Anda di halaman 1dari 33

I.

PEMBUKUAN PERPAJAKAN & KERANGKA DASAR


AKUNTANSI
Pembukuan Perpajakan
Akuntansi adalah suatu alat yang dipakai sebagai bahasa bisnis,
informasi yang disampaikannya hanya dapat dipahami apabila
mekanisme akuntansi telah dimengerti. Akuntansi dirancang sedemikian
rupa agar transaksi yang tercatat diolah menjadi informasi yang berguna.
Didalam perpajakan dikenal istilah pembukuan & pencatatan
sesuai dengan UU No. 16 tahun 2000 pasal 28 yaitu Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib
pajak Badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.
Ketentuan ini tidak mewajibkan Wajib Pajak menyelenggarakan akuntansi.
Hal ini mungkin disebabkan karena disadari banyak wajib pajak
yang belum mampu melakukannya. Sebenarnya pencatatan dan
pembukuan merupakan bagian pertama saja dari akuntansi, yang artinya
akuntansi lebih luas daripada pembukuan dan pancatatan. Akuntansi
yang diterapkan sesuai dengan prinsip perpajakan disebut akuntansi
pajak (Tax Accounting).
Sesuai dengan UU No. 16 tahun 2000 pasal 1 ayat (26)
pembukuan didefinisikan sebagai berikut : “Pembukan adalah suatu
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
Tujuan pembukuan dalam perpajakan jelas-jelas dimaksudkan agar dari
pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
UU yang mengatur penyelenggarakan pembukuan untuk keperluan
perpajakan diatur dalam UU No. 16 tahun 2000, dengan ketentuan
sebagai berikut :

1
1. Wajib Pajak pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib melakukan
pembukuan.
Sesuai dengan UU No. 16 tahun 2000 pasal 1 ;
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau
pemotongan pajak tertentu.
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badang usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, kopersai, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk
usaha tetap, dan bentuk usaha lainnya.
Sedangkan pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
misalnya dokter, pengacara, konsultan Dan lain-lain.
2. Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
sebgaimana dimaksud pada butir (1) tetapi wajib melakukan
pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.

2
4. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia
dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang
rupiah dan disusun dalam bahasa indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas. Prinsip taat asas adalah prinsip yang
sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun
sebelumnya, untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat
asas dalam metode pembukuan, misalnya penggunaan :
a. Stelsel pengakuan penghasilan.
b. Tahun buku.
c. Metode penilaian persediaan.
d. Metode penyusutan dan amortisasi.
Stelsel akrual adala suatu metode penghitungan penghasilan dan
biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya
diakui pada waktu terutang, jadi tidak tergantung kapan penghasilan
itu diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan
atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai,
jadi penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan bila benar-benar
telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu, serta biaya baru
dianggap sebagai biaya bila benar-benar telah dibayar tunai dalam
suatu biaya tertentu.
Untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam mamakai stelsel kas
harus memperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut :
a. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi
seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam
menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh
pembelian dan persediaan.

3
b. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang
dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan
hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
c. Pemakai stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).
6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang
selain rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah
mendapat izin Menteri Keuangan.
9. Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari data
yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
10. Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan
melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
11. Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan di
Indonesia selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu ditempat
kegiatan atau ditempat tinggal bagi wajib pajak orang pribadi, atau
ditempat kedudukan bagi wajib pajak badan.
Dalam penjelasan ditegaskan bahwa dokumen termasuk juga hasil
data elektronik dalam undang-undang dapat diartikan bahwa
penyelenggaraan pembukuan dalam perpajakan dapat menggunakan
komputer.

4
12. Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diatur dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Bahasa asing dan mata uang asing dalam pembukuan


Adapun bahasa asing yang dapat digunakan dalam pembukuan wajib
pajak sejak mei 1989 yaitu bahasa Inggris. 5 kelompok wajib pajak yang
diperkenankan menggunakan bahasa asing dan mata uang asing dalam
pembukuannya sesuai dengan keputusan Nomor 533/KMK.04/2000 yaitu :
a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing (PMA), yaitu wajib pajak
yang beroperasi berdasarkan ketentuan undang - undang yang mengatur
mengenai Penanaman Modal Asing.
b. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya (KK), yaitu wajib pajak yang
beroperasi berdasarkan kontrak dengan pemerintah Republik Indonesia,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
pertambangan.
c. Wajib Pajak dalam rangka kontrak bagi hasil (KBH), yaitu wajib pajak yang
beroperasi berdasarkan undang-undang yang mengatur mengenai
pertambangan minyak dan gas bumi.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (5) UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,
atau menurut Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang terkait.
e. Wajib pajak yang berafiliasi dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
induk perusahaan (parent company) diluar negeri dalam hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) UU Nomor 17 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan.
Penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang Dollar
AS tidak otomatis dapat dilakukan oleh kelima golongan wajib pajak tersebut,
tetapi harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan yang
diperoleh dengan cara mengajukan surat permohonan paling lambat tiga puluh

5
hari sebelum tahun buku dimulai yang keputusan permohonan tersebut
selambat-lambatnya tuga puluh hari setelah diterimanya permohonan.
Sekalipun wajib pajak tersebut diperkenankan untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang Dollar AS, namun Surat
Pemberitahuan Masa dan Tahunan harus disampaikan dalam bahasa Indonesia
dan pembayaran pajaknya dilakukan dalam mata uang rupiah sesuai dengan
kurs yang berlaku. Sedang laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan
rugi laba tetap disajikan dalam bahasa Inggris dan mata uang dollar AS.

Penggunaan Komputer dalam Pembukuan


Dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan tidak ada peraturan
yang melarang atau memperbolehkan wajib pajak menggunakan komputer
dalam perpajakan, namun dalam penjelasan pasal 28 ayat (11) UU No.16 tahun
2000 disebutkan : “ Buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen
termasuk hasil data elektronik yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
harus disimpan ……..” , dari kutipan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa
hasil data elektronik diakui sebagai dasar pembukuan.
Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi sehubungan dengan
penggunaan komputer dalam pembukuan wajib pajak :
a. Pembukuan tersebut memenuhi ketentuan yang diatur dalam pasal 28 UU
No. 16 tahun 2000.
b. Hasil cetak (print out) komputer yang berkenaan dengan pembukuan
perusahaan dapat tersedia dengan cepat bila diperlukan dalam pemeriksaan.
c. Kewajiban bagi wajib pajak memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan
atau pencatatan dan dokumen sebagaimana diatur dalam pasal 29 ayat (3)
huruf a UU No. 16 tahun 2000 berlaku pula untuk memperlihatkan dan
meminjamkan semua sarana atau perangkat sehubungan dengan kegiatan
penyelenggaraan pembukuan dengan komputer, misalnya :
1). Memberikan jenis proram komputer yan dipergunakan.
2). Menjelaskan mekanisme sistem pembukuan dan prosedur/arus dokumen.
3). Memberitahukan kata sandi (password) yang digunakan.

6
4). Memperlihatkan dan meminjamkan segala dokumen yang dipakai sebagai
masukan (input) komputer, termasuk output program baik dalam bentuk
kartu punch (punch card), floppy diskette maupun dalam bentuk pita
(tape).

Kerangka Dasar Akuntansi

Tujuan
Laporan Keuangan

Asumsi dan
Konsep Dasar

Prinsip
Akuntansi

Metode dan
Prosedur

Laporan
Keuangan

Neraca Laporan Laporan Laba Laporan


Rugi-Laba Ditahan Arus Kas

Gambar 1. Hubungan antara tujuan laporan keuangan, asumsi dan konsep


dasar, prinsip akuntansi, metode dan prosedur dan laporan
keuangan

7
Penggolongan Aktiva, Utang dan Modal
1. Aktiva
Ialah sesuatu atau sumber perusahaan yang dapat dipergunakan untuk
mendapatkan atau memperoleh penghasilan
2. Pasiva/Kewajiban
Bila perusahaan menerima pinjaman sebesar Rp. 3 juta maka terjadi
kewajiban yang harus dibayar kepada kreditor, kewajiban ini disebut pasiva.
3. Modal/Ekuitas
Ialah jumlah harta yang diterima dari penanaman modal, harta yang diterima
dari pemilik dapat berupa uang tunai atau dalam bentuk lain.

Persamaan/Rumus Akuntansi
Aktiva = Kewajiban + Modal
Aktiva – Kewajiban = Modal

Dokumen sabagai dasar pencatatan


Dokumen yang berupa kuitansi dan lampiran-lampirannya merupakan bukti
transaksi dalam pembukuan. Oleh karena itu dokumen adalah dasar pencatatan
dalam akuntansi. Pencatatan berdasarkan dokumen yang tidak sah dianggap
sebagai transaksi fiktif.

Pengukuran dalam mata uang asing


Satuan mata uang adalah alat pengukur yang sangat penting dalam bisnis
dan akuntansi.

Kesatuan Akuntansi
Kesatuan akuntansi : Suatu usaha dinyatakan terpisah dari pemiliknya.

Konsep Kesinambungan
Konsep ini beranggapan bahwa tujuan pendirian suatu usaha adalah untuk
berkembang dan hidup untuk seterusnya atau disebut going concern concept.

8
Dengan dasar konsep ini harta yang ada dalam neraca tidak dinilai dengan
harga pasar tetapi dinilai dengan harga perolehannya.

Konsep Nilai Historis


Menurut konsep ini yang disebut cost concept adalah transaksi bisnis dicatat
berdasarkan harga pertukaran. Dengan demikian nilai yang tercantum di neraca
adalah nilai historis atau nilai perolehannya.
Alasan pemakaian nilai historis :
- nilai inilah yang paling objektif, penilaian berdasarkan harga pasar atau nilai
pengganti adalah penilaian yang sangat subjektif.
- Tidak semua aktiva perusahaan untuk dijual.
Undang-undang perpajakan di Indonesia tidak memperkenankan penilaian harta
dalam neraca selain nilai historis atau nilai perolehan, nilai yang dipengaruhi
hubungan istimewapun tidak diperbolehkan dalam perpajakan.

Konsep Taat Asas


Konsep taat asas atau konsistensi dalam akuntansi sangat perlu. Perubahan
prosedur pencatatan atau penghitungan dalam akuntansi akan mempengaruhi isi
laporan keuangan. Apabila ternyata harus ada perubahan prosedur akuntansi,
pengaruhnya harus dikemukakan dalam laporan.

Masa Akuntansi
Masa akuntansi atau periode adalah jangka waktu tertentu yang digunakan
sebagai dasar untuk menghitung posisi keuangan suatu perusahaan. Jadi
leporan keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungan rugi-laba disusun
setiap kurun waktu tertentu misalnya tiap kuartal, semester atau tahun. Masa
akuntansi dibutuhkan sesuai dengan konsep kesinambungan, yang
mengasumsikan perusahaan didirikan untuk seterusnya tanpa batas waktu.
Apabila pembuatan laporan ditunggu sampai saat perusahaan akan dibubarkan
maka perkembangan usaha tidak dapat diikuti.

9
Apabila tahun buku atau tahun pajak ingin dirubah, wajib pajak harus mempunyai
cukup alasan yang diajukan dalam permohonan yang diajukan kepada fiskus :
a. Perubahan tahun buku atau tahun pajak dikehendaki oleh pemegang saham,
pemeberi kredit, partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya, dimana
apabila tahun buku atau tahun pajak tidak diubah akan mengakibatkan
kesulitan dan atau kerugian bagi perusahaan.
b. Permohonan perubahan tahun buku atau tahun pajak tersebut baru pertama
kali diajukan dan tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada tahun-
tahun yang akan datang.
c. Tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja berusaha untuk
melakukan penggeseran laba-rugi guna meringankan beban pajak.

Tata buku berpasangan


Ialah cara pembukuan transaksi yang mengakibatkan sisi debet dan kredit dari
dua atau lebih rekening menjadi sama

Menutup rekening
Penutupan dilakukan dengan memisahkan rekening-rekening dalam neraca
saldo ke rekening neraca dan rekening laba-rugi.

Laporan Keuangan
Tahap terakhir proses akuntansi ialah penyusunan laporan keuangan yang terdiri
dari neraca dan perhitungan rugi-laba. Dari laporan ini pengambil keputusan
dapat mengetahui posisi dan perkembangan keuangan suatu perusahaan.

Bentuk Neraca
Ada dua bentuk penyajian neraca yaitu bentuk huruf “T” atau skontro dan bentuk
staffel. Bentuk skontro adalah neraca yang harta disajikan disebelah kiri,
sedangkan utang dan modal disebelah kanan. Bentuk staffel adalah neraca
dimana harta, utang dan modal disusun mulai dari atas sampai ke bawah.

10
Rekening bentuk T
Cara penggunaan tata buku berpasangan dapat digambarkan dengan
menggunakan rekening bentuk T. Disebut rekening bentuk T karena bentuknya
sama dengan huruf T

Neraca
Komponen-komponen atau pos-pos yang biasa ada dalam neraca :
1. Aktiva :
a. aktiva lancar.
b. Investasi.
c. aktiva tetap.
d. aktiva tidak berwujud.
e. aktiva lain-lain.

2. Kewajiban :
a. kewajiban lancar.
b. Kewajiban jangka panjang.
c. Kewajiban lain-lain.

3. Modal :
a. modal saham.
b. agio saham.
c. laba yang ditahan.

Dasar pengurutan pos-pos/akun perkiraan :


(a). golongan aktiva diurutkan berdasarkan likuiditas.
(b). golongan kewajiban diurutkan berdasarkan tanggal jatuh tempo.
(c). golongan modal diurutkan berdasarkan sifat kekekalan.

11
Aktiva Lancar
Aktiva atau harta lancar meliputi semua kekayaan yang dapat dicairkan
menjadi uang tunai dalam waktu relatif singkat yaitu dalam waktu satu tahun.
Contoh aktiva lancar : Kas, Piutang, Wesel Tagih, Persediaan Barang dan biaya
dibayar dimuka. Yang digolongkan ke dalam kas ialah uang tunai dikasir,
rekening koran atau giro dibank.
Tidak semua piutang dapat digolongkan ke dalam aktiva lancar, piutang
yang umurnya lebih dari setahun dapat disishkan dari piutang lancar.
Penyisihannya dapat dilakukan dengan analisis piutang berupa pengukuran
umur piutang (aging)

Investasi
Investasi ialah penyertaan modal pada perusahaan lain. Umumnya
maksud penyertaan adalah untuk menguasai distribusi dan pengadaan bahan
baku.
Persediaan barang ialah semua barang niaga atau barang yang sedang
dalam proses pengolahan. Barang yang dikonsinyasikan masih termasuk barang
yang dikuasai perusahaan.
Biaya yang dibayar dimuka ialah semua biaya yang manfaatnya baru
dinikmati pada periode yang akan datang.

Aktiva Tetap
Aktiva tetap ialah semua yang digunakan dalam beberapa tahun,
misalnya tanah, mesin, gedung, peralatan kantor, kendaraan dan alat transpor
lainnya. Nilai aktiva dicantumkan dalam neraca sesuai dengan harga
perolehannya.

Aktiva Tidak Berwujud


Aktiva tidak berwujud ialah semua harta yang tidak dapat diraba tetapi
dapat memberikan penghasilan kepada perusahaan. Misalnya hak paten, lisensi,
hak merk dan goodwill. Harta ini umumnya bermanfaat lebih dari setahun

12
sehingga menurut akuntansi dan perpajakan harus diamortisasi dengan metode
tertentu. Aktiva tidak berwujud yang diperkirakan masa manfaatnya tidak lebih
dari setahun atau jumlahnya dianggap kecil, baik menurut akuntansi maupun
perpajakan dapat dikurangkan sekaligus sebagai biaya.

Kewajiban Jangka Pendek


Kewajiban lancar atau utang jangka pendek ialah utang yang jatuh
temponya dalam waktu relatif dekat. Utang jangka panjang yang diperkirakan
akan dibayar dalam waktu dekat misalnya beberapa bulan lagi, dapat
diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek.

Kewajiban Jangka Panjang


Utang jangka panjang ialah utang yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun, misalnya kredit investasi, obligasi dan hipotek.

Modal
Modal ialah harta yang ditanamkan oleh pemilik ke dalam suatu usaha.
Bentuk modal bergantung pada jenis hukum usaha. Menurut hukum kekayaan
perseroan terbatas terpisah dari kekayaan pemiliknya. Modal perusahaan
perorangan dan firma tidak terbagi dalam saham dan secara hukum tidak
terpisah dari kekayaan pemilik.

Perhitungan Rugi – Laba


Perhitungan rugi-laba yang merupakan salah satu bagian laporan keuangan
dapat didefinisikan sebagai ikhtisar (daftar) penghasilan, biaya dan rugi-laba
untuk satu periode. Cara dan sistematika perhitungan rugi laba menurut
akuntansi komersial berbeda dari ketentuan fiskal. Dua bentuk susunan ikhtisar
atau perhitungan rugi-laba yang disajikan dalam akuntansi komersial yaitu
multistep dan singlestep.

13
Bentuk multiple step (bertahap) adalah bentuk laporan rugi-laba dimana
dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan tertentu.
Bentuk single step adalah bentuk laporan rugi laba dimana tidak dilakukan
pengelompokkan pendapatan dan biaya kedalam kelompok-kelompok usaha dan
diluar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan biaya-
biaya.

Transaksi yang berhubungan dengan rugi-laba


- Penjualan
- Upah karyawan
- Beban premi asuransi
- Beban penyusutan
- Biaya bunga
- Dll

Perhitungan rugi laba bentuk multistep


Bentuk perhitungan rugi laba multistep hanya menyajikan informasi keuangan
yang pokok-pokok saja :
a. Penghasilan dari penjualan.
Penghasilan dari penjualan disebut penjualan bruto yang berasal dari usaha
utama. Penjualan dikurangi dengan retur dan potongan harga sama dengan
penjualan neto.

b. Harga Pokok Penjualan.


