Anda di halaman 1dari 6

Nama : Pracilla Sagita Murti

NIM : 17190244M

Mata Kuliah : Pajak Internasional

PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH


REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELOLAAN FISKAL
TERHADAP PAJAK ATAS PENGHASILAN
PERJANJIAN VIETNAM INDONESIA

Vietnam juga salah satu negara ASEAN yang berbentuk republik dan menerapkan sistem parlementer.
Vietnammerupakan negara yang berideologi komunis secara politik dan ideologi kapitalisme dari segi
ekonomi yang memiliki kepala Negara Presiden Nguyen Phu Trong dan Kepala Pemerintahan Perdana
Menteri Nguyen Xuan Phuc, serta Duta besar LBBP Republik sosialis Vietnam untuk Republik Indonesia
adalah Tan Van Thong.
Ekonomi Vietnam
Perekonomian Vietnam berada dalam posisi ke-47 terbesar di dunia menurut produk
domestik bruto nominal (PDB) dan ke-35 terbesar di dunia bila diukur berdasarkan
keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP). Negara ini juga merupakan anggota
APEC, ASEAN dan WTO.
PDB per kapita: 2.785,72 USD (2020) Bank Dunia
Produk domestik bruto: 271,2 miliar USD (2020) Bank Dunia
PNB per kapita: 8.200 Keseimbangan Daya Beli dolar (2020) Bank Dunia
Pendapatan nasional bruto: 797,8 miliar Keseimbangan Daya Beli dolar (2020) Bank
Dunia
Rasio pertumbuhan PDB: 2,9% perubahan tahunan

Kerjasama Vietnam dan Indonesia


Indonesia dan Vietnam yang merupakan dua kekuatan ekonomi dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia-
Pasifik (APEC) termasuk aktif melaksanakan program-program kerja sama perdagangan dan investasi,
dan juga liberalisasi perdagangan forum itu. APEC di mana Indonesia dan Vietnam termasuk berperan
aktif telah mencatat prestasi-prestasi penting termasuk pengurangan pajak tiga kali, peningkatan
perdagangan internal 300 persen, dan memfasilitasi perjalanan antarindividu dan bisnis. Tidak hanya itu
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah berkerjasama dengan
kelompok negara Asosiasion of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam upaya persetujuan
penghindaran pajak berganda (P3B) atau tax treaty dimana Vietnam merupakan bagian dari ASEAN.
Pasal 1 Lingkup Pribadi
Persetujuan ini berlaku bagi orang-orang yang merupakan penduduk salah satu atau kedua Negara
pihak pada Persetujuan.
Pasal 3 Definisi Umum
Berlaku untuk orang, perusahaan atau badan sebagai wajib pajak dimana berkedudukan di kedua
belah pihak negara perjanjian atau mempunyai kewarganegaraan di 2 negara tersebut yaitu Indonesia dan
Vietnam
Pasal 4 Residen
Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap
orang yang, menurut perundang-undangan Negara itu, dapat dikenakan pajak di Negara itu berdasarkan
domisilinya, tempat tinggalnya, tempat kedudukan manajemennya, atau setiap kriteria lain dari
kedudukannya. sifat yang serupa. Tetapi istilah ini tidak termasuk setiap orang yang dapat dikenakan
pajak di Negara itu hanya atas penghasilan dari sumber-sumber di Negara itu atau modal yang terletak di
sana. Dimana berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang individu adalah penduduk kedua Negara,
maka statusnya akan ditentukan berdasar negara yang dengannya hubungan pribadi dan ekonominya lebih
dekat (pusat kepentingan-kepentingan vital). Apabila perseorangan adalah penduduk kedua Negara pihak
pada Persetujuan, maka orang itu akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana tempat manajemen
efektifnya berada.
Pasal 5 Bentuk Usaha Tetap
Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "bentuk usaha tetap" berarti suatu tempat usaha tetap dimana
seluruh atau sebagian usaha perusahaan dijalankan. Suatu perusahaan dianggap tidak mempunyai bentuk
usaha tetap di suatu Negara jika melakukan kegiatan usaha melalui agen tetai tidak sepenuhnya atas nama
usaha tersebut.
Fakta bahwa suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan menguasai atau
dikuasai oleh suatu perseroan yang berkedudukan di Negara pihak pada Persetujuan lainnya, atau yang
menjalankan usaha di Negara pihak lainnya itu (baik melalui suatu bentuk usaha tetap atau dengan cara
lain), akan tidak dengan sendirinya merupakan salah satu perusahaan suatu bentuk usaha tetap dari yang
lain.
Pasal 6 Pendapatan dari Barang Tak Bergerak
Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan dari harta tak gerak (termasuk
penghasilan dari pertanian atau kehutanan) yang terletak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat
dikenakan pajak di Negara lainnya itu mencakup harta tambahan untuk harta tak gerak, ternak dan
peralatan yang digunakan dalam pertanian dan kehutanan, hak-hak yang di dalamnya berlaku ketentuan-
ketentuan hukum umum mengenai properti yang ditanahkan, penggunaan hasil dari harta tak gerak dan
hak atas pembayaran-pembayaran tetap atau berubah-ubah sebagai pertimbangan untuk pengerjaan, atau
hak untuk mengerjakan, deposit mineral, sumber dan sumber daya alam lainnya seperti kapal, perahu dan
pesawat udara tidak akan dianggap sebagai harta tak bergerak.
Pasal 7 Keuntungan Usaha
Laba suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negara
itu, kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di Negara pihak pada Persetujuan lainnya melalui
suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana. Jika perusahaan itu menjalankan usaha seperti di atas, maka
laba perusahaan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainnya, tetapi hanya atas laba yang disebabkan oleh:
a. bentuk usaha tetap itu
b. penjualan di Negara lain dengan jenis yang sama;
c. kegiatan usaha lainnya yang serupa

Pasal 8 Pengiriman dan Angkutan Udara


Laba yang diperoleh suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pengoperasian kapal
laut atau pesawat udara dalam jalur lalu lintas internasional hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak
pada Persetujuan itu.Berlaku juga terhadap laba dari penyertaan dalam suatu kumpulan, suatu usaha
bersama atau suatu badan operasi internasional.
Pasal 10 Deviden
Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada
Persetujuan kepada penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak di Negara
lainnya itu. Akan tetapi, dividen tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan
dimana perseroan yang membayarkan dividen berkedudukan dan sesuai dengan perundang-undangan
Negara tersebut, tetapi jika penerima dividen adalah pemilik manfaat dari dividen tersebut, pajak yang
dikenakan tidak akan melebihi 15 per tahun. sen dari jumlah kotor dividen. Ayat ini tidak akan
mempengaruhi pengenaan pajak perseroan atas laba dari mana dividen itu dibayarkan. Apabila suatu
perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan mempunyai bentuk usaha tetap di
Negara pihak pada Persetujuan lainnya, maka laba bentuk usaha tetap tersebut dapat dikenakan pajak
tambahan di Negara lainnya itu sesuai dengan perundang-undangannya. , tetapi pajak tambahan yang
dikenakan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlah laba tersebut setelah dikurangi pajak penghasilan
dan pajak-pajak lainnya atas penghasilan yang dikenakan padanya di Negara lain itu.
Pasal 11 Bunga
Bunga yang timbul di suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara
pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lainnya itu. Namun demikian, bunga
tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana bunga itu berasal, dan
sesuai dengan perundang-undangan Negara tersebut, tetapi jika penerima bunga adalah pemilik manfaat
dari bunga tersebut, pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 15 persen dari jumlah bruto. jumlah
bunga. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akan dengan
persetujuan bersama menyelesaikan cara penerapan pembatasan ini.
Pasal 12 Royalti
Royalti yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara
pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu.
Namun demikian, royalti tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana
royalti itu berasal, dan sesuai dengan perundang-undangan Negara tersebut, tetapi jika penerima royalti
adalah pemilik yang menikmati royalti, pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 15 persen dari jumlah
jumlah kotor royalti tersebut. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan
akan dengan persetujuan bersama menyelesaikan cara penerapan pembatasan ini.
Pasal 13 Keuntungan Modal
Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pemindahtanganan harta
tak gerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan terletak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya
dapat dikenakan pajak di Negara lainnya itu antara lain Keuntungan dari pemindah tanganan harta gerak,
keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dari pemindahtanganan kapal laut atau pesawat udara yang
dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional dan keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan
saham-saham
Pasal 15 Layanan pribadi tergantung
Gaji, upah dan imbalan serupa lainnya yang diperoleh penduduk suatu Negara sehubungan dengan suatu
pekerjaan hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali pekerjaan itu dilakukan di Negara pihak pada
Persetujuan lainnya. Negara. Jika pekerjaan itu dilakukan, balas jasa yang diperoleh darinya dapat
dikenakan pajak di Negara lainnya itu.
Pasal 17 Penghibur Dan Olahraga
penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sebagai penghibur, seperti
artis teater, film, radio atau televisi, atau musisi, atau sebagai olahragawan, dari kegiatan-kegiatan
pribadinya seperti itu. dilakukan di Negara pihak pada Persetujuan lainnya, dapat dikenakan pajak di
Negara lainnya itu. Apabila penghasilan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan pribadi yang dilakukan
oleh seorang penghibur atau seorang olahragawan dalam kapasitasnya tidak dibebankan kepada
penghibur atau olahragawan itu sendiri tetapi kepada orang lain, maka dikenakan pajak di Negara pihak
pada Persetujuan di mana kegiatan-kegiatan penghibur atau olahragawan dilakukan.
Pasal 18 Pensi Dan Anuitas
Setiap pensiun atau imbalan lain yang serupa yang dibayaran kepada penduduk suatu Negara
pihak pada Persetujuan dari suatu sumber di Negara pihak lainnya pada Persetujuan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa-jasa di masa lalu di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu dan setiap anuitas yang
dibayarkan kepada penduduk dari sumber tersebut dapat dikenakan pajak di Negara lainnya itu. Istilah
"anuitas" berarti suatu jumlah tertentu yang dibayarkan secara berkala pada waktu-waktu tertentu selama
hidup atau selama suatu periode waktu tertentu atau dapat dipastikan di bawah suatu kewajiban untuk
melakukan pembayaran sebagai imbalan atas pertimbangan yang memadai dan penuh dalam bentuk uang
atau nilai uang.
Pasal 19 Pelayanan Pemerintah
Imbalan, selain pensiun, yang dibayarkan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan atau bagian
ketatanegaraan atau pemerintah daerahnya kepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan
kepada Negara atau bagian atau pemerintah itu hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.
Pasal 20 Guru dan Peneliti
Seseorang yang sesaat sebelum mengunjungi suatu Negara pihak pada Persetujuan adalah
penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dan yang atas undangan Pemerintah Negara yang
disebut pertama atau universitas, perguruan tinggi, sekolah, museum atau lembaga kebudayaan lainnya di
-Negara pihak pada Persetujuan yang disebutkan atau dalam suatu program resmi pertukaran kebudayaan,
berada di Negara pihak pada Persetujuan itu untuk suatu jangka waktu yang tidak lebih dari dua tahun
berturut-turut semata-mata untuk tujuan mengajar, memberikan kuliah atau melakukan penelitian pada
lembaga tersebut, akan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negara pihak pada Persetujuan atas
imbalannya untuk kegiatan tersebut, dengan ketentuan bahwa pembayaran imbalan tersebut diperolehnya
dari luar Negara pihak pada Persetujuan itu.
Pasal 21 Siswa dan Pelatihan
Pembayaran-pembayaran yang diterima oleh seorang pelajar atau peserta pelatihan bisnis yang
sebelum mengunjungi suatu Negara menjadi penduduk Negara lainnya dan berada di Negara yang
disebutkan pertama semata-mata untuk tujuan pendidikan atau pelatihannya untuk tujuan
pemeliharaannya. , pendidikan atau pelatihan, tidak akan dikenakan pajak di Negara pihak pada
Persetujuan itu, asalkan pembayaran-pembayaran tersebut berasal dari sumber-sumber di luar Negara
pihak pada Persetujuan itu.
Pasal 23 Cara Penghapusan Pajak Berganda
Apabila penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan memperoleh penghasilan dari Negara
pihak pada Persetujuan lainnya, jumlah pajak atas penghasilan yang terutang di Negara pihak pada
Persetujuan lainnya itu, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini, dapat dikreditkan terhadap
pajak yang dikenakan di negara-negara yang disebutkan pertama. Negara pihak pada Persetujuan yang
dikenakan kepada penduduk tersebut. Namun jumlah kredit tidak boleh melebihi jumlah pajak di Negara
pihak pada Persetujuan yang disebut pertama atas penghasilan yang dihitung sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakannya.
Pasal 24 Non Diskriminasi
Warga negara dari suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dikenakan pajak atau
kewajiban apapun sehubungan dengan itu di Negara pihak lainnya pada Persetujuan yang lebih atau lebih
memberatkan daripada pengenaan pajak dan kewajiban-kewajiban terkait yang dikenakan atau dapat
dikenakan terhadap warga negara dari Negara lainnya itu dalam keadaan yang sama. Perusahaan-
perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan, yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki atau
dikuasai, langsung atau tidak langsung, oleh satu atau lebih penduduk Negara pihak pada Persetujuan
lainnya, tidak akan dikenakan pajak atau kewajiban apapun yang berhubungan dengan itu di Negara yang
disebut pertama. dengan itu yang lain atau lebih memberatkan daripada pengenaan pajak dan kewajiban-
kewajiban terkait yang dikenakan atau dapat dikenakan oleh perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dari
Negara yang disebut pertama. Tidak ada sesuatu pun dalam Pasal ini yang dapat ditafsirkan mewajibkan
salah satu Negara pihak pada Persetujuan untuk memberikan kepada orang pribadi yang bukan penduduk
di Negara itu tunjangan pribadi, keringanan dan pengurangan untuk keperluan pajak yang diberikan
kepada orang pribadi yang menjadi penduduk.
Pasal 24 Tata Cara Perjanjian Bersama
Apabila seseorang yang merupakan penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan menganggap bahwa
tindakan pejabat yang berwenang dari salah satu atau kedua Negara pihak pada Persetujuan
mengakibatkan atau akan mengakibatkan baginya pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Persetujuan ini, ia dapat, terlepas dari pemulihan yang diberikan oleh hukum nasional Negara-
negara tersebut, menyerahkan kasusnya kepada pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada
Persetujuan di mana orang itu berkedudukan. Kasus tersebut harus diajukan dalam waktu tiga tahun sejak
pemberitahuan pertama atas tindakan yang mengakibatkan pengenaan pajak tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan.
Pasal 26 Pelrtukaran Informasi
Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akan saling bertukar
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini atau perundang-
undangan domestik Negara-negara pihak pada Persetujuan mengenai pajak-pajak yang tercakup dalam
Persetujuan sepanjang pengenaan pajak berdasarkan Persetujuan ini tidak bertentangan dengan
Persetujuan, dalam khusus untuk pencegahan penipuan atau penghindaran pajak tersebut.
Pasal 28 Bantuan dalam Koleksi
Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan akan berusaha untuk memungut atas nama Negara pihak
pada Persetujuan lainnya pajak-pajak yang dikenakan oleh Negara pihak pada Persetujuan tersebut yang
akan menjamin bahwa setiap pembebasan atau pengurangan tarif pajak yang diberikan berdasarkan
Persetujuan ini oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya tidak akan dinikmati oleh orang-orang yang
tidak berhak atas manfaat tersebut. Pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan dapat
berkonsultasi bersama untuk tujuan memberlakukan Pasal ini.
Pasal 29 Mulai Berlaku
Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan akan memberitahukan kepada yang lain secara tertulis
melalui saluran diplomatik penyelesaian prosedur yang disyaratkan oleh perundang-undangannya untuk
berlakunya Persetujuan ini. Perjanjian ini akan mulai berlaku pada tanggal pemberitahuan ini kemudian.

Pasal 30 Terminasi
Persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan.
Salah satu Negara pihak pada Persetujuan dapat mengakhiri Persetujuan, melalui saluran diplomatik,
dengan memberikan pemberitahuan tertulis tentang pengakhiran pada atau sebelum hari ketiga puluh Juni
setiap tahun takwim setelah jangka waktu lima tahun sejak tahun berlakunya Persetujuan.
Dibuat dalam rangkap dua di Hanoi pada tanggal dua puluh dua Desember tahun seribu sembilan
ratus sembilan puluh tujuh dalam bahasa Indonesia, Vietnam dan Inggris, tiga teks sama-sama otentik.
Dalam hal perbedaan interpretasi, teks bahasa Inggris yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai