Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Moral remaja pada era globalisasi ini telah menyimpang dari ajaran tentang tingkah laku
hidup atau ajaran agama tertentu yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Mereka
cenderung mengagung-agungkan budaya Barat dibandingkan budaya asli Indonesia yang
sebenarnya sangat unik dan beragam. Bukan hanya mengagung-agungkan budaya Barat saja
tapi teknologi global pun juga ikut mempengaruhi krisis moral pada remaja. Kebudayaan
sama halnya dengan spesies-spesies, mengalami seleksi berdasarkan adaptasinya terhadap
lingkungan, yakni sejauh mana kebudayaan itu membantu anggota-anggotanya untuk survive
dan memelihara kebudayaan itu sendiri. Hal ini menyebabkan krisis moral yang
berkepanjangan. Apabila hal ini terus terjadi maka bukan tidak mungkin akan menghasilkan
manusia-manusia yang tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita.
Maka dari itu perlu menyadari betapa pentingnya penguatan pendidikan karakter sangat
penting sebagai sarana pembentuk perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara menjadi
figur keteladanan bagi anak didik serta mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan keamanan yang dapat membantu suasana
pengembangan diri individu secara menyeluruh dari segi teknis, intelektual, psikologis,
moral, sosial, estetis dan religius. Sehingga anak-anak dapat menjadi figur yang Insan Kamil
yang selalu bertaqwa kepada Allah.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami bahwa penanaman pendidikan karakter sejak dini
dapat mewujudkan insan yang bertaqwa, humanis, dan profesional.
2. Mengetahui bawah pengembangan karakter sejak dini sangat diperlukan dalam
mewujudkan Insan Kamil.
3. Mengetahui kiat-kiat dalam mewujudakan insan kamil melalui pendidikan karakter
1.3.Rumusan Masalah
1. Apa yang yang dimaksud dengan insan kamil?
2. Apa Pengertian dari karakter dan dasar dari pendidikan karakter?
3. Apakah Tujuan dan funsi Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Agama
Islam di Indonesia?
4. Bagaimana pentingnya penanaman pendidikan karakter sejak dini?
5. Mengapa penanaman pendidikan karakter sejak dini dapat mewujudkan insan yang
bertaqwa, humanis, dan profesional?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Insan Kamil

Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata Insan dan kamil. Secara
harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan
kamil berarti manusia yang sempurna. Selanjutnya Jamil Shaliba mengatakan bahwa kata
insan menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi
sifatnya, bukan fisiknya. Dalam bahasa Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang
terpuji seperti kasih sayang, mulia dan lainnya. Selanjutnya kata insan digunakan oleh para
filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara
langsung mengarah pada hakikat manusia. Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu
keadaan yang sempurna, dan digunakan untuk menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat,
dan hal itu terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu, dan
sekalian sifat yang baik lainnya.

Insan Kamil secara umum, adalah manusia ta’am yang mulai melangkah secara
vertikal, sehingga menjadi kamil, lebih kamil lagi dan seterusnya hingga pada batas akhir
kesempurnaan ketika tak seorangpun dapat menjangkau kedudukannya. Manusia yang telah
mencapai tingkat itu adalah manusia yang paling sempurna.

2.2. Pengertian Karakter dan Dasar Pendidikan Karakter


2.2.1. Pengertian Karakter
Istilah nation and charakter building adalah istilah klasik dan menjadi kosa kata hampir
sepanjang sejarah modern Indonesia terutama sejak peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Istilah
ini mencuat kembali sejak tahun 2010 ketika pendidikan karakter dijadikan sebagai gerakan
nasional pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional 20 Mei 2010 yang dicanangkan oleh
presiden RI. Latar belakang munculnya pendidikan karakter ini dilatarbelakangi oleh semakin
terkikisnya karakter sebagai bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai upaya pembangunan
manusia Indonesia yang berakhlak budi pekerti yang mulia.
stilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang antara lain
berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangk
secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia
mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group
impressed by nature, education or habit. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter
dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik
dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang
berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang
tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.
Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk
memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk
semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.
2.2.2. Dasa Pendidikan Karakter

2.4. Penanaman Pendidikan Karakter Sejak Dini dapat Mewujudkan Insan yang
Bertaqwa, Humanis, dan Profesional
Pendidikan pada masa kanak-kanak adalah pendidikan yang paling efektif. Pada anak
usia dini pembentukan karakter yang kuat sangatlah penting karena dasar anak bisa belajar
membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dimulainya pendidikan karakter pada usia
dini diharapkan dapat membentuk insan yang berkarakter kuat dan cerdas sehingga mampu
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Maka dari itu diharapkan pendidikan sekarang menekankan pada
pembentukan manusia yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia dan semua itu perlu
dilakukan secara konkrit sejak dini.Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkarakter, dalam
hal ini warga Indonesia khususnya para pelajar dapat mengimplementasikan nilai-nilai
karakter berdasarkan al-qur’an dan al-hadist. Untuk mewujudkan manusia yang berakhlak
mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan
bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Sesuai dengan fungsi Pendidikan
Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur serta meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Sehingga dapat kita ketahui, melalui pendidikan karakter kita dapat mewujudkan insan
yang bertaqwa kepada Allah SWT, kehidupan yang humanis dan profesional. Dikti (2010)
menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi : Pendidikan karakter berfungsi membentuk
dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik,
berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan : Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter
manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju
bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring : Pendidikan karakter bangsa berfungsi untuk memilah nilai-nilai budaya
bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi
karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

2.5. Tujuan dan funsi Pendidikan Karakter


1. Tujuan
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membangun bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, beorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
2. Fungsi
Pendidikan karakter berfungsi untuk :
1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati-hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik
2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
3. Meningkatkan peradaban banga yang kompetitf dalam pergaulan dunia
4.

Anda mungkin juga menyukai