Anda di halaman 1dari 21

CLINICAL REPORT SESSION

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A216039/Maret 2017

** Pembimbing/dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT

Tatalaksana Konservatif Osteomielitis pada Anak

Septia Puji Mayasari, S. Ked * dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
LEMBAR PENGESAHAN

CLINICAL REPORT SESSION

“TATALAKSANA KONSERVATIF OSTEOMIELITIS PADA ANAK”

Oleh :

Septia Puji Mayasari, S. Ked

Sebagai Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik Senior Bagian Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
RSUD Raden Mattaher Jambi

Jambi, 28 Maret 2017

Pembimbing

dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Terapi
Konservatif Osteomielitis pada Anak” ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing saya,
dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun
dalam mencari referensi yang lebih baik.
Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang
berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama atas dukungan dan bantuan mereka
selama saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam kepaniteraan ini akan
selalu menjadi suatu inspirasi. Saya juga mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam
kepada kedua orangtua saya atas bantuan, dukungan baik secara moril maupun materil,
dan kasihnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis sendiri.

Penulis,

Septia Puji Mayasari

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan .................................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................. 2


2.1. Osteomielitis .......................................................................................... 2
2.1.1 Anatomi Tulang ............................................................................. 2
2.1.2 Definisi ........................................................................................... 3
2.1.3 Epidemiologi ................................................................................. 4
2.1.4 Etiologi ........................................................................................... 4
2.1.5 Patofisiologi ................................................................................... 5
2.1.6 Klasifikasi ...................................................................................... 5
2.1.7 Manifestasi Klinis .......................................................................... 6
2.1.8 Diagnosis ........................................................................................ 7
2.1.9. Diagnosis Banding ........................................................................ 9
2.1.10 Tatalaksana .................................................................................. 10
2.1.11 Komplikasi .................................................................................. 12
2.1.12 Prognosis ...................................................................................... 12

BAB III Kesimpulan .................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Tulang ......................................................................... 2


Gambar 2.2 Proses Pertumbuhan Tulang ...................................................... 3
Gambar 2.3 Gambaran Foto Polos Osteomielitis ......................................... 8
Gambar 2.4 Gambaran Lesi Osteomielitis .................................................... 8
Gambar 2.5 Gambaran Osteomielitis pada Kaput Femur .............................. 8
Gambar 2.6 Gambaran Osteomielitis pada Tungkai dengan MRI................. 9

1
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pathogen Penyebab Osteomielitis pada Anak .............................. 4


Tabel 2.2 Usulan Pengobatan Osteomelitis .................................................. 11

v
BAB I

PENDAHULUAN

Osteomielitis merupakan suatu proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur


disekitarnya yang disebabkan infeksi dari kuman piogenik. Infeksi muskuloskeletal
merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem
muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang dapat membahayakan jiwa.
Dalam dua puluh tahun terakhir, telah banyak pengembangan tentang bagaimana
tatalaksana yang tepat terhadap penyakit ini. Usaha ini memerlukan suatu tim yang terdiri
dari spesialis bedah ortopedi, spesialis anak, spesialis penyakit infeksi, ahli mikrobiologi,
dan radiologi yang berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang
optimal bagi penderita. Berdasarkan periode waktu antara diagnosis dan onset symptom,
osteomielitis dibagi menjadi akut, subakut, atau kronik.1,2
Osteomielitis pada anak-anak adalah penyakit serius yang membutuhkan diagnosis dini
dan pengobatan untuk meminimalkan risiko gejala sisa. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengenali tanda-tanda dan gejala di awal. Hal ini penting untuk menjaga indeks
kecurigaan yang tinggi, menyadari perkembangan epidemiologi, resistensi antibiotik dan
strain agresif yang membutuhkan pemantauan dan terapi yang baik. Referat ini berusaha
merangkum mengenai patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana dari infeksi muskuloskeletal
tersebut.2,3

