, sistem perencanaan, system
administrasi dan keuangan, sistem komunikasi dan sistem transportasi.
Masing-masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen
logistik dan peralatan penanggulangan bencana menggunakan pedoman
delapan tahapan manajemen logistik dan peralatan, yang pada
masingmasing tingkat lembaga penyelenggara memiliki ciri-ciri khusus
sebagai konsekuensi sesuai dengan tingkat kewenangannya.

1. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dalam menjalankan peran tersebut BNPB mempunyai
kemudahan akses dan koordinasi dengan organisasi yang
dapat membantu system manajemen logistik dan peralatan
untuk bencana. Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik
dan Peralatan Tingkat Nasional adalah:
a. Seluruh komponen kelembagaan mematuhi dan
melaksanakan sistem manajemen logistik dan peralatan yang
telah ditetapkan, baik dalam keadaan prabencana, keadaan
terjadi bencana, dan pascabencana.
b. Dukungan pemerintah, pemerintah tingkat provinsi,
kabupaten/kota atau atau lembaga lain dapat dikoordinasikan
sesuai dengan sistem manajemen logistik dan peralatan.
c. Menghimpun fakta dan informasi yang diperlukan oleh
masyarakat dari berbagai sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan, dalam bentuk informasi melalui media massa yang
mudah diakses.
d. Menjalankan Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana secara konsisten.
e. Berfungsi sebagai penanggung jawab atas tugas dan
koordinasi seluruh sumberdaya dalam penanggulangan
bencana yang berkaitan dengan logistik dan peralatan yang
dipergunakan.
f. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pendistribusian
bantuan dari luar negeri, dengan sistem satu pintu.
g. Menjadi koordinator dalam hal informasi dan komunikasi
dalam penanggulangan bencana. Dalam hal ini jaringan
komunikasi antar tingkatan organisasi pendukung sistem
logistik dan peralatan harus terjalin dengan baik.
h. Sistem logistik dan peralatan tingkat nasional merupakan
pemegang sistem komando bencana dalam hal logistik dan
peralatan.
2. Tingkat Provinsi
Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan
Tingkat Provinsi adalah :
a. Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat
provinsi memiliki tanggung jawab, tugas dan wewenang di
wilayahnya.
b. Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana
yang meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
c. Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian
bantuan logistik dan peralatan di area bencana.
d. Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di
area bencana.
e. Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua
lembaga yang terlibat dalam penanggulangan bencana dan
melaporkannya secara periodik kepada kepala BNPB.
f. Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap
tahapan manajemen logistik dan peralatan.
g. Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.

3. Tingkat Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat
Kabupaten/Kota adalah :
a. Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas
manajemen logistik dan peralatan, terutama pada masa siaga
darurat, tanggap darurat dan pemulihan darurat.
b. Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan,
personil, peralatan dan bahan atau material lain yang
dibutuhkan oleh pusat-pusat operasi (pos komando) di area
bencana.
c. Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat
operasi BPBD.
d. Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. logistik berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu “logistikos” yang berarti “terdidik/terpandai” dalam
memperkirakan berhitung. Manajemen logistik adalah “Salah satu ilmu
manajemen yang ada pada dasarnya adalah ilmu manajemen yang
mengkhususkan dalam bidang pengelolaan barang-barang yang dipakai
untuk kegiatan operasional suatu perusahaan atau instansi”.
DAFTAR PUSTAKA

Bowersox, Donald J. 2002. Manajemen Logistik I. Jakarta: Bumi Aksara.


Hadi Sumarto, Rumsari, Lukas Dwiantara. 2004. Manajemen Logistik. Jakarta:
Grassindo.
Handoko T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Purnomo, Hadi dan Sugiantoro, Ronny. (2010) Manajemen Bencana: Respons dan
Tindakan Terhadap Bencana. Yogyakarta: Media Pressindo.
Rekapitulasi Kejadian Korban dan Kerusakan Bencana Banjir Bengawan Solo
Tanggal 02 Januari sampai dengan 31 Desember 2013. Bojonegoro, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro.
Subagya M.S. (1990) Manajemen Logistik. Jakarta: Sapdodadi. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Warfield, Corina. (TT). The Disaster Management Cycle [Internet], Diakses
melalui http://www.gdrc.org/uem/disasters/1-dm_cycle.html [diakses pada
tanggal 7 Oktober 2014].

Anda mungkin juga menyukai