Anda di halaman 1dari 8

Tingkat Pemahaman Manajemen Perawatan Luka pada

Ormawa PMPA Vagus UNS


Abidah Agnia Qalby
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Abidahagnia.q@gmail.com

Abstract. Wounds are damage or loss of body tissue due to a factor that interferes the body's
protection system. When a wound occurs, it is very possible that germs and foreign objects
can interfere the body's protective system . The body has its own defense system, which
without humans realizes when there is a disruption or imbalance in the human body, then by
itself the body will compensate for the interference. Likewise, when a wound occurs, the body
will automatically doing healing process. However, the most common complication during
wound healing is infection, therefore it is important to know the management of wound care.

Keywords: wound, wound healing

1. PENDAHULUAN

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu (Potter, 2006). Berdasarkan lamanya
proses penyembuhan luka, luka dikelompokkan menjadi luka akut dan kronis. Luka akut merupakan
cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti keadaan normal dengan bekas luka yang minimal
dalam rentang waktu 8-12 minggu. Penyebab utama dari luka akut adalah cedera mekanikal karena
faktor eksternal, seperti terjadinya kontak antara kulit dengan permukaan yang keras atau tajam, luka
tembak, dan luka pasca operasi. Sedangkan luka kronis adalah luka yang gagal diproses melalui
proses reparasi yang tertib dan tepat waktu untuk menghasilkan integritas anatomis dan fungsional
dari lokasi yang cedera (Lazarus,2004). Salah satu penyebab terjadinya luka kronik adalah kegagalan
pemulihan karena kondisi fisiologis (seperti diabetes melitus dan kanker), infeksi terus-menerus, dan
rendahnya tindakan pengobatan yang diberikan (Purnama, 2017).
Jika terjadi luka maka tubuh akan mengeluarkan kompensasi berupa mekanisme
penyembuhan. Penyembuhan luka normal melibatkan tiga fase berturut-turut tetapi tumpang tindih,
termasuk hemostasis / fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling (Wang, 2018). Ketika
proses inilah komplikasi sering terjadi. Komplikasi yang sering terjadi selama proses penyembuhan
adalah berupa infeksi (Eitel,1988). Luka ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan
dan menyebabkan biaya medis yang signifikan (Powers dkk, 2016)
Dalam merawat luka ada banyak hal penting yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah
memastikan jaringan mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Oksigen adalah prasyarat untuk
penyembuhan luka yang sukses karena meningkatnya permintaan untuk proses reparasi seperti
proliferasi sel, pertahanan bakteri, angiogenesis dan sintesis kolagen (Schremi, 2010). Selain itu,
penggunaan serta pemilihan bahan perawatan luka yang kurang sesuai akan menyebabkan proses
inflamasi yang memanjang dan berkurangnya pasokan oksigen di jaringan luka yang tentunya akan
memperpanjang waktu penyembuhan luka.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alami, peneliti sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner berupa google form yang
berisi sepuluh pertanyaan tertutup dengan penilaian skala likert. Pertanyaan yang diajukan bersumber
pada buku Panduan Manajemen Luka karya Moya J Morison.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mengumpulkan data penulis mendapatkan sepuluh koresponden yang seluruhnya
merupakan anggota ormawa PMPA Vagus periode UNS 2018/2019. PMPA Vagus merupakan
organisasi mahasiswa yang didirikan pada tahun 1983, organisasi ini bergerak di bidang
kepencintaalaman serta bantuan medis. Tom tenaga bantuan medis pada umumnya hanya diikuti oleh
mahasiswa rumpun kedokteran, seperi dokter, apoteker, ataupun perawat. Namun berbeda dari yang
lain PMPA Vagus juga memiliki anggota medis yang terdiri dari mahasiswa program studi non-
kedokteran seperti psikologi dan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Ternyata hal tersebut yang
merupakan implementasi dari program FK UNS yaitu interprofesional education atau disingkat IPE,
program ini mengkolaborasikan antara kesehatan fisik dan juga kesehatan mental.

Kuesioner yang disebarkan terdiri dari sepuluh pernyataan dengan lima skala jawaban yang mana
masing masing skala memiliki skor yaitu,

Pertanyaan Positif (+)


Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. (Setuju/Baik/suka)
Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Pertanyaan Negatif (-)
Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Skor 2. (Setuju/Baik/suka)
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 orang (60 %) responden sangat setuju dan 4 orang (40
%) responden setuju bahwa perawatan luka dilakukan untuk membersihkan luka, mengobati luka dan
menutup kembali luka dengan teknik steril. Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang
mengakibatkan perpanjangan proses penyembuhan luka.

Sebanyak 6 orang (60 %) responden sangat setuju, 3 orang (30 %) responden setuju, dan 1
orang (10%) responden cukup setuju bahwa prioritas dalam perawatan luka salah satunya adalah
mengatasi pendarahan (homeostasis) dan mengeluarkan benda asing yang bertindak sebagai fokus
infeksi. Menurut Moya hal ini dilakukan karena tujuannya adalah untuk melindungi individu dari
kerusakan fisiologis lebih lanjut, menyingkirkan penyebab yang berpotensi memperlambat
penyembuhan, dan menciptakan lingkungan yang optimal untuk rekonstruksi dan epitelialisasi
vaskuler.

Pada pernyataan ketiga, jika ada kulit/jaringan yang rusak maka tidak diperlukan balutan
untuk menutupi kulit/jaringan tersebut, 4 orang (40 %) responden menjawab tidak setuju, 4 orang (40
%) responden menjawab kurang setuju, 1 orang (10%) responden cukup setuju, dan 1 orang (10%)
responden setuju. Menurut Moya, jika ada kulit yang rusak maka biasanya diperlukan balutan untuk
melindungi dari kerusakan lebih lanjut dan untuk menggantikan sementara beberapa fungsi kulit yang
utuh.

Sebanyak 4 orang (40 %) responden menjawab sangat setuju, 4 orang (40 %) responden
menjawab setuju, 1 orang (10%) responden cukup setuju, dan 1 orang (10%) responden kurang setuju
bahwa debrimen bedah (pengangkatan jaringan nekrotik) dengan anestesia umum atau lokal
merupakan metode yang cepat untuk memperoleh lapisan luka yang bersih, namun tidak bagi lansia
atau pasien yang sangat lemah. Adanya jaringan nekrotk dapat memperlambat penyembuhan serta
mendorong terjadinya infeksi, dan biasanya sering menutupi luas yang sebenarnya dari kerusakan
jaringan.

Sebanyak 5 orang (50 %) responden sangat setuju, 4 orang (40 %) responden menjawab
setuju, 1 orang (10%) responden cukup setuju bahwa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk
memutuskan teknik perawatan luka yang telah terinfeksi adalah tingkat kelemahan pasien, sejauh
mana virulensi organisme,sejauh mana tingkat penularan pasien pasien lain di bangsal (jika rawat
inap). Menurut Moya menilai tingkat kelemahan pasien untuk mengetahui apakan sistem imun pasien
dapat menanggulangi infeksi dengan bantuan luar yang minim atau efektivitas imun pasien tertekan
dengan infeksi tersebut. Selain itu pertimbangan virulensi juga penting penting untuk mengetahui
potensi penyebarannya, begitupun dengan pertimbangan sejauh mana tingkat penularan pasien di
bangsal dilakukan untuk mengetahui apakah pasien perlu diisolasi atau tidak.

Dalam pernyataan keenam jika terdapat tanda tanda klinis infeksi luka seperti pus kuning
berlebihan, bau busuk, atau krusta hijau maka tidak perlu dilakukan swab (sebelum membersihkan
luka) dan kirimkan ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas sebanyak , 1 orang (10
%) responden menjawab tidak setuju, 4 orang (40 %) responden menjawab kurang setuju, 2 orang
(20%) responden cukup setuju, dan 3 orang (30%) responden setuju. Padahal seharusnya swab perlu
dilakukan saat sebelum dibersihkan pada luka yang sudah terinfeksi guna diidentifikasi lebih lanjut di
laboratorium agar dapat diobati dengan tepat.

Sebanyak 4 orang (40 %) responden menjawab sangat setuju, 4 orang (40 %) responden
menjawab setuju, 1 orang (10%) responden kurang setuju bahwa alat yang diperlukan dalam
perawatan luka adalah kasah, plester, handscoon, larutan NaCl 0,9%, pinset anatomis dll. Prinsip
perawatan luka adalah menjaga luka agar tetap steril, maka penting untuk menggunakan handscoon
dan kassa untuk meminimalisir penyebaran kuman. Larutan NaCl digunakan untuk membersihkan
luka sebelum ditutup.

Teknik pencucian luka yang tepat dan tidak menyebabkan trauma dan perdarahan berulang
pada luka ialah showering/irigasi, pada pernyataan tersebute sebanyak 5 orang (50 %) responden
menjawab sangat setuju, 4 orang (40 %) responden menjawab setuju, 1 orang (10%) responden
kurang setuju. Tekanan irigasi 13 psi efektif untuk membersihkan luka dan mengurangi infeksi tanpa
menyebabkan trauma jaringan. Terapi pusaran air efektif dalam mengurangi peradangan dan rasa sakit
pada luka bedah (Fernandez, 2004).

Pada pernyataan kesembilan pengkajian luka dilakukan sebelum luka dibersihkan meliputi
lokasi luka,ukuran, stadium, dan warna dasar luka, sebanyak 2 orang (20 %) responden menjawab
tidak setuju, 1 orang (10 %) responden menjawab kurang setuju, 1 orang (10%) responden cukup
setuju, 3 orang (30%) responden setuju, dan 3 orang (30%) responden sangat setuju. Padahal untuk
penilaian yang lebih akurat seharusnya pengkajian luka dilakukan setelah membersihkan luka.
Sebanyak 6 orang (60 %) responden menjawab sangat setuju, 2 orang (20 %) responden
menjawab setuju, dan 2 orang (20%) responden cukup setuju bahwa larutan NaCl 0,9 % merupakan
cairan pencuci luka yang baik digunakan untuk luka, tidak bersifat korosif. NaCl 0,9% merupakan
larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering,
menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan (Salami, 2006).

Berdasarkan kuesioner yang diajukan panduan penilaian dan pemberian skor dengan
menggunakan pendekatan skala likert dan penulis menggunakan lima ketegori meliputi sangat baik,
baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Untuk penjabaran penghitungan yang lebih lengkap penulis
lampirkan di halaman lampiran.

4. SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian dengan pendekatan skala likert, ditemukan bahwa empat dari
sepuluh anggota memiliki pemahaman yang sangat baik dan 6 sisanya memiliki pemahaman yang
baik dalam manajemen perawatan luka. Sedangkan secara keselurahan pemahaman anggota berada
ditingkat sangat baik dengan persentase 80,6%. Hal ini didukung oleh latar belakang dan pengalaman
anggota PMPA Vagus sebagai organisasi mahasiswa dengan spesialisasi tenaga bantuan medis yang
juga bergerak dibidang kepecintaalaman sebagai ciri khasnya. Selain itu PMPA Vagus juga menjadi
tenaga bantuan medis UNS yang utama jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi yang terjadi di
Lombok 2018. Selain keterampilan dibidang tenaga medis, PMPA Vagus UNS juga memiliki
keterampilan dibidang kesehatan mental dengan diwakili oleh anggotanya yang dari program studi
psikologi, karena fakta lapangan menunjukkan bahwa kesehatan fisik juga didukung oleh kesehatan
mental.

5. SARAN

PMPA Vagus UNS sebagai tenaga bantuan medis utama seharusnya selalu bersiap siaga dalam
menangani segala hal tanpa menunggu bencana menghampiri. Terus berlatih, memiliki sikap tangguh,
dan mempelajari ilmu kedokteran lebih dulu dan dalam merupakan hal yang sangat penting dan harus
terus berlanjut karena keterampilan sangatlah dibutuhkan ketika mereka dibutuhkan semisal ada
bencana alam. Tak hanya keterampilan secara fisik dan ilmu, namun juga sebagai tenaga bantuan
medis yang utama mereka dituntut untuk memiliki keterampilan secara emosional mengingat medan
yang mereka jalani sangatlah berat dan penuh tekanan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Buku

A, Potter. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (4th ed., pp. 91-
96). Jakarta: EGC.
Morison, Moya J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta : EGC

Jurnal

Belkaid, Y., & Harrison, O. (2017). Homeostatic Immunity and the Microbiota. Science Direct, 46(4),
562-576.
Edwards, R., & Harding, K. (2004). Bacteria and wound healing. Current Opinion In Infectious
Diseases, 17(2), 91-96.
F, Eitel., & J, Sklarek. (1988). Wound Healing and Wound Dressing. Pubmed, 16(1), 1-12. Retrieved
from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3285518
GS, Lazarus., DM, Cooper., DR, Knighton., RE, Percoraro., G, Rodeheaver., & MC, Robson. (1994).
Definitions and guidelines for assessment of wounds and evaluation of healing. Wound Repair
And Regeneration, 2(3), 165-70. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17156107
JG, Powers., C, Higham., K, Broussard., & TJ, Phillips. (2016). Wound healing and treating wounds:
Chronic wound care and management. Journal Of The American Academy Dermatology, 74(4),
607-625. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26979353
Mutiara, T. (2009). Peranan Serat Alam untuk Bahan Baku Tekstil Medis Pembalut Luka (Wound
Dressing). Jurnal Arena Tekstil, 24(2). Retrieved from
http://http;//isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2 42097993.pdf.
Purnama, H., & Mita, S. (2017). Proses Penyembuhan dan Perawatan Luka : Review Sistematik.
Retrieved from http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/13366
R, Fernandez., R, Griffiths., & C, Ussia. (2019). Effectiveness of solutions, techniques and pressure in
wound cleansing. JBI Library Systematic Rev., 2(7), 1-55.

Schremi, S., RM, Szeimies., L, Prantl., S, Karrer., M, Landthaler., & P, Babilas. (2010). Oxygen in
acute and chronic wound healing. The British Journal Of Dermatology, 163(2), 257. Retrieved
from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20394633
Salami, A., Imosemi, I., & Owoeye, O. (2006). A Comparison of the Effect of Chlorhexidine, Tap
Water and Normal Saline on Healing Wounds. International Journal Of Morphology, 24(4),
673-676.
Wang, P., Huang, B., Horng, H., Yeh, C., & Chen, Y. (2018). Wound healing. Journal Of The Chinese
Medical Association, 81(2), 94-101.

Lampiran

TABEL HASIL PENGUMPULAN DATA KUISIONER MELALUI GOOGLE FORM


N Pertanyaan Jawaban
o 5 4 3 2 1
1 Perawatan luka dilakukan untuk 6 orang 4 orang
membersihkan luka, mengobati luka dan
menutup kembali luka dengan teknik steril
2 Prioritas dalam perawatan luka salah 6 orang 3 orang 1 orang
satunya adalah mengatasi pendarahan
(homeostasis) dan mengeluarkan benda
asing yang bertindak sebagai fokus infeksi
3 Jika ada kulit/jaringan yang rusak maka 4 orang 4 orang 1 orang 1 orang
tidak diperlukan balutan untuk menutupi
kulit/jaringan tersebut
4 Debrimen bedah (pengangkatan jaringan 4 orang 4 orang 1 orang 1 orang
nekrotik) dengan anastesi umum atau local
merupakan metode yang cepat untuk
menperoleh lapisan luka yang bersih,
namun tidak bagi lansia atau pasien yang
sangat lemah
5 Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk 5 orang 4 orang 1 orang
memutuskan teknik perawatan luka yang
telah terinfeksi adalah: tingkat kelemahan
pasien, sejauh mana virulensi
organisme,sejauh mana tingkat penularan
pasien pasien lain di bangsal (jika rawat
inap)
6 Jika terdapat tanda tanda klinis infeksi luka 1 orang 4 orang 2 orang 3 orang
seperti pus kuning berlebihan, bau busuk,
atau krusta hijau maka tidak perlu
dilakukan swab (sebelum membersihkan
luka) dan kirimkan ke laboratorium untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas
7 Alat yang diperlukan dalam perawatan luka 4 orang 4 orang 2 orang
adalah kassa, plester, handscoon, larutan
NaCl 0,9%, pinset anatomis dll
8 Teknik pencucian luka yang tepat dan tidak 5 orang 4 orang 1 orang
menyebabkan trauma dan perdarahan
berulang pada luka ialah
showering/mengirigasi
9 Pengkajian luka dilakukan sebelum luka 2 orang 1 orang 1 orang 3 orang 3 orang
dibersihkan meliputi lokasi luka,ukuran,
stadium, dan warna dasar luka
10 Cairan pencuci luka yang baik digunakan 6 orang 2 orang 2 orang
untuk luka, tidak bersifat korosif
danmendukung metode perawatan luka
lembab adalah NaCl 0,9 %

No. No. No. No. No. No. No. No. No. No.1 Nil
Nama pengguna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 ai kategori
alyameliasiregar1@gmail.co sangat
m 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 48 baik
anis.sofiaa@yahoo.com 4 5 4 4 4 4 2 2 2 4 35 baik
sangat
naletham14@gmail.com 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 46 baik
fadhililhama@gmail.com 5 4 2 4 4 2 4 4 1 5 35 baik
misbah.adam.muhamad@gm
ail.com 5 4 4 4 5 3 4 5 1 5 40 baik
saujanassdina@gmail.com 4 3 4 2 3 3 4 4 2 3 32 baik
sangat
fathia.yaya@gmail.com 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 baik
ilhamn713@gmail.com 4 5 4 4 4 2 2 4 2 4 35 baik
sangat
Rasyiddr@yahoo.com 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 50 baik
adhirahernandaa@ail.com 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 34 baik

Penentuan skor jawaban


 Pertanyaan positif
Skala jawaban nila
i
Sangat setuju 5
setuju 4
Cukup/netral 3
Kurang setuju 2
Tidak setuju 1
 Pertanyaan negatif
Skala jawaban nila
i
Sangat setuju 1
setuju 2
Cukup/netral 3
Kurang setuju 4
Tidak setuju 5

Skor ideal
Skor kriterium = nilai skala + jumlah responden
rumus skala
5 x 10 = 50 Sangat baik
4 x 10 = 40 Baik
3 x 10 = 30 Cukup
2 x 10 = 20 Kurang
1 x 10 = 10 Sangat kurang

Rating skale

Nilai jawaban kategori


41-50 Sangat baik
31-40 Baik
21-30 Cukup
11-20 Kurang
0-10 Sangat kurang

Skor penilaian pernomor

N Skor jawaban Jumlah skor kategori


o 5 4 3 2 1
1 6 orang 4 orang 46 Sangat baik
2 6 orang 3 orang 1 orang 45 Sangat baik
3 4 orang 4 orang 1 orang 1 orang 41 Sangat baik
4 4 orang 4 orang 1 orang 1 orang 41 Sangat baik
5 5 orang 4 orang 1 orang 44 Sangat baik
6 1 orang 4 orang 2 orang 3 orang 33 Baik
7 4 orang 4 orang 2 orang 40 Baik
8 5 orang 4 orang 1 orang 43 Sangat baik
9 2 orang 1 orang 1 orang 3 orang 3 orang 26 Cukup
10 6 orang 2 orang 2 orang 44 Sangat baik

Rating scale penilaian keseluruhan pertanyaan

Nilai skala tertinggi x jumlah responden x jumlah pertanyaan = 5x 10 x 10 = 500

Nilai kategori
jawaban
401-500 Sangat baik
301-400 Baik
201-300 Cukup
101-200 Kurang
0-100 Sangat
kurang

Skor penilaian keseluruhan

Seluruh jumlah skor ditambahkan

46+45+41+41+44+33+40+43+26+44 = 403
Jika dipresentasekan  jumlah skor x 100% = 403 x 100 % =
80,6 %
Nilai tertinggi jumlah skor 500
Maka didapatkan bahwa secara keseluruhan anggota PMPA Vagus UNS memiliki
pemahaman yang sangat baik dengan presentase 80,6 %

Anda mungkin juga menyukai