Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ILMU GIZI

DIET PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

Dosen Pembimbing :

Sopiandi, S.Gz, MPH

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Farhan Septian Ardiansyah 20186513013

Kansa Reneza 20186523019

Tugas Maulinda Yunita Sari 20186523049

DIV KEPERAWATAN PONTIANAK

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2019


DIET PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

A. Gambaran Umum
Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme
tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individua tau
keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun manusia pada dasarnya adalah
omnivore suatu kelompok masyarakat biasanya memiliki preferensi atau pantangan
terhadap beberapa jenis makanan.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat dianggap remeh dan sering
dijuluki sebagai penyakit “Silent Disses” karena tanda dan gejala yang tidak terlihat
dari sekilas melihat penderitanya. Penyakit yang juga dikenal dengan tekanan darah
tinggi ini merupakan factor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan
stroke. Penyakit ini merupakan keadaan dimana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target dalam tubuh.
Hipertensi tidak secara dikenal dengan tekanan darah diastolic merupakan fase darah
yang kembali ke jantung.
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi 2 macam. Hipertensi primer atau
esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, walaupun dikaitkan
dengan factor gaya hidup seperti kurang bergerak (jarang melakukan aktifitas fisik)
dan pola makan. Penyebab hipertensi primer terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi. Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial merupakan hipertensi
yang diketahui penyebabnya, sebanyak 5-10% penderita hipertensi disebabkan oleh
penyakit ginjal, sedangkan pada 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu.
Data Riskesdas tahun 2013, memperlihatkan bahwa penderita hipertensi di
Indonesia sebanyak 25,8% pada mereka yang sudah didiagnosa oleh tenaga kesehatan
namun pengontrolan hipertensi belum sepenuhnya dapat dilakukan meskipun sudah
tersedia obat-obatan yang efektif.

Diet pada klien dengan penyakit hipertensi adalah diet DASH. Diet DASH
merupakan pengaturan pola makan yang dirancang untuk mencegah lonjakan tekanan
darah dan bahkan mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi. Jika diet
DASH dijalankan secara disiplin, tekanan darah dapat turun hanya dalam 2 minggu.

DASH merupakan singkatan dari Dietary Approaches to Stop Hypertension.


Diet DASH dirancang untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi. Menu-menu
yang tersusun dalam diet DASH terdiri dari makanan rendah garam, diet DASH juga
menitikberatkan pada nutrisi yang efektif dalam menurunkan tekanan darah.

Garam (Sodium/Natrium) merupakan musuh utama penderita hipertensi


karena dapat memberikan efek langsung terhadap kenaikan tekanan darah. Sedangkan
kalium (potassium), kalsium, dan magnesium efektif dalam menurunkan tekanan
darah.

B. Tujuan Diet

Tujuan diet pada klien dengan penyakit hipertensi adalah :

1. Mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi.
2. Mengurangi penyakit kardiovaskuler.
3. Menanggulangi atau mempertahankan keadaan tekanan darah.
4. Membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal.

C. Syarat Diet

Diet DASH memiliki syarat sederhana yaitu sebagai berikut :

1. Membatasi konsumsi natrium baik itu dalam bentuk garam maupun makanan
bersodium tinggi seperti makanan dalam kemasan (makanan kalengan), dan
makanan cepat saji.
2. Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
3. Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi dan mengandung lemak
trans.
4. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah
lemak.
5. Mengkonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan
gandum utuh.

D. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Ada 4 macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan


keadaan tekanan darah (Astawan,2002) yaitu :

1. Diet rendah garam


Diberikan pada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet
rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah
edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam
bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan
rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang
harus mengandung cukup zat-zat gizi baik kalori, protein, mineral, maupun
vitamin dan rendah sodium serta natrium (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoate (biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, dan jelly), makanan yang
dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi
penderita hipertensi biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter
terlebih dahulu (Hayens,2003).
Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Adapu syarat-syarat diet rendah garam adalah :
a) Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
b) Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
c) Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan
atau hipertensi.
Pemberian diet garam rendah tergantung pada berat tidaknya retensi garam/air
dan hipertensi. Terdapat 3 jenis diet garam rendah yaitu :

a) Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

Diet garam rendah I ini ditujukan pada pasien dengan asites/edema dan
hipertensi berat. Pada kondisi ini tidak diperkenankan menambahkan garam
ke dalam masakan yang dikonsumsi dan menghindari makanan yang tinggi
natrium.

b) Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)


Diet ini diberikan kepada pasien asites/edema dan hipertensi yang tidak
terlalu berat. Dianjurkan menghindari makanan dengan kandungan natrium
tinggi. Diperbolehkan menggunakan garam dalam pemasakan sebesar 0,5
sendok the (2g).
c) Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan pada pasien dengan edema atau hipertensi ringan. Pada
masakannya boleh ditambahkan garam dapur sebanyak 1 sendok the (4g).
Namun tetap menghindari jenis makanan yang mengandung natrium tinggi.

2. Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas

Didalam tubuh terdapat 3 bagian lemak yaitu : kolesterol, trigeserida, dan


pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan dari hasil
sintesis dalam hati. Kolesterol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolesterol dapat terjadi karena terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan tubuh akan
mengkonsumsi sekitar 25-50% dari setiap makanan (Amie,2002).

3. Diet Tinggi Serat

Serat terdiri dari 2 jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak
terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada
makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong, dan kacang hijau. Serat kasar
dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu
mengikat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang Bersama
kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat
kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005).

4. Diet Rendah Kalori

Dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang
yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu
diperhatikan hal-hal berikut :

a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram atau 0,5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olahraga ringan.

E. Makanan yang Dianjurkan

1. Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca, gula, hunkwe, makanan yang diolah
dari bahan makanan tersebut tanpa garam dapur dan soda seperti macaroni,
mie, bihun, dan roti.
2. Daging dan ikan maksimal 100g sehari dan telur maksimal 1 butir sehari.
3. Semua kacang-kacangan dan hasil olahannya yang dimasak tanpa garam
dapur.
4. Semua sayuran dan buah segar, yang diawet tanpa garam dapur dan natrium
benzoate.
5. Minyak goreng, margarin, dan mentega tanpa garam.
6. The dan kopi.
7. Bumbu kering yang tidak mengandung garam.

F. Makanan yang Tidak Dianjurkan


1. Roti, biscuit, dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau baking
powder serta soda.
2. Otak, ginjal, sardine, lidah, makanan yang diawet dengan garam dapur seperti
dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, dan lain-lain.
3. Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan
ikatan natrium lainnya.
4. Sayuran dan buah yang diawet dengan garam dapur dan ikatan natrium
lainnya seperti asinan, acar, sawi asin, sayuran/buah kaleng.
5. Mentega dan mentega biasa.
6. Minuman ringan.
7. Bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, maggi,
tomat, ketchup, petis, dan tauco.

Anda mungkin juga menyukai