Anda di halaman 1dari 15

KETENTUAN

PEMAJAKAN PASSIVE
INCOME
KELOMPOK 1
Herlando Samuel (205030400111004)
Putri Ayu Saradipa (205030400111005)
Amelia Vika Wardhana.G (205030407111039)
Reyhan Adelio (205030407111009)
DEVIDEN
DEFINISI TARIF PEMAJAKAN DEVIDEN
Dividen merupakan bagian dari laba Pajak yang akan dikenakan tidak akan melebihi tarif
perusahaan yang dibagikan kepada para tertentu dari jumlah bruto dividen. Tarif ini biasanya
pemegang saham berdasarkan presentase didasarkan pada perjanjian Indonesia dan negara
kepemilikan saham pada perusahaan. mitra. Besaran tarif pajak atas dividen dalam P3B
Dalam P3B (Tax Treaty) Dividen merupakan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
penghasilan dari saham-saham seperti saham 1. Untuk penyertaan langsung yang merupakan
pertambangan, saham kepemilikan atau hak dana langsung kepad perusahaan paling sedikit
lain yang bukan tagihan piutang. 25%.
2. Untuk penyertaan portofolio/penyertaan tidak
langsung yang merupakan pemilikan saham
HAK PEMAJAKAN DEVIDEN melalui bursa efek atau perusahaan lainnya. Tarif
Hak pemajakan dividen yang dibayarkan oleh suatu untuk penyertaan ini biasanya relatif lebih kecil.
perusahaan di Indonesia kepada penduduk negara
mitra P3B dapat dipajaki di Indonesia dan negara mitra Dalam P3B atau Tax Treaty terdapat pajak tambahan
P3B. Pada ayat I pasal 10 P3B secara umum direlaskan atas dividen apabila penerima manfaat adalah BUT,
bahwa hak pemajakan atas dividen tersebut hanya Adapun pengenaan pajak tambahan ini dikarenakan
akan dipajak di negara mitra. Indonesia dapat dividen yang diterima BUT dianggap sebagai laab
mengenakan pajak atas dividen yang diterima BUT. Rumusan pengenaan pajak tambahan ini
penduduk negara mitra apabila penduduk tersebut dijelaskan pada ayat 5 pasal 10 P3B.
merupakan pemilik manfaat (beneficial owner).
INTEREST
PENGENAAN PAJAK ATAS BUNGA DITERIMA WPLN SESUAI UU PPH
Pada Pasal 4 ayat 1 huruf f Undang-undangPajakPenghasilan, bungatermasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang.
Secara umum, Pasal 11 ayat 4 menjelaskan bahwa pajak atas penghasilan bunga tidak akan berlaku apabila
penerima manfaat menjalankan kegiatan usaha di negara pihak lainnya melaluiBentuk Usaha Tetap (BUT).
Pasal 11 ayat 4 OECD Model menyatakan bahwa penghasilan bunga akan diperlakukan sebagai laba usaha jika
tagihan utang yang memunculkan kewajiban pembayaran bunga itu memiliki hubungan efektif dengan BUT
yang berada di negara sumber.

PAJAK ATAS BUNGA SESUAI KETENTUAN P3B


dengan adanya globalisasi pada sektor keuangan, para pelaku usaha semakin gencar melakukan transaksi
keuangan secara lintas batas negara salah satunya adalah transaksi pinjaman.

Di dalam Pasal 11 P3B secara umum dijelaskan bahwa penghasilan bunga dari suatu negara pihak pada
persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk negara pihak lainnya pada persetujuan dapat dikenakan
pajak di negara pihak: lainnya tersebut.
ROYALTI
ROYALTI
Merupakan jenis penghasilan dalam P3B yang paling sering menimbulkan sengketa.
Hal ini disebabkan karena definisi royalti yang tidak mengalami perubahan.

Pengertian royalti menurut P3B secara umum adalah pembayaran-pembayaran baik


secara periodik maupun tidak dan dalam bentuk atau nama apa pun (Kuriawan, 2015:
156).

Model OECD Pasal 12 mengatur mengenai empat hal pokok terkait pemajakan atas
royalti, yaitu:
1. Hak pemajakan royalti berada di negara domisili (ayat 1).
2. Definisi royalti (ayat 2).
3. Royalti yang mempunyai hubungan efektif dengan BUT di negara sumber
diperlakukan ketentuan pemajakan atas penghasilan usaha (ayat 3).
4. Perlakuan pembayaran royalti yang melebihi kewajaran (ayat 4).
PERBEDAAN MODEL OECD DAN MODEL UN
Pada model OECD, hak pemajakan atas royalti seluruhnya berada di negara
domisili, tapa ada hak pemajakan berada di negara sumber. Sedangkan pada
Model UN, hak pemajakan atas royalti berada pada negara domisili, akan tetapi
negara sumber dapat memajaki. Negara sumber dapat memajaki dengan
pembatasan tarif yang telah ditetapkan. Perbedaan lainnya, Model OECD tidak
mengatur mengenai royalti terkait dengan independent personal service. Pada
model UN, independent personal service mash tetap diatur dalam pasal 12 ayat 4
sebagai konsekuensi Pasal 14.

Berdasarkan Pasal 12 P3B Indonesia dengan negara mitra, penghasilan atas


royalti yang diterima oleh penduduk negara mitra P3B dapat dikenakan pajak di
negara mitra P3B. Indonesia juga memiliki hak pemajakan dari pembayaran atas
royalti. Akan tetapi, jika Indonesia mengenakan pajak atas pembayaran tersebut,
maka tarif pajak yang dikenakan tidak boleh melebihi persentase tertentu.
Besaran tarif pajak atas royalti didasarkan pada isi P3B masing-masing yang saat
in berlaku.

CAPITAL
GAIN
Dalam konteks pengalihan harta tak bergerak, secara umum hak pemajakan berada pada negara sumber
kecuali untuk pengalihan atas kapal atau pesawat yang beroperasi di jalur lalu lintas internasional. Negara
sumber yang dimaksud adalah negara tempt harta tak bergerak terletak. Khusus untuk pengalihan kapal atau
pesawat yang beroperasi di jalur lalu lintas internasional, hak pemajakannya berada di negara domisili
(Septriadi dan Ganda, 2017: 329).

Pada P3B Indonesia, keuntungan atas pengalihan harta dibagi menjadi 4 yaitu:

Keuntungan pengalihan harta tak bergerak. Apabila penduduk negara mitra memperoleh keuntungan
atas pengalihan harta tak bergerak yang berlokasi di Indonesia, maka Indonesia berhak memajaki
1 keuntungan tersebut. Terkait tarif pajak didasarkan pada tarif pajak atas keuntungan pengalihan yang
ada pada Undang-undang Pajak Penghasilan yaitu Ph Final Pasal 4 ayat (2) sebesar 5%.

Keuntungan pengalihan harta BUT. Apabila terdapat keuntungan yang berasal dari pengalihan harta
yang merupakan bagian dari harta Bentuk Usaha Tetap (BUT), maka keuntungan tersebut dianggap
2 sebagai penghasilan dari BUT. Jika BUT tersebut berada di Indonesia, maka atas penghasilan tersebut
dapat dipajaki di Indonesia.
Keuntungan pengalihan harta terkait dengan pelayaran dan penerbangan internasional. Pasal ini
terkait pengalihan kapal laut atau pesawat udara yang termasuk dalam transportasi jalur lalu lintas
3 internasional, transportasi perairan pedalaman, pengoperasian kapal, pesawat atau perahu. Keuntungan
atas pengalihan tersebut hanya akan dipajaki di negara domisili.

Keuntungan pengalihan harta lainnya. Hak pemajakan untuk keuntungan atas pengalihan harta
lainnya berdasarkan P3B berada di negara tempt pihak yang memperoleh penghasilan tersebut dengan
4 kata lain negara domisili penduduk yang menerima. Apabila penduduk negara Indonesia menjual saham
miliknya di perusahaan A yang terletak di negara D mitra P3B Indonesia, maka hak pemajakan berada di
Indonesia sebagai asal atau domisili penduduk tersebut.
STUDI KASUS
Gambaran singkat mengenai kasus tersebut adalah sebagai berikut. Cadbury Scheweppes (CS) adalah
perusahaan induk (parent company holding), yang melalui anak perusahaannya Cadbury Scheweppes
Overseas, Ltd. (CSO) yang merupakan holding company di Inggris mengendalikan jaringan anak
perusahaan yang ada di bawahnya, yaitu dua perusahaan yang berada di Irlandia, Cadbury Scheweppes
Treasury Services (CSTS) dan Cadbury Schweppes Treasury International (CSTI). Perusahaan yang
berada di Irlandia, didirikan di International Financial Services Centre of Dublin (IFSC) dan dikenakan
pajak penghasilan badan tahun sesuai Undang-Undang Pajak Irlandia. Tarif PPh Badan yang berlaku
pada tahun 1996 adalah sebesar 10% Kedua perusahaan tersebut mengumpulkan dana dan
meminjamkannya kepada anak perusahaan yang ada dalam kelompok usahanya.

Otoritas pajak Inggris, pada pemeriksaan tahun 2000 melihat bahwa ketentuan CFC Rules dapat
diterapkan pada dua perusahaan yang didirikan di Irlandia atas keuntungan yang diperoleh. Menurut
ketentuan Controlled Foreign Companies yang berlaku di Inggris, CSO seharusnya telah menaksir
keuntungan yang diperoleh CSTI untuk tahun pajak yang berakhir 1996. Jumlah pajak penghasilan
badan Cadbury Schweppes yang seharusnya dibayar atas keuntungan yang diperoleh CSTI adalah
sebesar £ 8.638.633.54.
Menurut pandangan Pengadilan Pajak Inggris, CSTI didirikan di Dublin semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan dari undang-undang pajak ISFC yang menguntungkan. Pandangan berbeda
justru disampaikan oleh ECJ, pengadilan mengingatkan bahwa perusahaan atau seseorang tidak dapat
melakukan hal yang tidak sebagaimanamestinya atau dengan curang mengambil keuntungan dari
ketentuan yang berlaku di Community Law. Fakta yang terjadi, perusahaan tersebut didirikan di negara
anggota Uni Eropa dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari ketentuan perundangan yang
lebih menguntungkan, bukan dimaksudkan untuk menyalahgunakan ketentuan tentang freedom of
establishment.

ECJ memperhatikan bahwa CFC Legislation mempengaruhi terjadinya perbedaan perlakuan antara
wajib pajak dalam negeri dalam hal tingkat pembebanan pajak seandainya memiliki perusahaan induk
yang mengendalikan. Perbedaan perlakuan tersebut menimbulkan kerugian pajak bagi wajib pajak
dalam negeri yang mendapat perlakuan sebagai CFC. CFC Legislation inilah yang menyebabkan
pertentangan antara freedom of establishment dengan pengertian yang dimaksud oleh Community
Law.
PENYELESAIAN
Penyelesian ini didasarkan atas jenis penghasilan yang dikenakan menjadi passive income secara keseluruhan.

CFC Rules versi lama. CFC Rules menggunakan pendekatan entities. Karena terbentur EC Law, sesuai dengan
penjelasan di atas, maka tidak ada penghasilan CSTI yang dapat dikenakan pajak. Dalam kondisi normal, CFC
Rules yang berlaku hanya dapat mengenakan pajak atas keuntungan/laba (dividen) yang belum didistribusikan
oleh CSTI kepada Cadbury Schweppes, Ltd. di Inggris

CFC Rules versi baru. Controlled Corporation Rules (CC Rules) menggunakan pendekatan Base Company
Income.Dengan demikian penghasilan yang diperoleh CSTI yang terdiri dari passive income (dividen, bunga,
royalty) dan semua passive income yang berasal dari anak perusahaan yang aktif juga tercakup di dalam nya.
Penghasilan yang dimaksud antara lain; penghasilan yang berasal dari intangible asset (merk), capital gains
(misal; passive income yang dikonversi ke capital asset) Perubahan lainya adalah perlakuan mobile active
income sebagai passive income. Mobile income adalah penghasilan yang dengan mudah dipindahkan ke bagian
lain dari perusahaan dan kemudian dapat dipindahkan ke luar Inggris untuk mengurangi kewajiban pajak.
Dengan CC system yang baru, passive income dan mobile active income dari anak perusahaan yang dikontrol
oleh induk perusahaan di Inggris, akan dibagikan kepada induk di Inggris dan merupakan subyek pajak Inggris.
CC Rules diterapkan juga kepada perusahaan di dalam negeri sebagaimana perlakuan terhadap perusahaan luar
negeri yang dimiliki induk perusahaan.
THANK YOU FOR
LISTENING!
Don't hesitate to ask any questions!

Anda mungkin juga menyukai