Harga pokok penjualan ialah jumlah biaya pembuatan barang yang dijual
dalam satu periode.

c. Laba bruto penjualan


Laba bruto penjualan ialah selisih antara penjualan neto dangan harga pokok
penjualan.

14
d. Biaya usaha
Umumnya biaya usaha terdiri dari :
1. Biaya administrasi dan umum.
2. Biaya penjualan.

e. Penghasilan dan biaya lain-lain


Penghasilan lain-lain ialah penghasilan yang diperoleh dari usaha selain dari
usaha utama. Biaya lain-lain ialah biaya diluar biaya produksi dan biaya
usaha.

f. Pajak penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak terutang selama tahun pajak.

g. Laba neto
Laba neto ialah laba setelah dikurangi pajak penghasilan.

Laporan Keuangan Fiskal


Laporan keuangan komersial ialah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi dan dimaksudkan untuk keperluan berbagai pihak,
bersifat netral dan tidak mamihak.
Laporan keuangan fiskal ialah laporan yang disusun khusus untuk
kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan.
Laporan keuangan komersial dapat juga diubah menjadi laporan keuangan fiskal
dengan malakukan koreksi atau penyesuaian dengan peraturan perpajakan.
Perbedaan yang disebut perbedaan permanen dan sementara menyebabkan
laporan komersial dan fiskal tidak sama. Rincian perbedaan tersebut
diungkapkan dalam rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal.
Apabila wajib pajak berkeinginan untuk menyusun laporan keuangan fiskal maka
hal-hal yang perlu tercakup dalam laporan keuangan fiskal terdiri dari :

15
a. Neraca fiskal.
b. Perhitungan rugi laba dan perubahan laba yang ditahan.
c. Penjelasan laporan keuangan fiskal.
d. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.
e. Ikhtisar kewajiban pajak

Neraca Fiskal
Neraca fiskal ialah laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang terdiri
dari harta, utang dan modal pada tanggal penutupan buku yang disusun dari
pembukuan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dan sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos neraca fiskal dan komersial adalah sama,
perbedaannya hanyalah sedikit yaitu adanya keharusan pada neraca fiskal untuk
mengungkapkan utang dan piutang dalam hubungan istimewa.
Adapun penggolongan pos-pos neraca fiskal adalah sebagai berikut :
a. Aktiva :
1. Aktiva lancar
2. Piutang dalam hubungan istimewa
3. Investasi jangka panjang
4. Aktiva tetap
5. Aktiva tidak berwujud
6. Aktiva lain-lain

b. Kewajiban :
1. Hutang lancar (jangka pendek)
2. Hutang dalam hubungan istimewa
3. Hutang jangka panjang
4. Hutang lain-lain

16
c. Modal :
1. Modal saham
2. Tambahan modal disetor
3. Selisih penilaian kembali aktiva tetap
4. Laba yang ditahan

Perhitungan rugi-laba fiskal


Perhitungan rugi-laba adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha atau
pekerjaan bebas wajib pajak selama satu tahun pajak, yang disusun dari
pembukuan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dan dengan Prinsip Akuntansi Indonesia.
Definisi ini tidak jauh berbeda dari pengertian perhitungan rugi laba menurut
akuntansi komersial, yang berbeda adalah adanya keharusan dalam fiskal untuk
menyesuaikan dengan ketentuan perpajakan.

Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan


Fiskal
Laporan keuangan fiskal dapat berbeda dengan laporan keuangan
komersial, perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan pengakuan penghasilan
dan biaya.
Dua jenis perbedaan yang dikenal apabila akan dilakukan rekonsiliasi laporan
keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal :
a. Beda Waktu
Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban
tertentu menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan ini
mengakibatkan pergeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara satu
tahun pajak ke tahunn pajak lainnya. Misalnya penyusutan atas golongan 1
menurut ketentuan perpajakan adalah 50% dari sisa nilai buku dan menurut
akuntansi disusut dengan tarif 20% dari nilai perolehannya.

17
b. Beda Tetap
Beda tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Dengan arti lain, suatu
penghasilan atau biaya tidak akan diakui untuk selamanya dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak. Misalnya pemberian kenikmatan atau
natura kepada pegawai sama sekali tidak dapat dikurangkan sebagai biaya,
sedangkan bagi perusahaan pemberian kenikmatan atau natura merupakan
biaya yang harus diperhitungkan sebagai biaya.

Laporan Keuangan Konsolidasi


Dalam praktek bisnis sering dijumpai suatu perseroan dikuasai perseroan lain
dengan berbagai maksud. Penguasaan perseroan lain umumnya dilakukan
melalui pemilikan sebagian atau seluruh saham. Apabila jumlah saham cukup
untuk menguasai suatu perseroan maka manajemen perseroan tersebut
sepenuhnya dibawah pengawasan pemilik saham terbesar. Perseroan yang
dikuasai disebut anak perusahaan, sedangkan yang menguasainya dinamakan
induk perusahaan, sistem penguasaan beberapa perusahaan oleh induk
perusahaan disebut holding company.
Sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia dan prinsip akuntansi di
negara lain diatur, bila ada induk perusahaan mempunyai satu atau lebih anak
perusahaan maka diperlukan penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Tujuan
penyusunan laporan keuangan konsolidasi untuk mengungkapkan secara jelas
posisi keuangan dan hasil usaha anak perusahaan dan induk perusahaan
sebagai satu kesatuan. Adapun indikasi perlunya penyusunan laporan
konsolidasi adalah apabila pemilikan lebih dari 50% hak suara saham yang telah
ditempatkan (outstanding voting sharea) pada perusahaan lain.

