Anda di halaman 1dari 13

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.

2, 2013

PENENTUAN BENEFICIAL OWNER UNTUK MENCEGAH


PENYALAHGUNAAN PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA
Anthony Tiono dan R. Arja Sadjiarto
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra

ABSTRAK
Pemajakan berganda yang dapat menghambat transaksi internasional. Untuk mencegah terjadinya
pemajakan berganda dibuatlah P3B. Adanya kemudahan-kemudahan dalam P3B mendorong pelaku usaha untuk
menyalahgunakannya. Karena itu digunakan konsep beneficial owner untuk mencegah penyalahgunaan P3B.
Dalam semua model P3B beneficial owner diposisikan sebagai satu-satunya pihak yang dapat memperoleh
manfaat P3B. Model P3B Amerika serikat memiliki penjelasan lebih detail mengenai kriteria beneficial owner.
Indonesia telah memiliki peraturan untuk mencegah penyalahgunaan P3B. Peraturan yang berlaku sekarang
menggunakan kriteria untuk mendefinisikan beneficial owner. Indonesia juga telah memiliki peraturan untuk
mengimplementasikan peraturan pencegahan penyalahgunaan P3Bnya. Tetapi ada kelemahan dari peraturan itu,
yaitu, selama belum dilakukan pemeriksaan, tidak dapat diketahui secara pasti apakah P3B diberikan kepada
pihak yang berhak.
Peraturan pajak Indonesia Amerika Serikat dan Republik Rakyat China, terkait beneficial owner
menggunakan kriteria untuk mendefinisikan beneficial owner. Ketiganya juga menganut prinsip substance over
form. Republik Rakyat China memiliki cara pencegahan yang berbeda dengan Indonesia dan Amerika Serikat,
yaitu menggunakan surat permohonan agar P3B dapat digunakan.
Kata Kunci: penyalahgunaan P3B, beneficial owner, Pajak Internasional, penghindaran pajak

ABSTRACT
Double taxation that may hamper international transaction. To prevent double taxation tax treaty was
made.The benefit of tax treaty prompt business doer to abuse it.Therefore, beneficial owner concept used to
prevent treaty abuse. In all tax treaty model exist, beneficial owner posistioned as the only person allowed to
get treaty benefit. USA tax treaty model has more commentary about beneficial owner criteria. Indonesia
already had regulation to prevent treaty abuse. The present regulation use criteria to define beneficial owner,
rather than strighly define it. Indonesia also already has regulation to implement the provison to prevent treaty
abuse. The regulation has glitches. Before the indonesian tax authority review the tax return. It couldn’t be
determined clearly whether or not the treaty benefit given to the proper person.
Indonesian, United States of America, and People Republic of China tax regulation all use criteria to
define beneficial owner. All of them also embrace substance over form principle. People Republic of China has
slightly different method to prefent treaty abuse. Application letter needed before someone can use treaty benefit
in People Republic of China.
Key Words: treaty abuse, beneficial owner, international tax, tax avoidance.

1
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

PENDAHULUAN kemudahan-kemudahan atau manfaat


perpajakan yang ditujukan untuk bagi pelaku
Globalisasi pada era 1960an yang
usaha yang berkedudukan di negara mitra P3B.
mengubah bentuk kegiatan ekonomi global.
salah satu manfaat P3B adalah pengenaan tarif
Dengan pesatnya perkembangan teknologi, dan
pajak yang lebih rendah daripada berdasarkan
keterbukaan antar negara terhadap masuknya
peraturan pajak domestik negara yang berhak
investasi dari negara asing membuat aktivitas
memajaki.
ekonomi tidak lagi dibatasi oleh jarak dan
waktu (Ju & Wei, 2007). Dengan kondisi Sebenarnya semangat dari P3B adalah
seperti ini diharapkan bahwa perkembangan untuk memfasilitasi dan menciptakan hubungan
usaha dan ekonomi dapat tumbuh tanpa ekonomis yang kondusif antar negara. Keadaan
dihalangi oleh batasan negara. itu dimungkinkan dengan mencegah timbulnya
pajak berganda, juga untuk memberikan
Perkembangan transaksi internasional
kepastian hukum. Manfaat P3B bagi wajib
memberikan kesempatan bagi para pelaku usaha
pajak antar negara mitra P3B bertujuan untuk
untuk terus melakukan ekspansi dan
meningkatkan transaksi lintas Negara antara
berkembang. Ekspansi dan perkembangan ini
kedua negara mitra P3B (Hutagaol, 2007).
tentu memiliki tujuan, salah satunya adalah nilai
tambah yang memberikan kemampuan Bervariasinya manfaat P3B antar negara
ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis itu mendorong investor menyalahgunakan (abuse)
yang nantinya akan menjadi objek pemungutan perjanjian untuk mendapatkan manfaat ataupun
pajak. intensif yang paling menguntungkan (Hutagaol,
2007). Perbuatan itu dapat dikategorikan
Kegiatan ekonomi lintas negara tentu akan
sebagai perbuatan melawan hukum apabila
melibatkan paling sedikit dua negara yang
semata-mata dilakukan untuk menghindari
berbeda yang masing-masingnya memiliki
pajak melalui manfaat-manfaat P3B yang
peraturan pajak masing-masing. Perbedaan
bertentangan dengan tujuan dibentuknya P3B
peraturan pajak yang dilandasi kepentingan
itu sendiri.
masing-masing negara itu dapat menimbulkan
terjadinya pemajakan berganda (double Upaya penyalahgunaan P3B ini disebut
taxation) terhadap penghasilan yang diperoleh treaty shopping. Treaty shopping merupakan
pelaku usaha. Hal ini merugikan pelaku usaha suatu skema untuk mendapatkan manfaat P3B
karena beban pajak yang harus ditanggungnya yang dilakukan oleh pihak yang seharusnya
menjadi lebih besar dan mengurangi nilai tidak berhak. Penghindaran pajak melalui treaty
tambah yang seharusnya dapat dihasikan. Disisi shopping terjadi karena lemahnya peraturan
lain, perbedaan peraturan itu juga berpotensi yang ada dalam P3B, sehingga menimbulkan
menyebabkan terjadinya ketiadaan pajak celah yang dapat dimanfaatkan oleh oknum
(double non taxation). yang tidak berhak atas manfaat-manfaat P3B,
misalnya mendapatkan tarif pajak yang lebih
P3B merupakan kesepakatan untuk
rendah dari tarif yang seharusnya dikenakan
membagi hak pemajakan diantara negara yang
oleh negara sumber penghasilan.
melakukan perjanjian. P3B mengandung

2
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Langkah antisipasi yang banyak dilakukan suatu pihak yang berhak atas penggunaan dan
adalah melalui penerapan konsep beneficial manfaat dari properti meskipun pihak tersebut
owner. Beneficial owner disepakati sebagai tidak memiliki kepemilikan secara legal
satu-satunya pihak yang berhak untuk Ada beberapa pendapat mengenai
mendapatkan manfaat P3B. Dalam common beneficial owner dan beneficial ownership.
law, terminologi kepemilikan terbagi menjadi Brown (2007) mendefinisikan beneficial owner
dua, yaitu kepemilikan secara hukum (legal dari melalui pengertian owner dan ownership.
ownership) dan kepemilikan secara faktual Dari situ ia mendefinisikan beneficial owner
(beneficial ownership). Dalam common law sebagai seseorang yang memiliki hak untuk
dijelaskan bahwa definisi beneficial owner menggunakan dan menikmati, yang kebanyakan
adalah pihak yang memenuhi kriteria sebagai didapat secara cuma-cuma. Sehingga, seseorang
pemilik tanpa adanya keharusan pengakuan yang hanya memiliki hak yang terbatas untuk
kepemilikan dari sudut pandang hukum. menikmati sesuatu tidak dapat dianggap sebagai
Konsep ini digunakan dalam secara seorang beneficial owner.
internasional dalam OECD Model Tax Menurut Vogel, sebagaimana dikutip oleh
Convention tahun 1977. Rachmanto Surahmat (2007), beneficial owner
didefinisikan sebagai mereka yang mempunyai
Sebagai negara tujuan investasi, Indonesia
hak untuk menentukan apakah suatu modal atau
seringkali menjadi sumber pendapatan, dengan
kekayaan harus dimanfaatkan bagi orang lain,
kata lain negara sumber yang tidak luput dari
atau menentukan bagaimana hasil dari modal
kemungkinan ancaman kehilangan potensi
atau kekayaan itu dimanfaatkan.
pendapatan pajak akibat aktivitas treaty
Sedangkan, menurut Herman LJ yang
shopping investor-investor yang ingin
dikutip oleh Meyer (2010) berpendapat,
meminimalisasi beban pajaknya.
beneficial owner adalah kepemilikan yang tidak
Apabila dilakukan pembiaran tentu akan hanya sebatas terdaftar secara hukum sebagai
terjadi kerugian, ditambah lagi struktur pemilik, melainkan memiliki hak untuk

pendapatan Indonesia didominasi oleh mengambil keputusan akan apa yang akan

pendapatan pajak. Potensi pajak yang hilang dilakukan terhadap benda yang dikuasi itu
akibat treaty shopping seharusnya dapat Dengan demikian dapat disimpulkan

digunakan untuk membiayai pembangunan bahwa beneficial owner adalah pihak yang

infrastruktur dan pendidikan, juga cita-cita memiliki hak untuk menikmati suatu kekayaan

Indonesia lainnya. dan hasil yang timbul dari kekayaan itu, dapat

Konsep Dasar Beneficial Owner dengan dengan bebas menggunakan kekayaan

Istilah beneficial owner berasal dari istilah yang dikuasainya, memiliki kontrol, dan

dalam common law. Dalam common law, menanggung resiko atas kekayaan yang

terdapat dua bentuk kepemilikan atas properti, dikuasainya tanpa perlu adanya pengakuan

yaitu legal dan beneficial. Kepemilikan secara secara legal.

legal yaitu ketika kepemilikan tersebut dapat Nomineee, Agent, dan Conduit
dipindahkan, dicatat, didaftarkan atas nama Salah satu ciri dari adanya kegiatan treaty

pihak tertentu. Sedangkan secara beneficial shopping adalah adanya agent, nomineee atau

lebih menggambarkan jenis kepemilikan dari conduit. Dalam International Tax Glossary yang

3
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

dikutip oleh Hutagaol (2007), nomineee dan Beneficial owner dalam Peraturan
agent diartikan sebagai pihak yang menguasai Perpajakan Indonesia
harta untuk pihak lain yang merupakan Peraturan perpajakan Indonesia yang
beneficial owner dari harta tersebut. Sedangkan pertama kali menggunakan konsep beneficial
conduit didefinisikan sebagai suatu badan yang owner adalah SE-04/PJ.34/2005 tentang
didirikan berkaitan dengan skema penghindaran petunjuk penetapan kriteria beneficial owner
pajak (Meyer, 2010). sebagaimana tercantum dalam Persetujuan
Ada dua bentuk dasar conduit company, Penghindaran Pajak Berganda Indonesia dengan
yaitu direct conduit dan stepping stone conduit negara lainnya. Surat Edaran itu kemudian
(Yoshimura, 2013). Direct conduit adalah dicabut dan diganti dengan SE-03/PJ.03/2008
conduit company yang dikuasai melalui tentang penentuan status beneficial owner
penguasaan langsung dalam bentuk sebagaimana dimaksudkan dalam Persetujuan
kepemilikan saham atas conduit company. Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia
dengan negara Mitra.
Surat Edaran ini juga telah dicabut dan
digantikan dengan PER-61/PJ.2009 yang juga
telah diperbaharui dengan PER-24/PJ/2010
tentang tatacara penerapan persetujuan
penghindaran pajak berganda. PER-61/PJ.2009
dijalankan melalui SE-114/PJ/2009 yang tetap
berlaku walaupun PER-61/PJ.2009 telah
disempurnakan dengan PER-24/PJ/2010.
Skema Direct Conduit Ada juga PER-62/PJ/2009 yang telah
Sumber: (Yoshimura, 2013)
diperbaharui dengan PER-25/PJ/2010 tentang
Sedangkan stepping stone conduit adalah
pencegahan penyalahgunaan persetujuan
conduit company yang dikuasai bukan melalui
penghindaran pajak berganda sebagai peraturan
kepemilikan saham atas conduit company
pelaksana pasal 26 Undang-undang PPh terkait
umumnya melalui kewajiban tertentu, misalnya
penghasilan yang dibayarkan ke luar negeri.
melalui hutang, convertible bonds, ataupun
Beneficial owner, dalam peraturan domestik
melalui penguasaan saham, namun bukan
Indonesia terdapat dalam PER-62/PJ/2009.
sebagai pemilik mayoritas yang dapat dilakukan
Dalam peraturan itu, beneficial owner
melalui share holders agreement ataupun saham
didefinisikan sebagai pemilik yang sebenarnya
preferen.
atas manfaat ekonomis dari penghasilan yang
bertindak tidak sebagai Agen bertindak tidak
sebagai Nominee bukan Perusahaan Conduit.
Definisi ini mirip dengan yang terdapat dalam
bagian commentary OECD model terkait siapa
yang dapat berhak mendapatkan manfaat P3B.
Beneficial owner Dalam P3B
Konsep beneficial owner dalam P3B
Skema Stepping stone Conduit
Sumber: (Yoshimura, 2013)
4
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

diterapkan terkait pembayaran dividen, bunga, (unacceptable tax avoidance).


dan royalti. Dalam kaitannya dengan P3B, Dengan demikian, penghindaran pajak
klausul “paid to residence” tidak menjelaskan bisa saja merupakan tindakan ilegal apabila
secara spesifik siapa residence yang dimaksud. dilakukan semata-mata untuk penghindaran
Tetapi, penjelasan dalam bagian commentary pajak dan tidak memiliki tujuan bisnis yang
pasal 10, 11, dan 12 OECD model menyebutkan baik. Dalam hubungannya dengan P3B dan
bahwa conduit companies tidak dapat dianggap manfaat yang terkandung dalam P3B, umumnya
sebagai beneficial owner. Dalam pasal itu juga bentuk penghindaran pajak yang dilakukan
dikatakan bahwa istilah beneficial owner tidak berupa treaty shopping (penggunaan manfaat
boleh diartikan secara sempit, tetapi harus P3B melalui pihak yang tidak berhak)
diartikan dalam konteks tujuan dari P3B, yaitu (Hutagaol, 2007).
mencegah terjadinya pemajakan berganda Limitation on Benefit
(double taxation) ketiadaan pengenaan pajak Pencegahan unacceptable tax avoidance
(double non taxation) (OECD, 2010). melalui penyalahgunaan P3B dilakukan melalui
Dalam rangka pencegahan identifikasi beneficial owner. Identifikasi
penyalahgunaan P3B, dalam OECD model beneficial owner bukanlah sesuatu yang mudah
diterapkan anti avoidance rule dengan dan sering menimbulkan perbedaan pendapat.
penggunaan prinsip beneficial owner pada Oleh karena itu digunakan pendekatan
tahun 1977 sebagaimana dikatakan oleh Du limitation of benefit (LOB). Langkah ini
Toit yang dikutip oleh Hutagaol (2007). Dengan mendapat banyak kritikan dan dipandang tidak
demikian, yang dapat menikmati treaty benefit praktis dan tidak realistis, tetapi klausal
hanyalah beneficial owner. Namun demikian, limitation of benefit semakin banyak digunakan
OECD model dan model P3B lainnya kecuali dalam tax treaty karea dianggap dapat
milik Amerika Serikat tidak memiliki aturan membantu menentukan beneficial owner
jelas mengenai syarat-syarat seseorang dapat (Koichiro, 2013)
dikatakan sebagai beneficial owner, melainkan Dalam beberapa penelitian sebelumnya,
hanya gambaran umum dari beneficial owner. seperti yang dilakukan oleh Setyawan (2007)
Oleh karena itu, merujuk pada pasal 3 ayat (2) disimpulkan bahwa penyebab utama terjadinya
dari model P3B, hal yang tidak diatur jelas treaty shopping adalah tidak adanya definisi
dalam P3B akan dikembalikan pada peraturan yang jelas tentang beneficial owner ataupun
domestik negara yang terikat dalam P3B. limitation of benefit clause yang menjelaskan
Penyalahgunaan Manfaat P3B siapa yang berhak mendapatkan treaty benefit.
Di Indonesia, penghindaran pajak (tax Sedangkan dalam Penelitian yang dilakukan
avoidance) merupakan kegiatan yang legal, oleh Lelyemin (2009) disimpulkan bahwa
sedangkan penyelundupan pajak (tax evasion) aturan mengenai beneficial owner telah ada
dianggap suatu kegiatan yang ilegal. Namun, melalui UU PPh nomor 36 Tahun 2008 pasal 26
Rohatgi (2002) mengatakan bahwa umumnya dan SE-03/PJ./2008. Namun aturan tersebut
penghindaran pajak dibedakan lagi menjadi belum cukup jelas mengatur mengenai
dua, yaitu penghindaran pajak yang beneficial owner sehingga perlu
diperbolehkan (acceptable tax avoidance) dan penyempurnaan lebih lanjut.
penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan Dalam bagian commentary, OECD

5
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

menyarankan beberapa bentuk pendekatan LOB perpajakan Indonesia dan peraturan


yang dapat diterapkan (OECD, 2010), yaitu: pelaksanaannya, peraturan perpajakan terkait
1. Look-through approach beneficial owner yang berlaku Amerika Serikat,
2. Subject to tax approach peraturan perpajakan terkait beneficial owner
3. Channel Approach yang berlaku Republik Rakyat China, dan
4. Bonafide Provision putusan sidang.
Bila semua pendekatan diatas diterapkan
secara langsung (literaly), terdapat resiko HASIL PENELITIAN DAN
bahwa hal itu akan berujung pada hasil PEMBAHASAN
yang tidak masuk akal yang menghalangi
P3B untuk dinikmati pihak yang layak Pada penelitian ini, dilakukan analisis

mendapatkannya. Oleh karena itu, ada pada posisi beneficial owner dalam P3B,

beberapa ketentuan yang dapat peraturan perpajakan Indonesia dapat

ditambahkan untuk melengkapi, seperti: menentukan beneficial owner, dan peraturan

a. Activity provision perpajakan Indonesia mengenai beneficial

b. Amount tax provision owner bila dibandingkan dengan peraturan

c. Alternative relief provision perpajakan mengenai beneficial owner milik

d. Stock exchange provision Amerika Serikat dan Republik Rakyat China.

e. Competent authority provision Posisi Beneficial owner Dalam P3B


Ditemukan bahwa Hampir tidak ada
METODE PENELITIAN perbedaan mengenai posisi beneficial owner

Desain penelitian ini adalah studi literatur, dalam keempat model P3B itu. Semuanya

yaitu suatu penelitian yang bertujuan referensi menjadikan beneficial owner sebagai satu-

teori yang relevan dengan kasus atau satunya pihak yang berhak menerima manfaat

permasalahan yang ditemukan. Hasil dari studi P3B terkait penghasilan dividen, bunga, dan

literatur ini adalah terkelompoknya referensi royalti.

yang relevan untuk menjawab perumusan itu. Perbedaan hanya ada dalam model P3B

Tujuannya adalah untuk memperkuat Amerika Serikat. Model P3B Amerika Serikat

permasalahan serta sebagai dasar teori dalam dibuat cukup komprehensif. Model P3B

melakukan studi dan juga menjadi dasar untuk Amerika Serikat tidak hanya menenetapkan

menggambarkan penerapan peraturan dan bahwa yang berhak mendapatkan manfaat P3B

ketentuan pajak dalam menentukan beneficial terkait penghasilan dividen, bunga, dan royalti

owner untuk mencegah terjadinya penghindaran hanya beneficial owner, tetapi juga memberikan

pajak. kriteria mengenai bagaimana seseorang dapat

Jenis dan sumber data yang digunakan ditetapkan sebagai beneficial owner.

adalah yang digunakan adalah data Primer Analisis Peraturan Perpajakan


berupa hasil wawancara dan data sekunder Indonesia terkait Beneficial Owner
berupa commentary OECD model article 10, Dibandingkan dengan ketentuan
11, 12, jurnal-jurnal dan opini ahli mengenai sebelumnya, Peraturan direktur Jenderal pajak
beneficial owner, literatur mengenai beneficial nomor PER-61/PJ./2009 dan PER-62/PJ./2009
owner dan treaty shopping Undang-undang

6
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

lebih memberikan kejelasan mengenai standar banyak perbedaan pendapat. Terkait


dari kriteria beneficial owner. Hal itu dicapai pembayaran bunga ke luar negeri salah satu
dengan adanya standarisasi format SKD dan contohnya seperti yang kasus mengenai
format dokumen untuk memberikan dasar pembayaran bunga ke Dupoer Finance BV pada
bahwa penerima penghasilan adalah beneficial tahun 2011. Saat itu DJP kalah dalam
owner. Dengan adanya standardisasi itu, persidangan karena belum ada aturan yang
perbedaan interpretasi dari Wajib Pajak tentang cukup detail untuk menentukan beneficial
dokumen pembuktian dapat diminimalkan. owner.
Perdirjen ini sekaligus mencabut SE- Dalam pemeriksaan yang dilakukan, DJP
03/PJ.03/2008. menemukan beberapa fakta berikut:
PER-62/PJ./2009 cukup komprehensif 1. Tidak ada manajemen
karena penentuan beneficial owner lebih dilihat 2. Tidak ada pegawai
dari sudut pandang ekonomis dari suatu 3. Kegiatan utama perusahaan adalah
transaksi, tidak hanya sekedar bentuk meminjamkan dana yang didapat dari
hukumnya saja. Seperti yang terdapat dalam pinjaman
pasal 4 ayat 2 f dimana untuk wajib pajak badan 4. Membebankan beban bunga yang sama
ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. besar dengan pengasilan bunganya
Semua ketentuan itu juga terdapat dalam hampir seluruh kriteria beneficial owner dalam
SKD sesuai dengan PER61/PJ/2009 yang PER62/PJ.2009 tidak dipenuhi. Dengan
menjadi syarat administratif untuk dapat demikian berdasarkan peraturan itu Dupoer
menggunakan P3B. Kewajiban untuk mengisi Finance BV tidak dapat dianggap sebagai
SKD sebagaimana terlampir dalam beneficial owner dianggap menyalahgunakan
PER61/PJ/2009 ada pada WPLN. Sehingga P3B
ketika Wajib Pajak Pemotong menerima SKD Sengketa pajak terkait pemotongan PPh
dari WPLN, SKD itu akan dianggap telah diisi atas pembayaran dividen dan royalti cukup
dengan benar. jarang terjadi di Indonesia. Sebagai ilustrasi
Dengan demikian, selama DJP belum akan digunakan kasus pembayaran dividen yang
melakukan pemeriksaan, tidak akan diketahui dilakukan oleh Prevost Car Company Inc. dan
apakah WPLN yang menerima manfaat P3B pembayaran royalti oleh Velcro Canada Inc.
benar berhak untuk mendapatkannya. Tentunya Kasus Prevost adalah sengketa
ini menimbulkan resiko hilangnya pendapatan pembayaran dividen antara perusahaan di
pajak yang dikarenakan pemberian manfaat Kanada dengan otoritas pajaknya. Pembayaran
P3B kepada WPLN yang seharusnya tidak dividen dianggap dilakukan kepada bukan
berhak tetapi tidak diketahui oleh DJP karena beneficial owner. Otoritas pajak kalah dalam
belum dilakukan pemeriksaan kasus ini karena tidak ada pengaturan
Analisis Penerapan Peraturan mengenai beneficial owner yang detail. Dalam
kasus Prevost, ditemukan fakta-fakta sebagai
Perpajakan Indonesia Untuk
berikut:
Menentukan Beneficial Owner
1. Saham Prevost Car Inc dimiliki
Dalam penerapan peraturan perpajakan
seluruhnya Prevost Holding BV.
Indonesia terkait beneficial owner, telah terjadi
Sedangkan saham Prevost Holding BV

7
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

dimiliki oleh Volvo (51%) dan Henleys kepada pihak lain. Dengan tidak dipenuhinya
(49%). ketentuan itu dalam yurisdiksi pajak Indonesia
2. Belanda dipilih atas saran dari Arthur Velcro Holdings bukan beneficial owner
Andersen dengan alasan beban pajak yang Dalam ketiga kasus otoritas pajak tidak
lebih ringan walaupun bukan alasan yang berhasil memenangkan sengketa pajak.
utama. Kekalahan itu dikarenakan tidak adanya aturan
3. PHBV hanya memiliki direksi, tidak ada tegas dan detail yang digunakan untuk
karyawan dan aset yang dimiliki hanyalah menentukan beneficial owner. Penentuan
kepemilikan atas Prevost. beneficial owner bergantung pada definisi saja.
4. Direksi memiliki wewenang penuh untuk Berbeda dengan yang dimiliki oleh Indonesia
menentukan tingkat cadangan modal yang sekarang. Peraturan yang berlaku sekarang,
harus tersedia, dan apakah akan PER-61/PJ./2009 dan PER-62/PJ./2009 telah
membagikan dividen. memiliki kriteria yang cukup detail untuk
Dari fakta-fakta diatas, diketahui bahwa menentukan beneficial owner.
Prevost Holdings tidak memenuhi salah satu Ketiga kasus diatas juga berhubungan
ketentuan dalam PER-62/PJ./2009 sehingga dengan penerima penghasilan yang berdomisili
tidak memenuhi kriteria beneficial owner. di Belanda. Banyak perusahaan yang memiliki
Kasus Velcro adalah sengketa pembayaran properti intelektual ataupun seni yang memilih
royalti antara perusahaan di Kanada dengan berdomisili di Belanda. Salah satu faktor
otoritas pajaknya. Pembayaran dividen penyebabnya adalah perlindungan terhadap
dianggap dilakukan kepada bukan beneficial properti intelektual dan seni yang baik yang
owner. Otoritas pajak kalah dalam kasus ini diberikan oleh Belanda. Dari sisi perpajakan,
karena tidak ada pengaturan mengenai Belanda mengenakan tarif pajak yang cukup
beneficial owner yang detail. Dalam kasus rendah untuk penghasilan bunga dan royalti.
Velcro, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: Tetapi, salah faktor insentif perpajakan yang
1. Velcro Industries BV menyerahkan hak paling menarik adalah kesedian otoritas pajak
dan kewajibannya sebagaimana tertera Belanda untuk memberikan pengaturan khusus
dalam perjanjian lisensi kepada Velcro (advance tax rulings) atas transaksi tertentu.
Holdings BV. Insentif itu menarik bagi investor internasional
2. Holdings juga tidak memerlukan ijin karena memberikan kepastian dan memberikan
untuk melakukan apapun dengan dana kesempatan perusahaan untuk melakukan
yang dimilikinya. negosiasi untuk beberapa tahun kedepannya.
3. Mayoritas pendapatan Holdings memang
digunakan untuk membayar Velcro Perbandingan Peraturan Pajak
Industries, yaitu 90% dari pendapatan
Indonesia terkait beneficial owner
royalti dari Velcro Kanada.
dengan Amerika Serikat dan
Dari fakta-fakta diatas, diketahui bahwa
Velcro Holdings tidak memenuhi salah satu Republik Rakyat China
ketentuan dalam PER-62/PJ./2009 yaitu Tidak Peraturan pajak terkait beneficial owner

menggunakan lebih dari 50% dari total yang dimiliki oleh Indonesia, Amerika Serikat,

penghasilannya untuk memenuhi kewajiban dan RRC, tidak ada yang mendefinisikan

8
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

beneficial owner secara langsung. Ketiga Indonesia menganut sistem self assestment
kriteria atau faktor-faktor untuk menentukan yang berarti wajib pajak berkewajiban untuk
apakah WPLN yang ingin menggunakan P3B menghitung dan melaporkan pajaknya sendiri.
merupakan beneficial owner dari penghasilan Self assestment system juga berarti semua yang
yang diterimanya. Penggunaan kriteria dan dilaporkan oleh Wajib Pajak dan telah diterima
faktor ini merupakan pendekatan yang cukup oleh otoritas pajak dianggap benar hingga dapat
tepat diambil mengingat definisi beneficial dibuktikan sebaliknya.
owner tidak seharusnya mengacu pada definisi Sama dengan Indonesia, Amerika Serikat
teknis dari menurut peraturan domestik negara juga menganut self assestment system. Tetapi,
apapun. Wajib Pajak berkewajiban untuk membuktikan
Indonesia, Amerika Serikat dan Republik kebenaran laporannya ketia ia melaporkan
Rakyat China menggunakan limitation of laporan pajaknya.
benefit yang disesuaikan. Indonesia Republik Rakyat China memiliki cara
meggunakan pendekatan channel approach, yang berbeda dalam memberikan manfaat P3B.
subject to tax approach, dan stock exchange WPLN harus mendapatkan ijin dari otoritas
profision yang semuanya harus dipenuhi, pajak di Republik Rakyat China sebelum ia bisa
kecuali untuk stock exchange profision. menggunakan P3B. Untuk mendapatkan ijin,
Amerika Serikat menggunakan look through WPLN perlu menyampaikan surat permohonan
approach, channel approach, dan stock penggunaan P3B disertai kelengkapan yang
exchange provision. WPLN harus memenuhi diperlukan. Kelengkapan yang diperlukan
salah satunya. Sedangkan secara garis besar termasuk data-data dan informasi WPLN untuk
RRC menggunakan competent authority membuktikan bahwa ia benar merupakan
provision, dimana WPLN dapat menggunakan beneficial owner. Apabila otoritas pajak dalam
manfaat P3B hanya bila telah diijinkan oleh jangka waktu dapat meyakini WPLN benar
otoritas pajak di negara sumber. adalah beneficial owner, maka ijin akan
Ketiga negara ini memiliki kesamaan diberikan. Bila dalam jangka waktu otoritas
dalam langkah untuk mencegah pajak belum dapat meyakini apakah WPLN
penyalahgunaan P3B, yaitu sama-sama merupakan beneficial owner atau bukan, maka
menggunakan kriteria ataupun faktor-faktor pemotongan PPh atas penghasilan yang
dalam mendefinisikan beneficial owner, juga diperoleh dari Republik Rakyat China akan
menggunakan prinsip substance over form. dikenakan pajak sesuai aturan domestik.
Perbedaannya ada pada penerapan peraturan itu KESIMPULAN DAN SARAN
dan beban pembuktian. Dari hasil penelitian yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa:
Perbandingan Beban Pembuktian
1. P3B, baik US model, OECD model, UN
Negara Beban Pembuktian
model, ataupun Indonesian model
Indonesia Wajib Pajak dan DJP
semuanya memposisikan beneficial owner
Amerika Serikat Wajib Pajak
sebagai owner sebagai satu-satunya pihak
Republik Rakyat Wajib Pajak
yang berhak menerima manfaat P3B
China
terkait penghasilan dividen, bunga, dan
Sumber: (Ernst & Young, 2013)
royalti. Hanya saja, US model memiliki

9
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

kriteria yang harus dipenuhi oleh 4. PER-61/PJ.2009 yang telah


beneficial owner dalam model P3B nya. disempurnakan dengan PER-24/PJ./2010
2. Untuk menentukan apakah manfaat P3B dan PER-62/PJ.2009 yang telah
diberikan kepada beneficial owner, disempurnakan dengan PER-25/PJ./2010
Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan telah dapat lebih baik menentukan
PER-61/PJ./2009 dan PER-62/PJ./2009. menentukan beneficial owner daripada
PER-62/PJ./2009 berisi kriteria yang harus peraturan-peraturan sebelumnya, yaitu
dipenuhi oleh penerima penghasilan dengan menggunakan kriteria-kriteria
dividen, bunga, dan royalti untuk tidak yang harus dipenuhi dan memasukannya
dianggap menyalahgunakan P3B. Kriteria- dalam SKD yang harus diisi oleh WPLN
kriteria itu dicantumkan dalam Surat untuk dapat menggunakan P3B.
Keterangan Domisili. Semua kriteria itu Sayangnya, apakah SKD diisi dengan
harus dipenuhi. Sayangnya, kebenaran benar tidak dapat diketahui dengan pasti
SKD itu tidak dapat diketahui baik oleh sebelum dilakukan pemeriksaan.
Wajib Pajak Pemotong ataupun DJP Saran untuk Penelitian Selanjutnya
sebelum dilakukan pemeriksaan dan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan
didapatkan informasi yang memastikan
kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat
kebenaran SKD.
beberapa saran seperti:
3. peraturan pajak Amerika Serikat Republik
1. DJP dapat menyusun profil resiko yang
Rakyat China, dan Indonesia terkait
untuk menentukan mana kasus yang
beneficial owner menggunakan kriteria
perlu diberikan perhatian dan transaksi
untuk menentukan beneficial owner.
seperti apa, perusahaan mana, dan
Kriteria diambil dari ciri-ciri beneficial
negara apa yang perlu diberikan
owner. Ketiganya menggunakan prinsip
perhatian lebih.
substance over form dalam peraturan
2. DJP juga lebih memaksimalkan
terkait beneficial owner, kecuali Amerika
fasilitas Exchange of Information
Serikat, karena pengadilannya telah
untuk memperkuat analisis yang
menggunakan prinsip substance over form
dilakukan.
dalam doktrin pengadilannya. Amerika
3. DJP dapat mengadopsi metode yang
Serikat dan Indonesia menggunakan form
digunakan Republik Rakyat China
yang didalamnya berisi indentitas dan
untuk mengidentifikasi beneficial
kriteria beneficial owner yang harus diisi
owner sebelum memberikan manfaat
dan diberikan kepada Wajib Pajak
P3B
Pemotong untuk mencegah
4. Agar dapat menerapkan saran pada
pennyalahgunaan P3B. Republik Rakyat
nomor tiga di atas, DJP memerlukan
China mengharuskan WPLN yang ingin
pegawai yang cukup, baik pada
menggunakan P3B untuk mengajukan ijin
kualitas dan kuantitas. Akan baik bila
kepada otoritas pajak Republik Rakyat
DJP melakukan penelaahan pada
China. Untuk mendapatkan ijin WPLN
jumlah dan kualitas pegawainya
meyampaikan surat permohonan sesuai
dengan format yang ditentukan. DAFTAR PUSTAKA

10
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Dupoer Finance BV, PUT-

Arnold, B. J., & MC. Intyre, M. J. (2005). 31088/PP/M.XI/13/2011 (Pengadilan

International Tax Premier. Netherland: Pajak November 23, 2011).

Kluwer law.
Ernst & Young. (2013). GAAR Rising:

Baker, P. (2007). Beneficial Ownership: After Mapping Tax Enforcement's Evolution.

Indofood. GITC Review . Erns't and Young.

Bhakti, A. P. (2013). THE INDONESIA Goederhand Finance BV, PUT.

ANTI–AVOIDANCE RULES: GAARs 29050/PP/M.III/13/2011 (Pengadilan

& SAARs. Direktorat Pusat Kebijakan Pajak Indonesia Maret 2011).

Pendapatan Negara.
Gunadi. (2007). Pajak Internasional. Jakarta:

Brown, C. (2003). Beneficial Ownership and Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

The Income Tax Act. Ottawa: Canadian Universitas Indonesia.

Tax Journal.
Hutagaol, J. (2007). Kapita Selekta Perpajakan.

Darussalam, & Danny, S. (2006). Membatasi Jakarta: Salemba Empat.

Kekuasaan Untuk Mengenakan


Hutagaol, J. (2007). Perjanjian Penghindaran
Pajak:Tinjauan Akademis Terhadap
Pajak Berganda. Jakarta: Salemba
Kebijakan, Hukum, dan Administrasi
Empat.
Pajak. Jakarta: PT. Gramedia.
Hutagaol, J. (2007). Perpajakan Isu-Isu
Deloitte. (2009, September 17). Publication.
Kontemporer. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Dipetik Mei 29, 2009, dari Deloitte Web
Site. Inland Revenue Services. (2014 , Mei 28).
Claiming Tax treaty benefits. Dipetik
Deloitte. (2009, Mei 8). Tax Analysis. Dipetik
Mei 29, 2014, dari IRS Web site:
mei 29, 2014, dari Deloitte Web site:
https://www.google.com/search?q=claim
http://www.deloitte.com/view/en_cn/cn/
ing+tax+treaty+usa&rlz=1C1CHLW_en
e5d1c2f2bc812210VgnVCM100000ba4
ID448ID449&oq=claiming+tax+treaty+
2f00aRCRD.htm
usa&aqs=chrome..69i57j69i60j5l3j69i59

Direktorat Jenderal Pajak. (2009, Desember .3957j0j7&sourceid=chrome&es_sm=12

15). PER-61/PJ./2009. Tatacara 2&ie=UTF-8

Penerapan Persetujuan Penghindaran


Inland Revenue Services. (2014, 2014). Form
Pajak Berganda . Jakarta, Indonesia.
W-8BEN. Dipetik Mei 29, 2014, dari

Direktorat Jenderal Pajak. (2009, November 5). IRS Website:

PER-62/PJ./2009. Pencegahan http://www.irs.gov/pub/irs-

Penyalahgunaan Persetujuan pdf/fw8ben.pdf

Penghindaran Pajak Berganda . Jakarta,


Inland Revenue Services. (2014, Februari).
Indonesia.
Form W-8BENE. Dipetik Mei 29, 2014,
dari IRS Website:

11
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

http://www.irs.gov/pub/irs- DKI Jakarta Raya, Indonesia:


pdf/fw8bene.pdf Universitas Indonesia.

Inland Revenue Services. (2011, July 14). IRS Mangoting, B. (2010, January). Penentuan
Regulation. Dipetik May 29, 2014, dari Status Beneficial Owner Untuk
Inland Revenue Services Web Site: Mencegah Penyalahgunaan Persetujuan
http://www.irs.gov/Businesses/Guidance Penghindaran Pajak Berganda. Jakarta,
-for-Examiners-and-Managers-on-the- DKI Jakarta, Indonesia: Universitas
Codified-Economic-Substance-Doctrine- Indonesia.
and-Related-Penalties
Meyer, S. P. (2010). The Meaning of Beneficial
Ju, J. D., & Wei, S.-J. (2007). Domestic Ownership and The Use Thereof For Tax
Institutions and the Bypass Effect Of treaty Shopping and Tax Avoidance.
Financial Globalization. Cambridge: Pretoria, Greek: University of Pretoria.
National Bureau of Economic Research.
Nurmantu, S. (2005). Pengantar Perpajakan.
Khrisna, V. (2009). Treaty Shopping and the Jakarta: Granit.
Concept of Beneficial Ownership in
O’Melveny & Myers LLP. (2012, June 29).
Double Tax treaties. Canadian Current
O’Melveny & Myers LLP documents.
Tax , 132.
Dipetik May 29, 2014, dari O’Melveny
Koichiro, Y. (2013). Clarifying the Meaning of & Myers LLP Web Site:
‘Beneficial Owner’ in Tax treaties. New http://www.omm.com/files/Uploads/Doc
York: Tax Analyst. uments/China%20Tax%20Alert/SAT%2
0Announcement%20%5B2012%5D%20
KPMG. (2013, 10 20). Article Publications.
No.%2030_(Bi-lingual).pdf
Dipetik Mei 23, 2014, dari KPMG
Website: OECD. (2010). Model Tax Convention on
http://www.kpmg.com/CN/en/IssuesAnd Income and On Capital. Dipetik march
Insights/ArticlesPublications/Documents 10, 2013, dari OECD web site:
/Beneficial-ownership-indirect- www.oecd.org/publishing/corrigenda
disposals-201003.pdf
Prevost Car Inc. V. The Queen (The Tax Court
KPMG. (2013, June). Publication. Dipetik May of Canada September 2007)
22, 2014, dari KPMG Hongkong
Rohatgi, R. (2002). Basic International
Website:
Taxation. London: Kluwer Law
http://www.kpmg.com/CN/en/IssuesAnd
International.
Insights/ArticlesPublications/Documents
/Beneficial-ownership-indirect- Setyawan, A. E. (2007). Analisis Penerapan
disposals-201003.pdf Konsep Limitation on Benefits Dalam
Menentukan Beneficial Owner Sebagai
Lelyemin, M. L. (2009, Juni). Analisis Upaya
Upaya Mencegah Praktek Treaty Abuse
Pencegahan Treaty Shopping melalui
Melalui Pembentukan Special Purpose
penentuan Beneficial Owner. Jakarta,

12
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Vehicle Di Tax Haven Country. Jakarta,


DKI Jakarta, Indonesia: Universitas
Indonesia.

State Administration of Taxation. (2009,


Agustus 24). Guo Shui Fa [2009] No.
124. Measures for the Administration of
the Treatment for Which Non-tax-
residents are Eligible Under Tax
Agreements . State Administration of
Taxation.

Surahmat, R. (2007). Bunga Rampai


Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Surahmat, R. (2011). Persetujuan penghindaran


pajak Berganda (P3B). jakarta: Salemba
Empat.

Tambunan, A. P. (2008, 12). Analisis Peranan


Limitation on Benefit Sebagai Penangkal
Praktik Treaty Shopping di Indonesia.
Depok, Banten, Indonesia: Universitas
Indonesia.

Weeghel, S. V. (2005). The Improper Use of


Tax treaties: With Particular Reference
to the Netherland and The United
Nations. Kluwer Law International , 13

Velcro Canada Inc. V. The Queen (The Tax


Court of Canada February 2012).

Weeghel, S. V. (2005). The Improper Use of


Tax Treaties: With Particular Reference
to the Netherland and The United
Nations. Kluwer Law International , 13.

Yoshimura, K. (2013). Clarifying the Meaning


of ‘Beneficial Owner’ in Tax Treaties.
New York: Tax Analyst.

13

Anda mungkin juga menyukai