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. OSTEOMIELITIS
2.1.1. ANATOMI
Tulang merupakan jaringan keras dalam tubuh dan bertugas untuk menahan stress
setelah tulang rawan terutama tulang rawan jenis fibrouscartilage. Tulang menyokong
struktur-struktur tubuh lainnya, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di
dalam rongga tengkorak dan dada, serta mengandung sumsum tulang tempat di mana sel-
sel darah dibentuk. Tulang dewasa diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi tulang
panjang (seperti femur), tulang pipih atau flat (seperti panggul), dan tulang pendek (seperti
tulang tangan dan kaki). Osteomielitis biasanya terjadi pada tulang panjang dibandingkan
dengan tulang pendek dan tulang belakang.4,5
Tulang panjang dan beberapa tulang pendek seperti tulang metakarpal dibagi menjadi
tiga wilayah topografi: diafisis, epifisis, dan metafisis. Diafisis merupakan bagian poros
tulang. Epifisis tampak di kedua ujung tulang dan sebagian tertutup oleh tulang rawan
artikular. Metafisis merupakan persambungan antara bagian diafisis dan epifisis. Dalam
perkembangan tulang, proses perkembangannya sendiri dimulai dari lempeng epifisis. Di
tempat inilah di mana proses osifikasi endokhondral terjadi, suatu proses pertumbuhan
dimana terjadi secara longitudinal, kolom tulang rawan yang mengandung vaskularisasi
diganti dengan massa tulang. Ketika tulang telah mencapai panjang dewasa, proses ini
berakhir, dan terjadi penutupan bagian epifisis, sehingga tulang menjadi benar-benar
kaku.4,5

Gambar 2.1. Struktur Tulang

1
Tulang juga diklasifikasikan sesuai dengan perkembangan embriologik. Dua kategori
utama adalah membranous (seperti tengkorak) jika terbentuk secara de novo dari jaringan
ikat primitif, dan endochondral (seperti tulang panjang), jika pembentukan mereka
didahului oleh pembentukan kartilago. Pada pemotongan, tulang matang terlihat dibentuk
oleh lapisan kompak luar (korteks, tulang kortikal, tulang kompak) dan wilayah tengah
yang berbentuk seperti spons (spongiosa, medula, tulang kanselus). 4,5

Gambar 2.2. Proses Pembentukan Tulang

Tulang kompak memiliki saluran pembuluh darah yang unik, yang terbagi menjadi dua
jenis berdasarkan orientasinya dan hubungannya dengan struktur lamelar tulang
disekitarnya: membujur (kanal Haversian) dan melintang/miring (kanal Volkmann).
Kecuali untuk wilayah tulang rawan artikular, korteks dikelilingi oleh periosteum, yang
terdiri dari lapisan fibrous luar dan lapisan seluler dalam (kambium) dari lapisan sel-sel
osteoprogenitor (fibroblas dan osteoblas). Tulang terdiri dari bahan intersel yang
mengalami kalsifikasi, matriks tulang dan berbagai jenis sel: osteosit, yang ditemukan
dalam rongga (lakuna) di dalam matriks; osteoblas, yang mensintesis komponen organik
matriks tersebut; dan osteoklas, yang merupakan sel raksasa berinti banyak dan diperlukan
dalam resorpsi dan perubahan bentuk jaringan tulang.4,5,6

2.1.2. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi yang terjadi pada tulang dan medulla tulang. Infeksi ini
merupakan proses inflamasi yang dapat terjadi secara akut atau kronik akut atau kronik
dari tulang akibat infeksi organisme piogenik, dapat pula terjadi pada bagiantulang
manapun dan dapat terjadi melalui berbagai mekanisme. Osteomielitis, biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri dan mungkin dapat disebabkan oleh penyebaran