18
II. PENGHASILAN

A. Konsep Materialitas
Akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan data yang relevan menurut konsep
meterialitas. Contoh konsep materialitas :
- Menurut prinsip akuntansi, aktiva yang jangka waktu penggunaan lebih dari
satu tahun (kecuali tanah) harus disusutkan. Alat-alat perlengkapan seperti
gelas dan alat-alat kecil lainnya dapat digunakan lebih dari satu tahun, namun
karena nilainya kecil maka harga pembeliannya dapat sekaligus dikurangkan
sebagai biaya.
- Perusahaan membeli sebotol tinta, sebenarnya pemakaiannya sedikit demi
sedikit, sehingga baru akan habis seluruhnya setelah beberapa lama dan
tidak perlu dilakukan pencatatan pemakaian.

Dari uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa batasan materialitas ini relatif.
Pada prinsipnya konsep materialitas tidak berlaku dalam perpajakan, karena
penghitungan Penghasilan Kena Pajak dilakukan berdasarkan pada data yang
benar dan yang sesungguhnya. Dalam perpajakan tidak ada istilah yang dapat
mengabaikan data hanya karena jumlahnya relatif kecil. Dari jumlah rupiah yang
terbesar sampai yang terkecil harus dimasukkan dalam perhitungan.
Penyimpangan yang menyebabkan kesalahan penghitungan Penghasilan Kena
Pajak akan merupakan kesalahan yang dikenakan sanksi perpajakan.

B. Konsep Konservatisme
Contoh : Suatu perusahaan membeli sebidang tanah dilokasi tertentu.
Beberapa waktu setelah transaksi pemerintah memperbaiki sarana yang
mengakibatkan naiknya harga tanah didaerah itu. Walaupun telah terjadi
kenaikan harga jual tanah, tetapi dalam akuntansi kenaikan harga tanah
tersebut tidak dapat dicatat sebagai penghasilan karena tanahnya belum
dijual.

- Keuntungan hanya dapat dicatat apabila telah ada transaksi.


- Kerugian telah dapat dicatat bila ada tanda-tanda kearah itu.

Ketentuan perpajakan bertentangan dengan penggunaan konsep


konservatisme. Kerugian hanya dapat diakui jika telah terjadi realisasi atau
transaksi. Sekiranya persediaan barang dijual dengan harga yang lebih
rendah dari harga produksi atau harga beli, selisihnya dapat diakui sebagai
biaya dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak. Penghapusan piutang
diperkenankan sebagai biaya fiskal apabila piutang tersebut benar-benar
tidak dapat ditagih lagi.

C. Konsep Realisasi
Contoh : Suatu perusahaan mempunyai seekor sapi yang sedang
mengandung, kemudian sapi tersebut melahirkan dua ekor anak sapi.
Dengan demikian jumlah harta berupa sapi bertambah menjadi tiga ekor.

19
Sekalipun harta perusahaan bertambah, tetapi sesuai dengan prinsip
akuntansi pertambahan ini belum dapat diakui sebagai penghasilan. Harta
yang bertambah boleh dicatat diluar pembukuan dan baru dapat diakui jika
kedua ekor sapi tersebut telah dijual.

Jadi menurut prinsip akuntansi, penghasilan hanya dapat diakui setelah


terjadi transaksi atau realisasi.

D. Stelsel Kas dan Stelsel Akrual


Umumnya orang menganggap penerimaan uang sama dengan
penghasilan dan pengeluaran kas sama dengan biaya. Akuntansi tidak
menetapkan penghasilan dan biaya berdasarkan anggapan tersebut.
Penetapan penghasilan dan biaya dengan cara ini dinamakan stelsel kas.
Akuntansi menetapkan penghasilan dan biaya berdasarkan metode
stelsel akrual yaitu penghasilan ditetapkan pada waktu diperoleh dan biaya
ditetapkan pada waktu terutang.

Stelsel Akrual dan Stelsel Kas dalam Perpajakan


Dalam prinsip akuntansi, penentuan laba hanya dapat dihitung berdasarkan
stelsel akrual. Penghitungan laba berdasarkan stelsel kas sama sekali tidak
sesuai dengan konsep matching cost with revenues. Dalam rangka
penghitungan Penghasilan Kena Pajak, pembukuan Wajib Pajak dapat
diselenggarakan dengan stelsel kas maupun stelsel akrual yang dijelaskan
dalam penjelasan pasal 13 ayat (1) UU No. 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan. Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1994 ketentuan pasal 13 ini
dihapus dan kemudian diatur dengan pasal 28 UU No. 6 tahun 1993 jo. UU
No. 9 tahun 1994. Sekalipun demikian pasal 13 UU No. 7 tahun 1983 itu
masih dapat dipakai untuk menambah penjelasan mengenai stelsel kas dan
akrual.
Dalam penjelasan itu disebutkan bahwa stelsel kas murni tidak dapat
sepenuhnya digunakan dalam penghitungan Pajak Penghasilan. Hal ini
karena stelsel kas murni dapat mengakibatkan penghitungan yang
mengaburkan penghasilan, artinya besar penghasilan dari tahun ke tahun
dapat disesuaikan dengan menggatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Untuk menggunakan stelsel kas dalam menghitung Pajak Penghasilan harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi
seluruh penjualan, baik yang tunai maupun bukan. Akibatnya
penghitungan harga pokok penjualan harus menyertakan seluruh
pembelian dan persediaan.
2. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
3. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).

20
Dengan memperhatikan persyaratan tersebut dapat dikatakan bahwa
pemakaian stelsel dalam perpajakan adalah stelsel akrual dan stelsel
campuran (stelsel kas dangan akrual) /Hybrid Method.

E. Pengakuan Penghasilan
Penghasilan dapat ditetapkan pada saat penjualan dilaksanakan atau saat
penyerahan barang atau pelaksanaan jasa. Adakalanya perusahaan
menerima uang muka, sedangkan barang atau jasa baru kemudian
diserahkan. Biasanya istilah yang digunakan untuk transaksi ini adalah
Pendapatan Diterima Dimuka. Penerimaan uang muka belum dapat
ditetapkan sebagai penghasilan sebelum barang atau jasa diserahkan.

F. Penjualan Konsinyasi
Dalam sistem penjualan konsinyasi, barang telah diserahkan tetapi hak
pemilikan masih ada dipihak perusahaan yang menyerahkan barang.
Penyerahan barang dalam konsinyasi tidak dapat ditetapkan sebagai
penjualan yang menambah penghasilan, baru dicatat dalam buku jika telah
ada laporan penjualannya. Barang yang diserahkan masih tercatat dalam
persediaan.

G. Ability To Pay
Konsep Ability To Pay yaitu konsep yang menyatakan bahwa pajak harus
dipungut pada saat yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk
membayar. Contohnya uang sewa yang diterima dimuka.
Konsep ability to pay mengakibatkan adanya penangguhan pengakuan
terhadap biaya-biaya tertentu, yaitu pada saat pembayaran dilakukan atau
pada saat piutang benar-benar dihapus.

21
III. BIAYA & PENGELUARAN

Penetapan Beban dan Penghasilan


Untuk menentukan besanyar laba, biaya yang dikorbankan dikurangkan
dari penghasilan ( matching cost with revenue concept ). Undang-undang Pajak
penghasilan menggunakan konsep matching dalam perhitungan Penghasilan
Kena Pajak yang dijelaskan dalam UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 (1) :
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :
a. biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah dan gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali
Pajak Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 dan 11A ;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan ;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapat, managih dan
memelihara penghasilan ;
e. kerugian dari selisih kurs mata uang asing ;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan diIndonesia
;
g. biaya bea siswa, magang dan pelatihan ;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial;
2. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
3. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak;

Biaya dan Pengeluaran


Biaya ialah pengorbanan yang dinyatakan dalam rupiah untuk memperoleh
barang dan jasa.
Baik dalam akuntansi maupun dalam perpajakan biaya dapat terjadi sekalipun
belum ada pembayaran. Selama suatu biaya dapat dibuktikan untuk usaha
memperoleh penghasilan, ketentuan perpajakan mengakuinya sebagai biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan.

22
Contoh :
1. Suatu perusahaan membayar sewa kantor untuk periode tiga tahun sebesar
Rp. 3.000.000,-. Berdasarkan stelsel akrual beban pada tahun pertama
hanya sepertiganya, yaitu Rp. 1.000.000,-. Dengan demikian, pengeluaran
sebesar Rp. 3.000.000,- tidak seluruhnya menjadi biaya pada tahun pertama.
2. Suatu perusahaan meminjam sejumlah uang selama enam bulan dari
September 2004 sampai Februari 2005. Bunga dibayarkan pada akhir
Februari 2005 sebesar Rp. 600.000,- atau Rp. 100.000,- tiap bulan. Menurut
standar akuntansi keuangan dan perpajakan beban biaya pada tahun 2004
sebesar Rp. 400.000,- sekalipun seluruh pembayarannya dilakukan pada
akhir Februari 2005. Pada tahun 2005 beban biaya hanya sebesar Rp.
200.000,-.

Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa biaya tidak sama dengan
pengeluaran. Dalam kasus ini terjadinya biaya selalu akan menimbulkan
kewajiban. Utang bunga ini akan berkurang dan akhirnya lenyap apabila
pembayarannya telah dilakukan.

Belanja Modal dan Belanja Rutin


Belanja Modal atau Capital Expenditures ialah pengeluaran untuk
membeli aktiva perusahaan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun buku,
misalnya pengeluaran untuk membeli mesin-mesin dan gedung. Pengeluaran
untuk rehabilitasi harta perusahaan termasuk pengertian belanja modal.
Rehabilitasi adalah perbaikan yang mengakibatkan perpanjangan umur atau
penambahan kapasitas. Alokasi belanja modal menjadi biaya dilakukan secara
berangsur-angsur yaitu melalui cara amortisasi atau penyusutan.

Belanja Rutin atau Revenue Expenditures ialah pengeluaran yang


manfaatnya hanya dalam satu tahun buku atau periode, misalnya biaya gaji,
biaya administrasi dan biaya iklan.

Ketentuan perpajakan sangat tegas dan jelas mengatur biaya belanja modal dan
belanja rutin, dimaksudkan agar tidak terjadi penggeseran rugi-laba melalui
pengaturan besarnya biaya dan mencegah Wajib Pajak melakukan
penghindaran pajak. Hal ini dijelaskan dalam memori penjelasan Pasal 6 (1) UU
No. 17 Tahun 2000 yang berbunyi :
“ Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2
(dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang
mempunyai masa tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang
bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan
limbah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui
amortisasi. Disamping itu apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena
penjualan harta atau karena selisih kurs, maka kerugian-kerugian tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.”

23
Biaya Dibayar Dimuka
Biaya dibayar dimuka (prepaid expense) ialah aktiva perusahaan yang belum
terpakai, apabila biaya tersebut dipakai, aktiva tersebut berkurang.
Pengurangannya dapat dilakukan berangsur-angsur dengan berlalunya waktu.
Contoh biaya dibayar dimuka misalnya premi asuransi dan sewa kantor.
Ketentuan perpajakan juga mengakui adanya biaya dibayar dimuka sehingga
pengeluaran untuk biaya ini tidak seluruhnya dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.

Contoh :
Suatu perusahaan membeli polis asuransi dengan masa penutupan selama 3
tahun sebesar Rp. 3.000.000,- mulai berlaku dari tanggal 1 Januari 2004. Akibat
pembayaran ini, kas perusahaan berkurang sebesar Rp. 3.000.000,- dan aktiva
bertambah sebesar pengeluaran kas. Setiap akhir tahun biaya polis asuransi
tersebut masing-masing berkurang sebesar Rp. 1.000.000,-.

Biaya-Biaya dalam Perpajakan


Biaya-biaya dalam perpajakan adalah semua biaya yang diperkenankan untuk
dikurangkan dalam rangka menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Dalam rangka menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (taxable income)
suatu badan dan bentuk usaha tetap, dan usaha perseorangan usaha (wajib
pajak dalam negeri), biaya usaha yang boleh dan tidak boleh dikurangkan telah
diatur dalam pasal 6 UU No. 17 Tahun 2000 dan peraturan - peraturan
pelaksanaannya.

Penjelasan mengenai biaya-biaya tersebut dapat diketahui dalam penjelasan


Pasal 6 (1) huruf a UU No. 17 Tahun 2000 yaitu sebagai berikut :
Biaya-biaya yang dimaksud dalam ayat ini lazim disebut biaya sehari-hari yang
boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai
biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung
dengan usaha atau kegiatan untuk mendapat, menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak. Dengan demikian, pengeluaran-
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak, tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Contoh :
Dana pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri
Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari :
a. penghasilan yang merupakan bukan Objek Pajak
sesuai dengan Pasal 4 (3) huruf h sebesar Rp.100.000.000,-
b. penghasilan bruto lainnya sebesar Rp.300.000.000,-

Jumlah penghasilan bruto Rp.400.000.000,-

24
Apabila total biaya adalah sebesar Rp.200.000.000,- maka biaya yang boleh
dikurangkan untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan adalah
¾ x Rp.200.000.000 = Rp.150.000.000,-.

Demikian pula bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli


saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang
diterimanya tidak merupakan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
(3) huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat
dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan upaya
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, misalnya
pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang saham,
pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi
peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi, tidak
boleh dibebankan sebagai biaya.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang.
Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan, misalnya
fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma tidak boleh dibebankan sebagai
biaya biaya dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan
penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan
pedagang yang baik. Dengan demikian apabila pengeluaran yang melampaui
batas kewajaran tersebut dipengaruhi hubungan istimewa, maka jumlah yang
melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto.

Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya selain


Pajak Penghasilan misalnya PBB, Bea Materai dan denda pajak dibebankan
sebagai biaya.

Mengenai biaya untuk promosi perlu dibedakan antara biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk promosi dengan biaya yang pada hakekatnya merupakan
sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.

Biaya yang tidak boleh dikurangkan


Biaya yang tidak boleh dikurangkan diatur dalam Pasal 9 (1) UU No. 17 Tahun
2000, yaitu sebagai berikut :
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan :
a. pembagian laba dengan nama dalam bentuk apapun seperti deviden,
termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

25
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota ;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan
untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan ;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan ;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas
penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau persekutuan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atau saham;
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan penundang-undangan
dibidang perpajakan.

Pembayaran dalam bentuk kenikmatan dan natura


Akuntansi mendefinisikan biaya sebagai sesuatu yang dikorbankan untuk
memperoleh pendapatan atau penghasilan. Jadi semua usaha, tenaga dan
sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil adalah biaya. Namun
perpajakan menganut ketentuan sendiri. Masalah kenikmatan atau natura
ditegaskan dengan jalan menjelaskan prinsip deductibility-taxibility yang dianut
oleh UU Pajak Penghasilan 1984. Dalam konsep tersebut dikatakan bahwa
pembayaran dalam bentuk kenikmatan atau natura dapat dikurangkan sebagai
biaya oleh pemberi kerja, jika kenikmatan atau natura tersebut diperhitungkan
sebagai penghasilan yang dikenakan pajak oleh pagawai yang menerimanya.
Apabila penerimaan kenikmatan atau natura tersebut tidak diperhitungkan

26
sebagai penghasilan, pembayarannya tidak diperkenankan sebagai biaya yang
dikurangkan dari penghasilan bruto

1. Fasilitas Pengobatan
a. Klinik atau rumah sakit milik perusahaan
Jika pegawai perusahaan memperoleh fasilitas pengobatan yang tidak
diterima dalam bentuk uang tunai maka bagi yang bersangkutan
penerimaan kenikmatan ini bukan penghasilan. Dengan sendirinya
pembayaran kenikmatan tersebut oleh perusahaan tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya.

b. Klinik atau rumah sakit milik pihak ketiga


Jika biaya pengobatan karyawan dibayarkan langsung kepada klinik,
rumah sakit dan dokter lain diluar perusahaan, bagi pegawai merupakan
kenikmatan yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan. Dengan demikian
biaya tersebut tidak boleh dikurangkan dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak Perusahaan.

2. Kenikmatan Mendiami Rumah Milik Perusahaan


a. Pemberian perumahan karyawan yang tidak terletak didaerah
terpencil
Jika kenikmatan mendiami rumah tidak diperlakukan sebagai penghasilan
pegawai maka perusahaan tidak dapat mengurangkan biaya yang
berkaitan dengan rumah (biaya penyusutan, ekspioitasi atau
pemeliharaan) sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
Agar perusahaan dapat mengurangkan pengeluaran tersebut sebagai
biaya, kepada karyawan harus diberikan tunjangan perumahan minimal
sebesar jumlah penyusutan dan eksploitasi rumah yang bersangkutan.

b. Pemberian perumahan yang terletak didaerah terpencil


Biaya pemberian kenikmatan perumahan didaerah terpencil dapat
dikurangkan sebagai biaya.

c. Mess untuk transit


Biaya fasilitas mess yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai tempat
transit bagi pegawainya dapat dikurangkan sebagai biaya dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak. Namun kenikmatan ini tidak
merupakan penghasilan bagi pegawai

3. Perlengkapan Keselamatan Kerja yang Diwajibkan oleh Peraturan


Keselamatan Kerja.
Penerimaan perlengkapan keselamatan kerja oleh pegawai tidak merupakan
penghasilan dan bagi perusahaan pengeluaran ini dapat dikurangkan sebagai
biaya dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak.

27
4. Fasilitas Rekreasi dan Olah raga
Pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk pengadaan dan pembiayaan
fasilitas rekreasi dan oleh raga yang terletak jauh dari kota untuk menjaga
kesehatan dapat dikurangkan sebagai biaya. Kenikmatan ini tidak merupakan
penghasilan bagi pegawai. Jika fasilitas tersebut berada dekat atau dalam
kota, pengeluaran demikian tidak dapat dikurangkan sebagai biaya.

5. Biaya Perjalanan
a. Biaya perjalanan dalam rangka perjalanan dinas
Biaya perjalanan dalam rangka perjalanan dinas bukan merupakan
penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan sehingga pengeluaran ini
merupakan biaya yang dapat dikurangkan.

b. Biaya perjalanan pegawai yang berpisah keluarga


Apabila perusahaan memberikan biaya perjalanan dalam bentuk
kenikmatan maka pengeluaran ini tidak dapat dibiayakan sedangkan bagi
pegawai penerimaan itu tidak merupakan penghasilan. Jika perusahaan
memberikan fasilitas dalam bentuk uang tunai maka pengeluaran ini dapat
dikurangkan dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak. Bagi pegawai
yang menerima uang tersebut merupakan penghasilan yang dikenakan
Pajak Penghasilan.

c. Biaya perjalanan pemulangan pegawai


Biaya perjalanan pemulangan pegawai ke tempat semula (tempat
melamar pekerjaan) karena pemberhentian, sakit-sakitan dan pensiun
dapat diperlakukan sebagai biaya oleh perusahaan dalam penghitungan
Penghasilan Kena Pajak.

6. Fasilitas Pelatihan dan Pendidikan


Fasilitas pelatihan dan pendidikan beserta biaya-biaya untuk itu dalam rangka
meningkatkan keterampilan pegawai dapat dibiayakan oleh perusahaan.

7. Fasilitas Kafetaria
Apabila perusahaan menyediakan dan membiayai kafetaria dalam
memberikan makanan dan minuman gratis kepada pegawai, pengeluaran ini
tidak diperkenankan untuk dikurangkan sebagai biaya.

8. Fasilitas Kendaraan
Apabila kendaraan semata-mata dipakai untuk keperluan perusahaan dan
sama sekali tidak pernah dipakai untuk keperluan pribadi (tidak pernah
dibawa pulang ke rumah) maka biaya yang berhubungan dengan kendaraan
ini dan biaya eksploitasinya dapat dikurangkan sebagai biaya dalam
penghitungan Pajak Penghasilan.

28
9. Asuransi Kecelakaan
Biaya asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikurangkan sebagai
biaya dan bagi pegawai pengeluaran ini diperhitungkan sebagai penghasilan.
Apabila ternyata kemudian ada pembayaran santunan asuransi, penerimaan
ini bukan penghasilan yang dikenakan pajak. Dengan demikian, perusahaan
asuransi yang membayar santunan asuransi tidak memotong Pajak
Penghasilan tertanggung atau pegawai.

10. Pembayaran dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan diDaerah Tertentu


Tunjangan yang diberikan dalam bentuk penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan atau kenikmatan tertentu didaerah terpencil dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dan bagi penerima imbalan dimaksud
bukan merupakan penghasilan. Karena itu prinsip taxibility-deductibility tidak
berlaku untuk daerah terpencil.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan didaerah tertentu/terpencil
yang dapat dikurangkan dari penghasilan sebagaimana dumaksud oleh
Undang-Undang adalah sarana dan fasilitas dilokasi bekerja untuk :
a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan keluarganya;
b. makanan dan minuman bagi pegawainya;
c. pelayanan kesehatan;
d. pendidikan bagi pegawai dan keluarganya;
e. pengangkutan pegawai dan keluarganya;
f. olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, boating dan
pacuan kuda; sepanjang fasilitas dan sarana tersebut tidak tersedia,
sehingga pemberi kerja harus menyediakan sendiri.

Biaya Pajak Masukan PPN


Pajak Masukan PPN yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah PPN
masukan yang tidak bisa dikreditkan.

Biaya dalam Yayasan


Kegiatan-kegiatan atau jasa-jasa yang semula dianggap sebagai jasa sosial
seperti rumah sakit dan pendidikan, kini mulai (sebagian) merupakan bisnis yang
menarik dan menguntungkan bagi para investor.
Biaya-biaya yang diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak dari yayasan atau organisasi sejenis antara
lain berupa :
a. Bagi Yayasan Pendidikan :
1. gaji/tunjangan/honorarium pimpinan/dosen/pengajar/karyawan;
2. biaya umum/administrasi/alat tulis menulis kantor;
3. biaya publikasi/iklan;
4. biaya kendaraan;
5. biaya kemahasiswaan;
6. biaya ujian semester

29
7. biaya sewa gedung dan utilities (listrik, telepon, air);
8. biaya laboratorium;
9. biaya penyelenggaraan asrama;
10. bunga bank dan biaya bank lainnya;
11. biaya pemeliharaan kampus;
12. biaya penyusutan;
13. kerugian karena penjualan/pengalihan harta;
14. biaya penelitian dan pengembangan;
15. biaya beasiswa dan pelatihan dosen/pengajar/karyawan;
16. biaya pembelian buku perpustakaan dan alat-alat olahraga serta alat-alat
peragaan;
17. subsidi/beasiswa bagi siswa yang kurang mampu;
18. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi yang terkenan.

b. Bagi Yayasan Rumah Sakit :


1. gaji/tunjangan/honorarium perawat/tenaga madis/karyawan;
2. biaya umum;
3. obat-obatan;
4. biaya bunga;
5. konsumsi karyawan;
6. pemeliharaan kendaraan, inventaris, gedung;
7. perlengkapan rumah sakit;
8. transportasi;
9. biaya penyusutan;
10. kerugian karena penjualan/pengalihan harta;
11. biaya penelitian dan pengembangan;
12. biaya beasiswa dan pelatihan karyawan;
13. subsidi/biaya pelayanan kesehatan pasien yang kurang mampu.

Kompensasi Kerugian
Jika penghasilan bruto sesudah dikurangi biaya yang diperkenankan menurut
pajak didapat kerugian maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan
penghasilan selama 5 tahun dihitung sejak tahun yang berikutnya sesudah
diderita kerugian itu.

Misalnya pada tahun 1990 diderita kerugian sebesar Rp.500.000,-. Kerugian ini
dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun 1991 s/d 1995.
Kompensasi dapat dilakukan secara berangsur-angsur atau sekaligus,
bergantung pada keinginan Wajib Pajak. Dengan dikompensasikannya kerugian
tersebut maka Penghasilan Kena Pajak berkurang sebesar kerugian yang
dikompensasi.

30
IV. mmmm

AKUNTANSI PERPAJAKAN

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai