Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah :

PP & TANSFER PRICING


Topik Bahasan:
PENGHASILAN BUNGA
(INTEREST)
Dosen:
Dr. SUMIHARTI, Ak, M.Si 1 1
PENGHASILAN DARI BUNGA
• Bunga adalah penghasilan yang berasal
dari modal (movable capital) yang
diperoleh orang pribadi dari simpanannya
di bank, dari sertifikat deposito,
obligasi, dan penjualan secara angsuran
(deferred payment sales) .Penghasilan
berupa bunga juga dapat diperoleh dari
pemberian pinjaman antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
2
PENGHASILAN DARI BUNGA
• Pada umumnya UU pajak suatu negara
memperkenankan biaya bunga dikurangkan
dari penghasilan bruto, dan pajak atas
bunga tsb menjadi beban penerima
penghasilan, kecuali diatur lain oleh debitur
dan kreditur. Karena pengenaan pajak atas
penghasilan bunga dikenakan hanya pada
satu fihak saja maka tidak akan ada
pengenaan pajak berganda atas penghasilan
bunga tsb.
3
PENGHASILAN DARI BUNGA
• Apabila yang membayar bunga wajib
memotongnya, maka pajak yang dipotong ini
akan menjadi pembayaran dimuka atas seluruh
pajak yang terutang dari seluruh
penghasilannya dalan satu tahun pajak.
• Dan jika pemotongan pajak atas pembayaran
bunga tsb melebihi pajak yang seharusnya
terutang, maka yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan pengembalian
(restitusi). Mekanisme ini mencegah pengenaan
pajak berganda atas penghasilan berupa
bunga. 4
PENGHASILAN DARI BUNGA
• Ditingkat internasional apabila pembayar bunga adalah
penduduk negara yang satu sedangkan yang menerima
penghasilan bunga adalah penduduk yang lainnya,
penghasilan bunga tsb dikenai pajak oleh dua negara.
Pengenaan pajak berganda ini mengakibatkan
berkurangnya jumlah penghasilan bunga yang diterima,
dan kalau pajaknya ditanggung oleh pembayar bunga
maka akan mengakibatkan biaya bunga akan menjadi
lebih tinggi.
• Pengenaan pajak atas bunga biasanya dikenakan
pemotongan di sumber (withholding at source), artinya
yang membayar bunga wajib memotong pajaknya, hal
ini
5
PENGHASILAN DARI BUNGA
• Pengenaan pajak atas bunga biasanya dikenakan
pemotongan di sumber (withholding at source), artinya
yang membayar bunga wajib memotong pajaknya, hal ini
• sering dianut karena sangat praktis dan pajak yang
dipotong ini akan menjadi pembayaran dimuka atas pajak
yang terutang.
• Pengenaan pajak berganda ini menimbulkan hambatan pada
arus investasi dari Luar Negeri oleh karenanya harus
dicarikan suatu kompromi yaitu berupa hak pemajakan
bagi negara domisili dan bagi negara sumber sepanjang
UU domestiknya mengatur masalah tsb. Akan tetapi
jumlahnya dibatasi dengan tarif yang lebih rendah dari
tarif berdasar UU domestiknya.
6
PENGHASILAN DARI BUNGA
• Pajak Penghasilan atas bunga dibahas dalam
Pasal 11 baik oleh OECD Model maupun PBB
Model.
• Di beberapa negara tertentu bunga yang
dibayarkan ke luar negeri tidak boleh
mengurangi PKP dari pembayar bunga, bunga
hanya boleh dikurangkan, jika dibayarkan
kepada penerima yang berada di negara
yang sama dan oleh karena itu dikenakan
oleh negara yang sama.
7
PERSANDINGAN PASAL 11
OCED MODEL DAN PBB MODEL
Pasal 11 Model PBB
Pasal 11 Model OECD
Interest Interest
1.Interest arising in 1.Interest arising in
a Contracting State a Contracting State
and paid to a and paid to a
resident of the resident of the
other Contracting other Contracting
State may be taxed State may be taxed
in that other in that other
State. State.

8
Dalam Bahasa Indonesia

OECD MODEL UN MODEL


• “bunga yang timbul di • “bunga yang timbul di
suatu negara yang suatu negara yang
mengadakan perjanjian mengadakan perjanjian
yang dibayarkan yang dibayarkan
kepada WP DN dari kepada WP DN dari
negara yang negara yang
mengadakan perjanjian mengadakan perjanjian
yang lainnya dapat yang lainnya dapat
dikenakan pajak . dikenakan pajak .

9
PERSANDINGAN PASAL 11
OCED MODEL DAN PBB MODEL
2. However, such interest may 2. However, such interest may also
also be taxed in the be taxed in the Contracting State
Contracting State in which it in which it arises and according to
arises and according to the the laws of that State, but if the
laws of that State, but if the recipient is the
recipient is the • beneficial owner of he interest
the tax so charged shall not
• beneficial owner of the exceed . . . per cent (the
interest the tax so charged percentage is to be established
shall not exceed 10 per cent through bilateral negotiations) of
of the gross amount of the the gross amount of the
interest. interest.
• The competent authorities of • The competent authorities of the
the Contracting States shall Contracting States shall by mutual
by mutual agreement settle agreement settle the mode of
the mode of application of application of this limitation.
this limitation. 10
Dalam Bahasa Indonesia
2) memberi hak kepada negara 2) memberi hak kepada negara
sumber tempat timbulnya sumber tempat timbulnya
penghasilan bunga itu sesuai penghasilan bunga itu sesuai
dengan hukum pajak di negara
dengan hukum pajak di
sumber itu, hak negara sumber
negara sumber itu, hak untuk memungut “withholding
negara sumber untuk tax” atas bunga disarankan
memungut “withholding tax” paling tinggi …… % (ditentukan
atas bunga disarankan berdasarkan atas kesepakatan
paling tinggi 10% yaitu antara dua pejabat negara
apabila penerima bunga tsb yang mengadakan perjanjian)
adalah “beneficial owner” yaitu apabila penerima bunga
yang merupakan WP DN tsb adalah “beneficial owner”
yang merupakan WP DN dari
dari negara yang
negara yang mengadakan
mengadakan perjanjian yang perjanjian yang lainnya
lainnya
11
PERSANDINGAN PASAL 11
OCED MODEL DAN PBB MODEL
3. The term "interest" as used in 3. The term "interest" as used in
this Article means income from this article means income from
debt-claims of every kind, debt-claims of every kind,
whether or not secured by whether or not secured by
• mortgage and whether or not mortgage and whether or not
carrying a right to participate in carrying a right to participate in
the debtor's profits, and in the debtor's profits, and in
particular, income from particular, income from
government securities and income government securities and income
from bonds or debentures, from bonds or debentures,
including premiums and prizes including premiums and prizes
attaching to such securities, attaching to such securities,
bonds or debentures. Penalty bonds or debentures. Penalty
charges for the late payment charges for the late payment
shall not be regarded as interest shall not be regarded as interest
for the purpose of this article. for the purpose of this article.

12
Dalam Bahasa Indonesia
3) menyarankan definisi bunga 3) menyarankan definisi bunga
sebagai berikut: istilah bunga sebagai berikut: istilah bunga
yang dipakai dalam pasal ini yang dipakai dalam pasal ini
berarti penghasilan dari piutang berarti penghasilan dari piutang
dalam bentuk apapun, apa dijamin dalam bentuk apapun, apa dijamin
dengan hipotik atau tidak, apakah dengan hipotik atau tidak, apakah
apakah mempunyai hak untuk apakah mempunyai hak untuk
mendapatkan pembagian laba atau mendapatkan pembagian laba atau
tidak dan khususnya penghasilan tidak dan khususnya penghasilan
dari sekuritas pemerintah dan dari sekuritas pemerintah dan
penghasilan dari obligasi atau penghasilan dari obligasi atau
surat hutang lainnya, termasuk surat hutang lainnya, termasuk
premium, dan hadiah-hadiah premium, dan hadiah-hadiah
sehubungan dengan sekuritas, sehubungan dengan sekuritas,
obligasi atau surat hutang tsb. obligasi atau surat hutang tsb.
Denda dengan keterlambatan Denda dengan keterlambatan
tidak dianggap sebagai bunga. tidak dianggap sebagai bunga.
13
PERSANDINGAN PASAL 11
OCED MODEL DAN PBB MODEL
4. The provisions of paragraphs 1 and 2 4. The provisions of paragraphs 1 and 2
shall not apply if the beneficial owner shall not apply if the beneficial owner
of the interest, being a resident of a of the interest, being a resident of a
Contracting State, carries on business Contracting State, carries on business
in the other Contracting State in in the other Contracting State in
which the interest arises, which the interest arises, through a
through a permanent establishment permanent establishment situated
situated therein, or performs in that therein, or performs in that other
other State independent personal State independent personal services
services from a fixed base situated from a fixed base situated therein,
therein, and the debt-claim in and the debt-claim in respect of
respect of which the interest is paid which the interest is paid is
is effectively connected with such effectively connected with (a) such
permanent establishment or fixed permanent establishment or fixed
base. In such case the provisions of base. Or with (b) business activities
Article 7 or Article 14, as the case referred to under (c) of paragraph 1
may be, shall apply.  of article 7. In such cases the
provisions of article 7 or article 14,
as the case may be, shall apply.
14
Dalam Bahasa Indonesia
4) membatasi berlakunya ketentuan Pasal 4) membatasi berlakunya ketentuan Pasal 11
11 Ayat (1) dan (2) yaitu pengenaan Ayat (1) dan (2) yaitu pengenaan pajak
pajak “withholding” atas jumlah bruto “withholding” atas jumlah bruto dengan
dengan menerapkan “reduced rate” menerapkan “reduced rate” tidak
tidak dilakukan: dilakukan:
• apabila penerima bunga tsb adalah • apabila penerima bunga tsb adalah
merupakan WP DN dari negara yang
merupakan WP DN dari negara yang
mengadakan perjanjian melakukan kegiatan
mengadakan perjanjian melakukan
usaha dinegara tempat timbulnya bunga
kegiatan usaha dinegara tempat melalui suatu BUT yang terletak di negara
timbulnya bunga melalui suatu BUT yang sumber ybs, ataupun melakukan di negara
terletak di negara sumber ybs, ataupun lain itu pekerjaan bebas dari suatu
melakukan di negara lain itu pekerjaan pangkalan tetap yang terletak di negara
bebas dari suatu pangkalan tetap yang sumber ybs, dan piutang yang
terletak di negara sumber ybs, dan menghasilkan bunga itu mempunyai
piutang yang menghasilkan bunga itu hubungan efektif dengan a) BUT atau
mempunyai hubungan efektif dengan pangkalan tetap tsb; b) kegiatan usaha
BUT atau pangkalan tetap tsb; dalam sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat
hal yang demikian itu ketentuan Pasal 7 (1)c dalam hal yang demikian itu
atau Pasal 14 berlaku tergantung dari tergantung pada masalahnya, berlaku
kasusnya. ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14” . 15
PERSANDINGAN PASAL 11
OCED MODEL DAN PBB MODEL
5. Interest shall be deemed to arise in 5. Interest shall be deemed to arise
a Contracting State when the payer in a Contracting State when the
is that State itself, a political payer is that State itself,
subdivision, a local authority or a apolitical subdivision, a local
resident of that State. Where, authority, or a resident of that
however, the person paying the State. Where, however, the
interest, whether he is a resident of person paying the interest,whether
Contracting State or not,has in a he is a resident of Contracting
Contracting State a permanent State or not,has in a Contracting
establishment or a fixed base in State a permanent establishment
connection with which the or a fixed base in connexion with
indebtedness on which the interest is which the indebtedness on which
paid was incurred, and such interest the interest is paid was incurred,
is borne by such permanent and such interest is borne by such
establishment or fixed base, then permanent establishment, orfixed
such interest shall be deemed to base, then such interest shall be
arise in the State in which the deemed to arise in the State in
permanent establishment or fixed which the permanent establishment
base is situated. orfixed base is situated.
16
Dalam Bahasa Indonesia
5) “bunga yang dianggap timbul di 5) “bunga yang dianggap timbul di
suatu negara yang mengadakan suatu negara yang mengadakan
perjanjian apabila yang membayar perjanjian apabila yang membayar
bunga itu adalah negara itu bunga itu adalah negara itu sendiri,
sendiri, suatu bagian dari negara suatu bagian dari negara tsb,
tsb, pemerintah daerah atau WP pemerintah daerah atau WP DN
DN dari negara yang bersangkutan. dari negara yang bersangkutan.
Apabila Subjek Pajak yang Apabila Subjek Pajak yang
membayarkan bunga, apa membayarkan bunga, apa merupakan
merupakan Subjek Pajak DN atau Subjek Pajak DN atau tidak,
tidak, mempunyai BUT di negara mempunyai BUT di negara yang
yang mengadakan perjanjian atau mengadakan perjanjian atau suatu
suatu pangkalan tetap, yang pangkalan tetap, yang mempunyai
mempunyai hubungan hutang yang hubungan hutang yang bunganya
bunganya harus dipikul, bunga tsb harus dipikul, bunga tsb dianggap
dianggap sumbernya di negara sumbernya di negara tempat
tempat terletaknya BUT atau terletaknya BUT atau pangkalan
pangkalan tetap tsb” tetap tsb” 17
Pasal 11 Ayat (1)
Pasal 11 Ayat (1) Model OECD mengatur bahwa:
“bunga yang timbul di suatu negara yang mengadakan
perjanjian yang dibayarkan kepada WP DN dari
negara yang mengadakan perjanjian yang lainnya
dapat dikenakan pajak . Perhatikan untuk negara
sumber dipakai ungkapan “interest arising in a
contracting state” atau “bunga yang timbul di suatu
negara yang mengadakan perjanjian” jadi tidak diatur
dengan tegas negara sumber tempat timbulnya bunga
itu di negara yang bagaimana.
Pasal 11 Ayat (1) Model PBB
Identik dengan Pasal 11 Ayat (1) Model OECD.
18
Pasal 11 Ayat (2)
Pasal 11 Ayat (2) Model OECD : memberi hak kepada
negara sumber tempat timbulnya penghasilan bunga
itu sesuai dengan hukum pajak di negara sumber itu,
hak negara sumber untuk memungut “withholding tax”
atas bunga disarankan paling tinggi 10% yaitu apabila
penerima bunga tsb adalah “beneficial owner” yang
merupakan WP DN dari negara yang mengadakan
perjanjian yang lainnya
• Pasal 11 Ayat (2) Model OECD juga menegaskan
bahwa cara pelaksanaan pembayaran tarif
“withholding tax” ditentukan berdasarkan atas
kesepakatan antara dua pejabat negara yang
mengadakan perjanjian. 19
Pasal 11 Ayat (2)
• Pasal 11 Ayat (2) Model PBB
• Terdapat perbedaan pada
tarif“withholding tax” ditentukan tarif
yang disepakati oleh dua delegasi dari
negara-negara yang bersangkutan
pada waktu melaksanakan negosiasi
menyusun “tax treaty “ yang
bersangkutan.

20
Pasal 11 Ayat (3)
Pasal 11 Ayat (3) Model OECD : menyarankan definisi bunga
sebagai berikut: istilah bunga yang dipakai dalam pasal ini
berarti penghasilan dari piutang dalam bentuk apapun, apa
dijamin dengan hipotik atau tidak, apakah apakah
mempunyai hak untuk mendapatkan pembagian laba atau
tidak dan khususnya penghasilan dari sekuritas pemerintah
dan penghasilan dari obligasi atau surat hutang lainnya,
termasuk premium, dan hadiah-hadiah sehubungan dengan
sekuritas, obligasi atau surat hutang tsb. Denda dengan
keterlambatan tidak dianggap sebagai bunga.

Pasal 11 Ayat (3) Model PBB


• Juga mengatur definisi bunga yang identik dengan Pasal 11
Ayat (3) Model OECD. 21
Pasal 11 Ayat (4) Model OECD
• Pasal 11 Ayat (4) Model OECD: membatasi berlakunya
ketentuan Pasal 11 Ayat (1) dan (2) yaitu pengenaan
pajak “withholding” atas jumlah bruto dengan
menerapkan “reduced rate” tidak dilakukan:
• apabila penerima bunga tsb adalah merupakan WP DN
dari negara yang mengadakan perjanjian melakukan
kegiatan usaha dinegara tempat timbulnya bunga melalui
suatu BUT yang terletak di negara sumber ybs, ataupun
melakukan di negara lain itu pekerjaan bebas dari suatu
pangkalan tetap yang terletak di negara sumber ybs, dan
piutang yang menghasilkan bunga itu mempunyai hubungan
efektif dengan BUT atau pangkalan tetap tsb; dalam hal
yang demikian itu ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14
berlaku tergantung dari kasusnya. 22
Pasal 11 Ayat (4) Model PBB

• Pasal 11 Ayat (4) Model PBB Terdapat


perbedaan dengan Pasal 11 Ayat (1) Model
OECD mengenai : “dan piutang yang
menghasilkan bunga itu mempunyai hubungan
efektif dengan a) BUT atau pangkalan tetap
tsb; b) kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7 ayat (1)c dalam hal yang
demikian itu tergantung pada masalahnya,
berlaku ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14” .

23
Lanjutan
• Pasal 7 ayat (1)c adalah “other
business activities carried on that
other State of the same or similar
kind of those effected through that
permanent establisment” atau:
• kegiatan usaha lainnya yang dilakukan
di negara lain yang jenisnya sama atau
serupa seperti yang dilakukan melalui
BUT tsb.
24
Pasal 11 Ayat (5)
• Pasal 11 Ayat (5) Model OECD mengatur tentang sumber
penghasilan atau memuat “source rule” yang berbunyi
sebagai berikut:
• “bunga yang dianggap timbul di suatu negara yang mengadakan
perjanjian apabila yang membayar bunga itu adalah negara itu
sendiri, suatu bagian dari negara tsb, pemerintah daerah atau
WP DN dari negara yang bersangkutan. Apabila Subjek Pajak
yang membayarkan bunga, apa merupakan Subjek Pajak DN
atau tidak, mempunyai BUT di negara yang mengadakan
perjanjian atau suatu pangkalan tetap, yang mempunyai
hubungan hutang yang bunganya harus dipikul, bunga tsb
dianggap sumbernya di negara tempat terletaknya BUT atau
pangkalan tetap tsb”

• Pasal 11 Ayat (5) Model PBB Identik dengan Pasal 11 Ayat


(5) Model OECD. 25
Pasal 11 Ayat (6)
• Pasal 11 Ayat (6) Model OECD mengatur perlakuan pajak apabila
pembayar bunga dan “beneficial owner” (pemilik yang menikmati
bunga) mempunyai hubungan istimewa, pengaturan tsb sbb:
“apabila karena adanya hubungan istimewa antara pembayar
bunga dan penerima bunga ataupun antara keduanya dengan fihak
lain, jumlah dari bunga dengan hubungannya dengan hutang ybs,
melebihi jumlah bunga yang seharusnya disepakati antara
pembayaran bunga dan “beneficial owner” tanpa hubungan
istimewa, ketentuan dalam pasal ini hanya berlaku atas jumlah
bunga yang seharusnya dibayar apabila tidak ada hubungan
istimewa (=”a special relationship”). Dalam hal demikian, jumlah
yang melebihi jumlah yang seharusnya tsb dikenakan pajak
berdasarkan UU dari masing-masing negara yang mengadakan
perjanjian, memperhatikan tax treaty ini.
• Pasal 11 Ayat (6) Model PBB Identik dengan Pasal 11 Ayat (6)
Model OECD. 26
ATURAN PELAKSANAAN
Surat Edaran Nomor: SE-04/PJ.34/2005 Tentang
Petunjuk Penetapan Kriteria "Beneficial Owner"
Sebagaimana Tercantum Dalam Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda Antara Indonesia Dengan
Negara Lainnya
•  Sehubungan dengan masih adanya persepsi yang
berbeda, yaitu seolah-olah WP LN yang menunjukkan
Surat Keterangan Domisili dari suatu negara yang
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) yang paripurna dengan Indonesia, maka WP
tsb secara langsung dapat menikmati fasilitas
penurunan tarif. 27
lanjutan
• Padahal menurut P3B ybs, WP DN dari negara
mitra perjanjian, dapat menikmati
pengurangan tarif apabila WP tersebut adalah
"beneficial owner" dari penghasilan berupa
Dividen, Bunga dan Royalti, yang berkenaan.
Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak
memandang perlu untuk memberikan penjelasan
guna menciptakan kepastian hukum mengenai
pengertian dan kriteria tentang "beneficial
owner" sbb:
28
lanjutan
Pengertian dan kriteria tentang "beneficial owner"sbb:
a.Yang dimaksud dengan "beneficial owner" adalah
pemilik yang sebenarnya dari penghasilan berupa
Dividen, Bunga dan atau Royalti baik Wajib Pajak
Perorangan maupun Wajib Pajak Badan, yang berhak
sepenuhnya untuk menikmati secara langsung
manfaat penghasilan-penghasilan tersebut.
b. Dengan demikian, maka "special purpose vehicles"
dalam bentuk "conduit company", "paper box
company", "pass-through company" serta yang
sejenis lainnya, tidak termasuk dalam pengertian
"beneficial owner" tersebut di atas.
29
lanjutan
c. Apabila terdapat pihak-pihak lain yang bukan
merupakan "beneficial owner" sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b tersebut, yang
menerima pembayaran Dividen, Bunga dan atau
Royalti yang bersumber dari Indonesia, maka
pihak yang membayarkan Dividen, Bunga dan
atau Royalti tersebut diwajibkan melakukan
pemotongan PPh Pasal 26 sesuai Undang-
Undang Pajak Penghasilan Indonesia dengan
tarif 20% (Dua puluh perseratus) dari jumlah
bruto yang dibayarkan.
30
Selamat belajar

31

Anda mungkin juga menyukai