Model
Terdapat 3 model P3B, yaitu:
1. OECD
Model ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antar negara-negara yang
menyetujui dan menandatangani P3B dengan menghindari pajak berganda secara
internasional. Model OECD berkeinginan hak pemajakan lebih banyak di negara
domisili.
2. UN
Model ini bertujuan untuk meningkatkan investasi asing ke negara-negara
berkembang dan sebagai alat untuk pertumbuhan ekonomi dan sosial dari negara-
negara berkembang. Model UN sebagai representasi dari negara-negara
berkembang tentunya ingin mendapatkan hak pemajakan yang lebih banyak di
negara sumber penghasilan.
3. US
Model ini dibuat sendiri oleh Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperhatikan
kepentingan negaranya sendiri.
Dari ketiga model di atas, Indonesia menganut 2 model dalam P3B yaitu OECD dan
UN, tergantung dengan negara mana Indonesia membuat perjanjian tersebut.
2. Sifat
P3B dapat bersifat restruktif atau ekspansif sebagai hukum dari internasional, sesuai
dengan prisip negative effect, P3B juga membatasi aplikasi dan ketentuan domestik
(kewenangan mengenakan pajak). P3B merupakan konvensi dua pihak atau lebih yang
memiliki tujuan kultural dan ekonomi serta dalam bentuk yang sederhana. Sesuai
dengan hukum publik internasional, bahwa P3B bersifat mengikat kedua negara
(contracting states). Menutut Knechtle (1979), P3B yang ditutup oleh suatu negara
(Indonesia) memiliki validitas internal domestik dan menjadi self-executing. Sehubungan
dengan interaksi antara ketentuan P3B dan domestik, untuk menentukan kemungkinan
pemajakan dapat dilakukan, ketentuan P3B dan domestik harus diteliti secara akurat,
oleh karena itu ketentuan tersebut harus memperhatikan beberapa pertimbangan, yaitu :
SUMBER:
https://news.ddtc.co.id/pakar-pemahaman-tujuan-dibentuknya-p3b-sangat-diperlukan-18040