2
hematogen dari tulang, perluasan infeksi dari jaringan lunak yang berdekatan, atau
inokulasi langsung terhadap tulang melalui kulit ataupun jaringan lunak akibat trauma atau
operasi.Secara klinis osteomielitis mencakup kavitas medula dan sistem havers,
melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar ke dalam tulang kortikal dan akhirnya
mencapai periosteum tulang. Pengertian dasar osteomielitis yang dicakup dari berbagai
sumber adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum tulang atau koteks tulang
yang disebabkan oleh infeksi lokal atau trauma yang biasanya disebabkan
olehStaphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, atau Escheria coli.1,2,3

2.1.3. EPIDEMIOLOGI
Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara berkembang. Di
Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat higienis yang masih
rendah, diagnosis yang terlambat, pengobatan osteomielitis yang memerlukan biasa yang
tinggi dengan waktu yang lama, serta banyak pasien dengan fraktur terbuka yang datang
terlambat dan sudah menjadi osteomielitis. Osteomielitis sering ditemukan pada usia
dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering
dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang
dibandingkan dengan tulang pendek dan tulang belakang seperti femur, tibia, radius,
humerus, ulna, dan fibula.2,3
Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus (89-
90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan
Eschericia coli (1-2%). Osteomielitis hematogen akut biasanya lebih sering terjadi pada
anak pre-pubertas.2,3

2.1.4. ETIOLOGI

Tabel 2.1. Pathogen Penyebab Osteomielitis pada Anak Usia Tertentu

3
Penyebab osteomielitis yang paling umum, baik osteomielitis hematogen akut,
osteomielitis kronik, dan osteomielitis inokulasi langsung adalah Staphylococcus aureus.
Kondisi klinis osteomielitis bisa terjadi dengan adanya riwayat pernah mengalami fraktur
terbuka, dan riwayat pembedahan dengan pemasangan fiksasi interna. Ada berbagai
predisposisi yang meningkatkan risiko osteomielitis, meliputi: tidak adekuatnya nutrisi dan
higienitas, faktor imunitas dan virulensi kuman, serta adanya port de entree dari luka
terbuka.3

2.1.5. PATOFISIOLOGI
Osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada medulla tulang. Secara klinis
osteomielitis disebut juga suatu infeksi tulang yang dimulai dari kavitas medulla dan
sistem Havers, melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar ke dalam tulang kortikal
dan akhirnya mencapai periosteum tulang. Terjadi proses inflamasi berupa hiperemi dan
edema di daerah metafisis, disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang
dimana jaringan tulang tidak dapat berekspansi akan menyebabkan tekanan tulang
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah
sehingga terjadi gangguan suplai darah di dalam tulang. Tingginya tekanan dalam tulang
menyebabkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang
dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.Terjadinya kegagalan mikrosirkulasi pada
tulang kanselus merupakan faktor utama terjadinya osteomielitis, karena daerah yang
terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrosis.Disamping proses yang disebutkan di
atas, pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum
sepanjang diafisis sehingga membentuk suatu jaringan skuestrum yang merupakan tanda
umum osteomielitis. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi discharge yang keluar
melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah
tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi, serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronik. Beberapa faktor etiologi terjadinya osteomielitis, seperti
luka karena trauma, radiasi dan bahan-bahan kimia, dapat menyebabkan inflamasi pada
rongga medulla tulang.7

4
2.1.6. KLASIFIKASI
Pembagian klasifikasi dari osteomielitis terbagi berdasarkan onsetnya, yaitu:3
Osteomielitis Akut
Osteomielitis akut biasanya terjadi kurang dari 2 minggu, merupakan suatu peradangan
akut pada tulang yang disebabkan oleh infeksi. Atas dasar rute infeksi, osteomielitis akut
dapat digolongkan sebagai hematogen dan eksogen. Osteomielitis hematogen dominan
terlihat pada anak-anak dan melibatkan tulang panjang yang sangat vaskular, terutama
ekskremitas bawah. Pada orang dewasa, menyebar secara hematogen lebih umum pada
badan vetebrae lumbar daripada di tempat lain.
Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronik adalah infeksi yang terjadi lebih dari 3 bulan, seperti yang telah
disebutkan di atas ialah lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak ditangani secara
adekuat. Pada infeksi yang berlangsung kronik terangkatnya periosteum menyebabkan
timbulnya reaksi pembentukan tulang baru yang di dalamnya terdapat sekuestrum dan
disebut invulkrum. Reaksi ini terutama terjadi pada anak-anak, sehingga di sepanjang
daerah diafisis dapat terbentuk tulang baru dari lapisan terdalam periosteum. Tulang yang
baru terbentuk inindapat mempertahankan kontinuitas tulang, meskipun sebagian besar
bagian tulang yang terinfeksi telah mati dan menjadi sekuestrum.

2.1.7. MANIFESTASI KLINIS


Osteomielitis Hematogen Akut
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut. Nyeri biasanya
terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di dekatnya. Sebagai
contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut, maka sendi panggul juga harus
dievaluasi akan adanya arthritis. Penderita biasanya akan menghindari menggunakan
bagian tubuh yang terkena infeksi.3,8,9
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan pergerakan sendi yang
terbatas, namun oedem dan kemerahan jarang ditemukan. Dapat pula disertai gejala
sistemik seperti demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan menurun pada anak.3,8,9
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan dramatis dari CRP, LED, dan
leukosit. Pada pemeriksaan kultur darah tepi, ditemukan organisme penyebab infeksi. Pada
pemeriksaan foto polos pada awal gejala didapatkan hasil yang negatif. Seminggu setelah

5
itu dapat ditemukan adanya lesi radiolusen dan elevasi periosteal. Sklerosis reaktif tidak
ditemukan karena hanya terjadi pada infeksi kronis.3,8,9

Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronis adalah lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terobati secara
adekuat. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen, iatrogenik, atau akibat dari trauma
tembus. Infeksi kronis seringkali berhubungan dengan implan logam ortopedi yang
digunakan untuk mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau perkembangan
hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan tempat perkembangan
bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari leukosit dan antibiotik. Pada hal ini,
pengangkatan implan dan tulang mati tersebut harus dilakukan untuk mencegah infeksi
lebih jauh lagi. Gejala klinisnya dapat berupa ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya
drainase pus atau fistel, malaise, dan fatigue.3,8,9

2.1.8. DIAGNOSIS
Terdapat trias pada osteomielitis yaitu, demam, nyeri, dan peningkatan tanda-tanda
inflamasi (pembengkakan, kemerahan, teraba hangat, dan nyeri tekan lokal) pada daerah
infeksi. Terdapat pula kerusakan jaringan lunak disertai keluarnya pus dari kloaka,
deformitas, sampai hambatan mobilitas fisik. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.3,8,9,10
Anamnesis
Pada anamnesis dilakukan observasi terhadap keluhan utama, serta riwayat perjalanan
penyakit, dan ditemukan gejala berupa nyeri hebat yang berdenyut, riwayat jatuh
sebelumnya yang dikaitkan dengan pseudoparalisis, disertai demam dan malaise.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan pergerakan sendi
yang terbatas, namun edema dan kemerahan jarang ditemukan. Dapat pula disertai gejala
sistemik seperti demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan menurun pada anak.
Gangguan pergerakan pada kaki karena pembengkakan sendi daan gangguan bertambah
berat pabila terjadi spasme lokal. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh
efusi sendi atai infeksi sendi.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium:

6
Pada pemeriksaan labor hematologi didapatkan hasil leukositosis dengan predominasi
sel-sel PMN, LED dan CRP meningkat. Pemeriksaan kultur atau biakan kuman sangat
diperlukan untuk pemberian antimikroba yang rasional. Termasuk kultur darah dan tulang.
Kultur darah akan sangat bermakna pada osteomielitis hematogen. Kultur tulang dapat
menegakkan diagnosis lebih baik daripada kultur darah.
- Pemeriksaan Radiologi:

Gambar 2.3. Gambaran Osteomielitis dengan Foto Polos

Pada pemeriksaan foto polos pada awal gejala didapatkan hasil yang negatif, seminggu
setelah itu dapat ditemukan adanya lesi radiolusen dan elevasi periosteal pada korteks
maupun medulla, juga dapat ditemukan adanya sekustrum pada tulang atau destruksi
tulang akibat adanya nekrosis dari tulang yang mengalami osteomielitis. Sklerosis reaktif
tidak ditemukan karena hanya terjadi pada infeksi kronis. Presentasi radiologi dari
osteomielitis hematogen akut mirip dengan gambaran neoplasma seperti leukimia
limfositik akut, sarkoma ewing, dan histiositosis langerhans. Karena itu, dibutuhkan biopsi
untuk menentukan diagnosis pasti.

Gambar 2.4. Lesi osteolitik dari metafisis proksimal femur kiri (panah)

7
Gambar 2.5. (A) T1-weighted Menunjukkan Pengumpulan Cairan Metaphyseal dan Edema di
Sekitarnya; (B) T1-weighted SPIR Gambaran Komponen Cairan Lebih Jelas

MRI akan menghasilkan hasil yang terbaik. Dapat sebagai pendeteksian dini dan
menentukan lokasi osteomielitis. Karena dapat memperlihatkan edema dan destruksi
medula, disamping reaksi periosteal, destruksi kortikal, kerusakan sendi, dan jaringan
lunak yang terlibat, bahkan ketika radiografi konvensional belum menunjukkan adanya
kelainan.

Gambar 2.6. Gambaran Osteomielitis dengan MRI

2.1.9. DIAGNOSIS BANDING


Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing adalah neoplasma yang tersusun oleh sel yang ganas, yang kebanyakan
menyerang usia muda pada tulang panjang. Insidensi sarkoma ewing cukup jarang tapi
memiliki prognosis yang buruk. Gejala klinis yang pertama dirasakan adalah nyeri, pada
awalnya nyeri dapat intermiten dan ringan namun dengan cepat menjadi berat.
Pertumbuhan tumor lambat laun menimbulkan pembekakan yang dapat terlihat.
Pembekakannya tegang, elastik, keras, terdapat nyeri tekan, tumbuh dengan cepat, dan
terdapat peningkatan suhu lokal.10

8
Artritis Sepsis
Merupakan infeksi yang terjadi pada sendi, pada srtritis sepsis, kuman masuk ke dalam
sendi dan menyebabkan nyeri yang parah disertai pembengkakan. Tanda dan gejalanya
adalah demam, nyeri parah pada sendi, pembengkakan sendi, dan peningkatan suhu pada
daerah infeksi. Pada anak gejala tambahannya adalah hilangnya nafsu makan, takikardia,
dan rewel. 10
Fraktur Stres
Fraktur stres adalah retakan kecil pada tulang, biasanya disebabkan oleh aktifitas yang
berulang-ulang, gejala klinisnya adalah nyeri dan pembengkakan pada daerah yang cedera.
10

2.1.10. TATALAKSANA
Merawat anak dengan osteomielitis hematogen akut merupakan tantangan multidisiplin
dan membutuhkan kerjasama antara dokter anak, dokter bedah ortopedi, ahli mikrobiologi
dan ahli radiologi. Copley et al, dalam penelitiannya menegaskan efektivitas pendekatan
multidisiplin dalam hal efisiensi penyelidikan klinis, tingkat identifikasi patogen penyebab,
lamanya tinggal di rumah sakit, dan tingkat resistensi pengobatan berdasarkan data
epidemiologic setempat. Tujuan utama dari upaya bersama ini adalah untuk membangun
terapi dini yang efektif.3
Ada 4 aspek penting dalam manajemen pasien: (1) pengobatan suportif untuk nyeri dan
dehidrasi, (2) pembebatan area yang terkena, (3) terapi antibiotik, dan (4) drainase
pembedahan. Dilakukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian analgetik untuk
penghilang rasa nyeri, diberikan antipiretik apabila ada demam. Pemberian cairan
intravena dan kalau perlu transfusi darah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi untuk imobilisasi ekskremitas.11
Osteomielitis akut harus diobati segera agar tidak berlanjut menjadi kronis. Biakan
darah diambil dan pemberian antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan.
Pemberian antibiotik intravena dilakukan secepatnya sesuai dengan kuman penyebab
tersering yaitu Staphylococcus aureus, sambil menunggu hasil biakan kuman. Pemilihan
antibiotik yang spesifik dapat berdasarkan identifikasi organisme kausatif dan data
epidemiologi setempat mengenai resistensi antibiotik. Antistaphylococcal penicillin seperti
oxacillin atau flucoxacillin dan atau cephalosporin direkomendasikan sebagai terapi lini
pertama. Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 4-6 minggu. Pada penelitian Zaoutis

9
T et al, dinyatakan perbaikan respon klinis sudah terlihat setelah 2-4 hari pemberian terapi
intravena, yang kemudian dapat digantikan dengan antiboitik oral dalam 20 hari
selanjutnya, atau dapat langsung dilanjutkan selama 30 hari pemberian terapi intravena.12
Pemeriksaan LED dan CRP sebaiknya dilakukan secara serial setiap minggu untuk
memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang persisten
pada masa akhir pemberian antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki infeksi yang
tidak dapat ditatalaksana secara komplit. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan
retensi alat ortopedi, debridemen jaringan nekrotik yang inkomplit, immunocompromised,
atau resistensi terhadap antibiotik. Idealnya, eksplorasi bedah harus dilakukan pada pasien
ini untuk menentukan apakah dibutuhkan terapi tambahan. Kegagalan pemberian
antibiotika dapat disebabkan oleh: Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan
mikroorganisme penyebab, dosis yang tidak adekuat, lama pemberian tidak cukup,
timbulnya resistensi, kesalahan hasil biakan, antibiotika antagonis, pemberian pengobatan
suportif yang buruk, dan kesalahan diagnostik.3

Tabel 2.2. Usulan Pengobatan Antibiotik Osteomielitis Akut pada Anak

10
Apabila antibiotik diberikan sedini mungkin, biasanya drainase tidak diperlukan. Akan
tetapi, jika dalam 36 jam sejak mulai pengobatan baik lokal dan sistemik tidak ditemukan
perbaikan pada keadaan umum, bahkan sebelum itu ditemukan tanda pus yang dalam
(bengkak, edem, fluktuasi), dan jika didapatkan pus pada aspirasi, abses harus didrainase
dengan operasi terbuka menggunakan anastesi umum. Pada drainase bedah pus
subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intraoseus, disamping itu pus
digunakan sebagai bahan untuk biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari
dengan menggunakan cairan NaCl dan antibiotik.Sekali tanda infeksi ditemukan,
pergerakan dibatasi dan anak dibolehkan berjalan dengan menggunakan kruk. Pembebanan
penuh biasanya dimungkinkan setelah 3-4 minggu.3
Apabila osteomielitis telah berlanjut kronik, maka dapat dilakukan debridement untuk
mengeluarkan jaringan nekrotik dalam sekuester dan pengaliran nanah, antibiotik tetap
diberikan sesuai hasil kultur. Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas
sehingga satu-satunya tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila
proses akut telah dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan.
Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat. Pada
infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur
patologis. Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Lakukan pemasangan gips apabila invulkrum belum cukup kuat untuk menggantikan
tulang yang telah hancur menjadi sekuester, dilakukannya pemasangan gips adalah untuk
mencegah fraktur patologik pada tulang.3

2.1.11. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:10
 Abses tulang
 Abses paravertebral/epidural
 Bakteremia
 Fraktur
 Selulitis jaringan lunak
 Sinus jaringan lunak

11
2.1.12. PROGNOSIS
Prognosisnya tergantung dari diagnosa dini dan terapi yang adekuat. Ketika
pengobatan didapatkan, hasil akhir dari osteomielitis biasanya bagus. Pada osteomielitis
kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar, bahkan jika dilakukan pembedahan,
abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya. Ini biasanya
disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang
terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah. Amputasi biasanya dibutuhkan,
terutama pada pasien dengan diabetes atau diabetes atau kurangnya sirkuasi darah.13

12
BAB III
KESIMPULAN

Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Proses inflamasi terjadi akut
maupun kronik yang mengenai tulang dan strukturnya yang diakibatkan infeksi kuman
piogenik. Osteomielitis hematogenik akut merupakan penyakit yang terutama terjadi pada
anak-anak. Osteomielitis karena trauma langsung dan osteomielitis perkontinuitatum
umum sering terjadi pada usia dewasa dan remaja dibandingkan usia anak-anak.
Staphylococcus aureus merupakan agen infeksi yang paling umum ditemukan pada
osteomielitis pada saat ini dan bahkan sebelum berkembangnya antibiotik. Manajemen
pasien dengan osteomielitis adalah (1) pengobatan suportif untuk nyeri dan dehidrasi, (2)
pembebatan area yang terkena, (3) terapi antibiotik, dan (4) drainase pembedahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. King RW, Johnson D. Osteomyelitis in Emergency Medicine. Medscape Drug and


Disease Overview. June 15, 2016.
2. Copley LA, Kinsler A, Gheen T, Shar A, Sun D, Browne R. The Impact of Evidence-
based Clinical Practice Guidelines Applied by a Multidisciplinary Team for The Care
of Children with Osteomyelitis. J. BoneJoint Surg. Am. 2013, 95, p 686–693.
[CrossRef] [PubMed]
3. Chiappini E, Mastrangelo G, Lazzeri S. A Case of Acute Osteomyelitis: An Update on
Diagnosis and Treatment. International Journal of Environmental Research and Public
Health. 2016, 13, 539; p 1-10.
4. Munandar A. Iktisar Anatomi Alat Gerak dan Ilmu Gerak. Edisi I. Jakarta: EGC; 1994.
h. 13–5.
5. Weidner N, Lin GY, Kyriaskos M. Joint and Bone Pathology. Modern Pathology.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009. p. 1784-1812.
6. Kierszenbaum AL. Histology and Cell Biology: an Introduction to Pathology, Second
edition. Elseiver Inc; 2007. p.134- 162.
7. Roy M, Somerson JS, Kevin G, Kerr KG, Conroy JL. Pathophysiology and
Pathogenesis of Osteomyelitis. Prof. Mauricio S. Baptista (Ed.), ISBN: 978-953-51-
0399-8, InTech. 2012. p 1-25.
8. Sjamsuhidajat, De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed: 3. Jakarta; EGC. 2010. h; 988-9.
9. Solomon L. Apley’s System Orthopedics and Fractures. CRC Press, Taylor and
Francis group. Ed: 9. August 17, 2010.
10. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Infeksi Tulang dan Sendi:
Osteomielitis. Jakarta; Salemba Medika, 2012. h:173-8.
11. Stead AG, Sread SM, Kaufman MS, Kent TS. First Aid for the Surgery Clerkship.
Boston: McGraw-Hill, 2003. 473-5.
12. Zaoutis, T, Localio, A.R, Leckerman, K, Saddlemire, S, Bertoch, D, Keren, R.
Prolonged Intravenous Therapy Versus Early Transition to oral Antimicrobial Therapy
for Acute Osteomyelitis in Children. Pediatrics, 2009, 123, p. 636–642. [CrossRef]
[PubMed]
13. Chew FS, Schulze ES, Mattia AR. Osteomyelitis. Radiologic-Phatologic Conferences
of Massachusetts General Hospital. AJR 1994;162:942.

14

Anda mungkin juga menyukai