Anda di halaman 1dari 33

PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B

Pertemuan
15-20
Kompetensi Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda
Materi :
1.Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
1.1 Pengertian P3B
1.2. Tujuan P3B
1.3. Kedudukan P3B
1.4. Model P3B
1.5. Ruang Lingkup P3B
1.5.1. Orang dan Badan yang tercakup dalam persetujuan
1.5.2. Pajak-Pajak yang Tercakup Dalam Persetujuan
1.6. Interpretasi Peristilahan yang digunakan dalam P3B
1.7. Pembuatan, Pemberlakuan dan Penghentian P3B

2. Pencegahan Penyalahgunaan P3B


2.1 Treaty Shopping
2.2 Pencegahan Penyalahgunaan P3B
1. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
1.1. Pengertian P3B

Persetujuan Penghindaran Pajak


Berganda (P3B) adalah persetujan Istilah lain yang biasa digunakan
antara dua negara yang berisi dalam menyebut P3B adalah ; tax
kesepakatan membagi hak untuk treaty, Doble taxation agreement
mengenakan pajak atas suatu (DTA), Double Taxation Convention
penghasilan yang berasal dari (DTC), Double Taxation Treaty, Tax
suatu negara yang diperoleh Convention.
penduduk negara lain
Suatu P3B yang lengkap umumnya memuat ketentaun mengenai :

1. Ketentuan tentang hal-hal yang menjadi ruang lingkup (scope


provisions) dari P3B, yang terdiri atas ;
a. Jenis-jenis pajak yang diatur dalam P3B
b. Subjek pajak yang dapat memanfaatkan P3B
2. Ketentuan yang mengatur tentang definisi dari istilah yang ada
dalam P3B (definition provisions)
3. Ketentuan yang mengatur tentang hak pemajakan suatu negara
atas suatu jenis penghasilan (substanstive provisions)
4. Ketentuan yang mengatur tentang pemberian fasilitas eliminasi atau
keringanan pajak berganda (provisons for the elimination of double
taxation)
5.Ketentuan yang mengatur tentang pencegahan upaya penghindaran
pajak (anti avoidance provisions), yang terdiri atas :
a. Ketentuan tentang hubungan istimewa
b. Ketentuan tentang kerjasama antar otoritas perpajakan (mutual
agreement procedure)
c. Ketentuan tentang pertukaran informasi
6.Ketentuan lainnya (special provisions) seperti ketentuan tentang non
diakriminasi, diplomat, teritorial eksternal dan bantuan untuk melakukan
pemungutan pajak.
7.Ketentuan tentang saat dimulai dan berakhirnya sustu P3B (final
provisions)
1.2 Tujuan P3B
P3b mempunyai tujuan utama yaitu pertama,
untuk menghindari pengenaan pajak berganda
(doble taxation) dan yang kedua adalah untuk
mencegah penghindaran dan pengelakan pajak
(fiscal evesion and avoidable)

Tujuan P3B yang pertama yaitu untuk menghindari


pengenaan pajak berganda tercermin dalam ketentaun-
ketentuan P3B yang mengatur tentang hak pemajakan
suatu negara atas suatu jenis penghasilan (substantive
provisions) dan ketentuan yang mengatur tentang
pemberian fasilitas eliminasi atau keringanan pajak
berganda (provision for the elimination of double taxation)
Tujuan yang kedua, yaitu untuk mencegah penghindaran dan
pengelakan pajak (fiscal evasion and avoidance) tercermin
dengan adanya ketentuan yang mengatur tentang
pencegahan upaya penghindaran pajak (anti avoidance
provision) yang terdiri atas ketentuan tentang hubungan
istimewa, ketentuan tentang kerjasama antar otoritas
perpajakan (mutual agreement procedure) dan ketentuan
tentang pertukaran informasi

Selain itu P3B dapat juga mempunyai tujuan yang


lebih luas, diantaranya ;
a. Untuk mendorong investasi
b. Untuk harmonisasi kriteria pemajakan
c. Untuk melindungi wajib pajak
d. Untuk mencegah diskriminasi
1.3 Kedudukan P3B

Kedudukan hukum P3B di hadapan hukum


domestik sangat bervariasi di berbagai negara.

Di Indonesia menurut penjelasan Pasal 32A


UU PPh P3B adalah lex spesialis dari UU PPh.
Apabila ada konflik antara P3B dengan hukum
domestik, maka P3B yang akan berlaku (tax
treaty superceeding domestic tax laws)
Penerapan ketentuan P3B dan UU Domestik dapat digambarkan dalam
tabel berikut :

Ketentuan UU Ketentuan yang


Ketentuan P3B
Domestik diterapkan

• Mengatur • Mengatur • P3B


• Mengatur • Tidak mengatur • UU Domestik
• Tidak mengatur • Mengatur
• Tidak mengatur • Tidak mengatur
Pemajakan yang terdapat dalam P3B ;

a. Hak Pemajakan Penuh (exclusively taxing rights)


Suatu negara diberi hak untuk mengenakan pajak atas suatu
penghasilan penduduk negara lainnya yang bersumber dari negaranya
sepenuhnya sesuai dengan UU domestik negara tersebut tanpa adanya
pembatasan. Dengan demikian tarif pajak dan tata cara pemajakan
sepenuhnya tunduk pada UU domestik negara tersebut.

Contoh :
Mr. Liem penduduk Singapura mempunyai sebuah apartemen yang
terletak di Jl. Sudirman Jakarta Pusat Indonesia. Mr. Liem menyewakan
apartemen kepada PT.ABC untuk digunakan sebagai tempat tinggal
direksinya. Atas transaksi tersebut Mr. Liem mendapat penghasilan
sebesar USD10.000
b. Pemberian hak pemajakan terbatas (limited taxing rights)
Dengan hak pemajakan terbatas negara sumber diberikan hak untuk
mengenakan pajak atas suatu penghasilan penduduk negara lainnya
yang bersumber dari negara tersebut, namun dengan pembatasan
tarif. Dengan demikian apabila tarif pajak menurut UU domestik
lebih tinggi dari tarif yang diterapkan adalah tarif pajak menurut
ketentuan P3B.
contoh :
XYZ Ltd sebuah perusahaan yang merupakan penduduk Singapura
memberikan pinjaman USD150.000 kepada PT.ABC yang
berkedudukan di Indonesia. Atas pinjaman tersebut PT.ABC
dikenakan kewajiban membayar bunga sebesar USD10.000
c. Pelepasan Hak Pemajakan (relinquished Taxing Rights)
Dengan pelepasan hak pemajakan suatu negara melepaskan hak
pemajakan atas penghasilan yang bersumber dari negara tersebut
dan merelakan penghasilan tersebut dipajaki negara lainnya.
Contoh :
US Airline Corp adalah sebuah perusahaan penerbangan yang
berdomisili di Amerika Serikat pengoperasian pesawat terbang
dalam jalur lalu lintas internasional, yang melayani rute Los
Angeles-Jakarta PP, penghasilan dari pengoperasian pesawat
terbang rute Los Angeles-Jakarta USD100.000 dan rute Jakarta-
Los Angeles USD150.000
1.4. Model P3B
• Merupakan model P3B yang
digunakan sebagai acuan negara-
negara yang tergabung dalam
organisasi OECD (Organization for
Economic Cooperation and
development)
• Dibuat oleh negara-negara maju
OECD Model • Pembagian hak pemajakan dalam
OECD model lebih mengedepankan
azas domisili . Umumnya negara maju
sebagai pengekspor modal dan jasa,
dengan menggunakan azas domisili
maka hak pemajakn atas enghasilan
tersebut dipajaki di negara domisili
(di negara maju ).
• Merupakan model P3B yang
dikembangkan oleh organisasi
Persekutuan Bangsa-Bangsa (United
Nation/UN)
• Lebih banyak mengedepankan
kepentingan negara berkembang
• UN model lebih banyak
UN Model mengakomodasi asaz sumber.
Umumnya negara berkembang
sebagai pihak yang melakukan
pembayaran atas penghasilan
sehubungan dengan modal dan jasa,
dengan menggunakan azas sumber
maka hak pemajakan atas penghasilan
tersebut dipajaki di negara sumber.
1.5. Ruang Lingkup

• P3B berlaku terhadap orang dan


badan yang menjadi penduduk salah
satu atau kedua negara pihak pada
perjanjian
• Untuk dapat memanfaatkan
1.5.1 Orang dan kerentuan P3B harus dibuktikan
Badan yang Tercakup terlebih dahulu bahwa orang atau
Dalam Persetujuan badan tersebut merupakan penduduk
salah satu negara. Pembuktian secara
formal surat keterangan domsili
(SKD). Pembuktian secara materiil
orang/badan tsb tidak bertujuan
untuk menyalahgunakan P3B
• Jenis-jenis pajak yang dicakup dalam
P3B adalah pajak penghasilan (income
1.5.2. Jenis-jenis pajak
tax) dan pajak kekayaan (capital tax)
yang dicakup dalam
yang meliputi baik pajak yang
persetujuan
dipungut oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
1.6 Interprestasi Peristilahan yang digunakan dalam
P3B

• Dalam penerapan P3B diperlukan interpretasi peristilahan yang


digunakan dalam P3B. Sehingga suatu P3B perlu mengatur definisi
peristilahan yang digunakan. Tujuannya supaya tidak terjadi
perbedaan interpretasi dalam penggunaan istilah tersebut ketika
P3B diterapkan karena tidak tertutup kemungkinan definisi istilah-
istilah yang digunakan di dalam P3B bisa berbeda dengan yang
digunakan dalam UU domestik
1.7. Pembuatan, Pemberlakuan dan Penghentian P3B

Tahap Tahap Perumusan Tahap Tahap


Naskah Penerimaan Penandatanganan
Penjajakan Perundingan
Perlu tidaknya Indonesia melakukan perundingan P3B dengan suatu
negara mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
•Negara mitra runding P3B harus diteliti secara selektif untuk
mencegah terjadinya pemanfaatan P3B untuk kepentingan treaty
shopping
•Perlu terlebih dahulu dipelajari sistem perpajakan calon negara mitra
P3B
•Perlu dilihat tingkat hubungan ekonomi antara negara tersebut
dengan Indonesia.
2. PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B
2.1 Treaty Shopping

• Adalah suatu cara memanfaatkan P3B oleh pihak yang seharusnya


tidak berhak mendapatkan manfaat P3B.
• Ketentuan tertentu dalam P3B umumnya memberikan
kemanfaatan (fasilitas) berupa pembebasan dari pengenaan pajak
maupun penurunan tarif pajak.
• Kemanfaatan P3B seharusnya harus dapat dinikmati oleh
penduduk negara yang mengikat persetujuan.
• Dalam treaty shopping, pihak lain yang ingin mendapatkan
manfaat P3B menggunakan berbagai macam cara untuk
memperoleh manfaat P3B, diantaranya dengan melibatkan
penduduk negara yang mengikat persetujuan atau dengan sengaja
membuat perusahaan di negara yang mempunyai P3B (conduit
company)
Treaty shopping dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ;

• sebuah perusahaan conduit didirikan di negara


yang memberikan kemudahan dalam perpajakan
Direct Conduit (misalnya tidak mengenakan pajak atas
Company penghasilan) dan disaat yang sama negara
tersebut mempunyai P3B dengan negara tujuan
dimana penghasilan berasal (negara sumber)
• Dalam stepping stone conduit company, negara
yang dilibatkan lebih banyak tujuannya supaya
pemilik penghasilan menjadi lebih sulit untuk
dilacak .
Stepping Stone Conduit
• Biasanya melibatkan juga negara-negara yang
Company menganut azas teritorial. Negara yang menganut
azas teritorial tidak mengenakan pajak yang
kegiatan untuk memperoleh penghasilan tersebut
tidak dilakukan di negaranya
2.2 Pencegahan Penyalahgunaan P3B
• Dalam ketentuan domestik di Indonesia pencegahan dan
penyalahgunaan P3B diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak No. PER-25/PJ/2010 PER 62/PJ/2009.
• Dalam ketentuan tersebut ditegaskan bahwa orang pribadi dan
badan yang dicakup dalm P3B adalah orang pribadi atau badan yang
merupakan SPDN dan/atau subjek pajak dalam negeri dari negara
mitra P3B.
• Namun demikian P3B tidak diterapkan dalam hal terjadi
penyalahgunaan P3B, meskipun penerima penghasilan orang
pribadi atau badan yang dicakup dalam P3B adalah orang pibadi
atau badan yang merupakan SPDN dan/atau subjek pajak dalam
negeri dari negara mitra P3B
Penyalahgunaan P3B dapat terjadi dalam hal ;
• Transaksi yang tidak mempunyai substansi ekonomi dilakukan
dengan menggunakan struktur/skema sedemikian rupa dengan
maksud semata-mata untuk memperoleh manfaat P3B.
• Transaksi dengan struktur/skema yang format hukumnya berbeda
dengan substansi ekonominya sedemikian rupa dengan maksud
semata-mata untuk memperoleh manfaat P3B.
• Penerima penghasilan bukan merupakan pemilik yang sebenarnya
atas manfaat ekonomis dari penghasilan (beneficial owner).
Yang dimaksud dengan pemilik yang sebenarnya atas manfaat
ekonomi dari penghasilan (beneficial owner) adalah penerima
penghasilan yang:
– Bertindak tidak sebagai agen. Pengertian agen dalam hal ini adalah orang atau
badan yang bertindak sebagai perantara dan melakukan tindakan untuk dan
atau atas nama pihak lain.
– Bertindak tidak sebagai nominie. Pengertian nomine dalam hal ini adalah
orang atau badan yang secara hukum memiliki (legal owner) suatu harta
dan/atau penghasilan untuk kepentingan atau berdarkan amanat pihak yang
sebenarnya menikmati manfaat atas penghasilan
– Bukan perusahaan conduit. Pengertian perusahaan conduit adalah suatu
perusahaan yang memperoleh manfaat dari suatu P3B sehubungan dengan
penghasilan yang timbul di negara lain, sementara manfaat ekonomis dari
penghasilan tersebut dimiliki oleh orang-orang di negara lain yang tidak akan
dapat memperoleh hak pemanfaatan P3B apabila penghasilan tersebut
diterima langsung
Orang pribadi atau badan yang dicakup dalam P3B dianggap tidak
melakukan penyalahgunaan P3B apabila :
– Individu yang bertindak tidak sebagai agen atau nominee
– Lembaga yang namanya disebutkan secara tegas dalam P3B atau yang telah
disepakati oleh pejabat yang berwenang di Indonesia dan di negara mitra P3B
– WPLN yang menerima atau memperoleh penghasilan melalui kustodian
sehubungan dengan penghasilan dari transaksi pengalihan saham atau obligasi
yang diperdagangkan atau dilaporkan di pasar modal di Indonesia sehingga
bunga dan deviden dalam hal WPLN bertindak tidak sebagai agen atau sebagai
nominee
– Perusahaan yang sahamnya terdaftar di pasar pasar modal dan
diperdagangkan secara teratur.
• Dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan di negara mitra P3B dan merupakan subjek pajak di negara
mitra P3B
• Bank
• Perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut ;
1. bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang di dalam pasal P3B terkait tidak mengatur persayaratan
benecial owner
2. perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang
yang didalam pasal P3B terkait mengatur persyaratan beficial
owner.
RINGKASAN
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) : Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah persetujan antara
dua negara yang berisi kesepakatan membagi hak untuk
mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang berasal dari
suatu negara yang diperoleh penduduk negara lain.

Tujuan P3B : P3B mempunyai tujuan utama yaitu pertama,


untuk menghindari pengenaan pajak berganda (doble taxation)
dan yang kedua adalah untuk mencegah penghindaran dan
pengelakan pajak (fiscal evesion and avoidable)

Kedudukan P3B : Kedudukan P3B adalah lex spesialis dari UU


PPh. Apabila ada konflik antara P3B dengan hukum domestik,
maka P3B yang akan berlaku (tax treaty superceeding domestic
tax laws)
Model P3B: OECD model dan UN model
Ruang Lingkup P3B : P3B berlaku terhadap orang dan badan
yang menjadi penduduk salah satu atau kedua negara pihak
pada perjanjian. Harus dapat menunjukan SKD. Jenis-jenis pajak
yang dicakup dalam P3B adalah pajak penghasilan (income tax)
dan pajak kekayaan (capital tax) yang meliputi baik pajak yang
dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Interpretasi Peristilahan yang digunakan dalam P3B: Dalam


penerapan P3B diperlukan interpretasi peristilahan yang
digunakan dalam P3B. Tujuannya supaya tidak terjadi
perbedaan interpretasi dalam penggunaan istilah tersebut
Pembuatan, Pemberlakuan dan Penghentian P3B:
tahap penjajakan, tahap perundingan, perumusan
naskah, tahap penerimaan, tahap penandatanganan

Treaty Shopping : suatu cara memanfaatkan P3B oleh


pihak yang seharusnya tidak berhak mendapatkan
manfaat P3B.

Pencegahan Penyalahgunaan P3B : Dalam ketentuan


domestik di Indonesia pencegahan dan
penyalahgunaan P3B diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. PER-25/PJ/2010 PER 62/PJ/2009.
Daftar Referensi

Kurniawan, Anang Mury, 2012, Tax Treaty


Memahami Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) Melalui Studi Kasus, Bee Media
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai