Anda di halaman 1dari 13

NAMA : SHEILA NANDA OKTAVIA

NIM : 17190232M

S1 AKUNTANSI

PAJAK INTERNASIONAL

PROFIL SINGAPURA

BENDERA SINGAPURA

Singapura adalah pusat keuangan terdepan ketiga di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan
yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional.

Perekonomian Singapura adalah pengolahan barang impor dan ekspor terutama pada industri
manufakturing seperti elektronik, pengolahan minyak bumi, bahan kimia, perkapalan,
pengolahan karet dan pengolah makanan. Selain industri manufakturing, Industri-industri lain
yang penting bagi perekonomian Singapura adalah perbaikan kapal, jasa keuangan dan
perbankan, pariwisata serta perdagangan entrepot (pelabuhan perlintasan kapal)

Sistem Pemerintahan

Sistem Pemerintahan yang dianut oleh Singapura adalah sistem pemerintahan Republik
Parlementer yang kepala negaranya adalah seorang Presiden. Presiden Singapura dipilih
langsung oleh rakyatnya setiap 6 tahun. Sedangkan kepala pemerintahannya adalah Perdana
Menteri yang dipilih oleh setiap 5 tahun melalui pemilihan umum parlemen.

Ideologi Singapura adalah Demokrasi karena dpt dilihat dri tahap pembangunan ekonomi juga
dikaitkan dengan tahap pendemokrasian.

Singapura memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.866.139 jiwa, mayoritas penduduknya


adalah etnis Tionghoa yaitu sekitar 74,3% kemudian diikuti oleh etnis Melayu dan etnis India
yang masing-masing berjumlah 13,5% dan 9% dari keseluruhan jumlah penduduk Singapura.

Terdapat 4 bahasa yang ditetapkan sebagai bahasa resmi Singapura. Keempat bahasa tersebut
diantaranya adalah bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Melayu dan bahasa Tamil.

Bentuk Pemerintahan : Republik Parlementer

Kepala Negara : Presiden Halimah YACOB (sejak 14 September 2017)

Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri LEE Hsien Loong (sejak 12 Agustus 2004)

Pendapatan Domestik Bruto (PPP) : US$ 531,04 miliar (2020)

Mata Uang : Dolar Singapura (SGD)

Hari Nasional : 9 Agustus 1965 (Hari Kemerdekaan)

Lagu Kebangsaan : “Majulah Singapura” (Onward Singapore

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura ( KBRI Singapura )

adalah misi Republik Indonesia untuk Republik Singapura . Duta besar saat ini adalah
Suryopratomo yang dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 14 september 2020
PERJANJIAN ANTAR NEGARA INDONESIA DENGAN SINGAPURA

PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM
Pasal 3

1. istilah "Singapura" meliputi wilayah Republik Singapura sebagaimana ditentukan dalam


perundang-undangannya dan daerah sekitarnya dimana Republik Singapura memiliki
hak-hak kedaulatan atau yurisdiksi sesuai ketentuan-ketentuan menurut  Konvensi
Hukum Laut PBB, 1982;

2. istilah "Indonesia" meliputi wilayah Republik Indonesia sebagaimana ditentukan dalam


perundang-undangannya dan daerah sekitarnya dimana Republik Indonesia  memiliki
hak-hak kedaulatan atau yurisdiksi sesuai ketentuan-ketentuan menurut  Konvensi
Hukum Laut PBB, 1982.

3. istilah "Negara pihak pada Persetujuan" dan "Negara pihak lainnya pada Persetujuan"
berarti Indonesia atau Singapura, tergantung dari hubungan kalimatnya;

4. istilah "pajak" berarti Pajak Indonesia atau Pajak Singapura tergantung dari hubungan
kalimatnya;

5. istilah "orang/badan" meliputi orang pribadi, perseroan dan setiap kumpulan dari orang-
orang dan/atau badan-badan yang untuk tujuan pemungutan pajak diperlakukan sebagai
suatu  entitas;

6. istilah "perseroan" berarti setiap badan hukum atau setiap entitas yang untuk tujuan
pemungutan pajak diperlakukan sebagai suatu badan hukum;

7. istilah "perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan" dan "perusahaan dari
Negara pihak lainnya pada Persetujuan" masing-masing berarti suatu perusahaan yang
dijalankan oleh penduduk dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan suatu perusahaan
yang di jalankan oleh penduduk dari Negara pihak lainnya pada Persetujuan;

8. istilah "warganegara" berarti :

(i) setiap orang pribadi yang memiliki kebangsaan atau kewarganegaraan dari suatu
Negara pihak pada Persetujuan;

(ii) setiap badan hukum, usaha bersama, persekutuan dan entitas lainnya yang
statusnya mereka peroleh berdasarkan hukum yang berlaku pada salah satu
Negara pihak pada Persetujuan;"

9. istilah "lalu lintas internasional" berarti setiap pengangkutan oleh kapal laut atau pesawat
udara yang dilakukan oleh suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada Persetujuan,
kecuali jika kapal atau pesawat udara itu semata-mata dioperasikan antara tempat-tempat
di Negara pihak lainnya pada Persetujuan;

DOMISILI FISKAL
PASAL 4

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan"
berarti setiap orang dan badan, yang merupakan penduduk dari suatu Negara pihak pada
Persetujuan untuk kepentingan pajak Negara pihak pada Persetujuan tersebut. Istilah ini tidak
mencakup bentuk usaha         tetap dari perusahaan asing yang diperlakukan sebagai
penduduk bagi kepentingan pajak.
2. Jika seseorang menurut ketentuan-ketentuan pada ayat 1 menjadi penduduk di kedua Negara
pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan menurut ketentuan-ketentuan
berikut

a. ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan dimana ia


mempunyai  tempat tinggal tetap yang tersedia baginya. Apabila ia mempunyai tempat
tinggal tetap yang tersedia di kedua Negara, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara
di mana terdapat hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yang lebih erat (pusat
kepentingan-kepentingan pokok);

b. jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat kepentingan-kepentingan pokoknya


tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia
baginya di salah satu Negara, maka ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana
ia biasanya berdiam;

c. jika ia mempunyai tempat kebiasaan  berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan
atau sama sekali tidak mempunyainya di salah satu Negara pihak pada Persetujuan
tersebut maka pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan
menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.

3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1, suatu badan mempunyai tempat kedudukan


di kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara
pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.
BENTUK USAHA TETAP
Pasal 5

Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "bentuk usaha tetap" berarti suatu tempat usaha tetap
di mana seluruh atau sebagian usaha suatu perusahaan dijalankan.

lstilah "bentuk usaha tetap" lstilah "bentuk usaha tetap" dianggap tidak
meliputi: termasuk:

suatu tempat kedudukan penggunaan fasilitas semata-mata untuk tujuan


penyimpanan atau pameran barang atau barang
dagangan milik perusahaan;

manajemen; pengurusan suatu persediaan barang atau barang


dagangan milik perusahaan semata-mata untuk tujuan
penyimpanan atau pameran;

suatu cabang; pengurusan suatu persediaan barang atau barang


dagangan milik perusahaan semata.-mata untuk
tujuan pengolahan oleh perusahaan lain;

suatu kantor; pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata


dengan maksud untuk pembelian barang-barang atau
barang dagangan atau untuk mengumpulkan
informasi bagi keperluan  perusahaan;
suatu pabrik; pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata
dengan maksud untuk tujuan periklanan, atau untuk
memberikan keterangan-keterangan, untuk penelitian
ilmiah atau untuk kegiatan yang sejenis yang bersifat
persiapan atau penunjang bagi perusahaan;
suatu bengkel;

suatu pertanian atau perkebunan;


suatu tambang

suatu ladang minyak atau gas

Orang atau badan yang bertindak di suatu Negara pihak pada Persetujuan untuk atau atas nama
perusahaan yang berkedudukan di suatu Negara pihak lain pada Persetujuan kecuali agen yang
bertindak bebas sebagaimana berlaku ayat 6, dianggap sebagai bentuk usaha tetap di Negara
pihak pada Perjanjian yang disebut pertama, apabila :  
1. mempunyai, dan biasa melakukan dalam Negara pihak yang disebut pertama itu, wewenang
untuk menutup kontrak-kontrak atas nama perusahaan, kecuali kegiatannya dibatasi untuk
pembelian barang atau barang dagangan bagi perusahaan; atau
2. ia biasa mengurus dalam Negara yang disebut pertama suatu persediaan barang atau barang
dagangan milik perusahaan dimana ia secara teratur menyerahkan barang atau barang 
dagangan untuk atau atas nama perusahaan.
Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, suatu perusahaan asuransi dari
suatu Negara pihak pada Persetujuan kecuali yang berhubungan dengan re-asuransi, dianggap
mempunyai bentuk usaha tetap di Negara pihak lain pada Persetujuan jika perusahaan
asuransitersebut memungut premi di wilayah Negara pihak lain tersebut atau menanggung
resiko-resiko yang terjadi di sana melalui seorang pegawai atau perwakilan yang bukan
merupakan agen yang bertindak bebas seperti dimaksud pada ayat 7.
Suatu perusahaan dari suatu Negara tidak akan dianggap mempunyai suatu bentuk usaha tetap di
Negara pihak lain pada Persetujuan hanya karena perusahaan tersebut menjalankan usahanya
melalui seorang makelar, komisioner atau setiap agen lainnya yang bertindak bebas, selama
orang orang itu bertindak dalam rangka usahanya. Namun, bila kegiatan-kegiatan agen tersebut
secara keseluruhan atau hampir secara keseluruhan diperuntukkan bagi kepentingan perusahaan
itu, ia tidak akan merupakan suatu agen yang berdiri sendiri seperti yang diartikan oleh ayat ini.
DIVIDEN
Pasal 10

1. Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak
pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan
pajak di Negara lain tersebut.

2. Namun demikian, dividen itu dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan
di mana perseroan yang membayarkan dividen tersebut  berkedudukan, dan sesuai dengan
perundang- undangan Negara tersebut, akan tetapi apabila penerima dividen adalah pemilik
saham yang menikmati dividen itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi :
a. 10 persen dari jumlah kotor dividen apabila penerima dividen tersebut adalah perseroan
yang memegang secara langsung paling sedikit 25 persen dari modal perseroan yang
membagikan dividen itu;
b. 15 persen dari jumlah bruto dividen dalam hal-hal lainnya.

3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menetapkan cara
penerapan dari pembatasan ini dengan persetujuan bersama.
4. Ketentuan-ketentuan dalam ayat ini tidak akan mempengaruhi pengenaan pajak atas laba
perseroan darimana pembayaran dividen dibayarkan.
METODE PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
Pasal 23

INDONESIA SINGAPURA
Tunduk kepada perundang-undangan Tunduk kepada perundang-undangan
Indonesia mengenai kelonggaran atas kredit Singapura mengenai kelonggaran atas kredit
terhadap pajak Indonesia, yaitu pajak yang terhadap pajak Singapura, yaitu pajak yang
dibayar di Negara lain di luar Indonesia dibayar di Negara lain di luar singapura
(sepanjang tidak mempengaruhi prinsip (sepanjang tidak mempengaruhi prinsip
umum), pajak yang dibayar berdasarkan umum), pajak yang dibayar berdasarkan
perundang-undangan Singapura dan sesuai perundang-undangan Indonesia dan sesuai
dengan Persetujuan ini, baik secara langsung dengan Persetujuan ini, baik secara langsung
atau dengan pengurangan, atas keuntungan atau dengan pengurangan, atas keuntungan
atau penghasilan  yang bersumber dari atau penghasilan yang bersumber dari
Singapura akan diperbolehkan sebagai kredit Indonesia akan diperbolehkan sebagai kredit
pajak yang telah diperhitungkan di Indonesia pajak yang telah diperhitungkan di Singapura
dengan perlakuan yang sama terhadap dengan perlakuan yang sama terhadap
keuntungan atau penghasilan yang telah keuntungan atau penghasilan yang telah
diperhitungkan pajaknya di Singapura. diperhitungkan pajaknya di Indonesia. Namun
Namun demikian kredit yang diberikan itu demikian kredit yang diberikan itu tidak akan
tidak akan melebihi    jumlah pajak yang melebihi jumlah pajak yang dikenakan di
dikenakan di Indonesia sesuai dengan Indonesia sesuai dengan perhitungan sebelum
perhitungan sebelum kredit tersebut kredit tersebut diberikan.
diberikan.

 
TATA CARA PERSETUJUAN BERSAMA
Pasal 25

1. Apabila seseorang atau suatu badan menganggap bahwa tindakan-tindakan salah satu
atau kedua Negara pihak pada Persetujuan mengakibatkan atau akan mengakibatkan
pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan Persetujuan ini, maka terlepas dari cara-cara
penyelesaian yang diatur oleh perundang-undangan nasional dari masing-masing Negara,
maka ia dapat mengajukan masalahnya kepada pejabat yang berwenang di Negara pihak
pada Persetujuan di mana ia berkedudukan. 
2. Masalah tersebut harus diajukan dalam waktu tiga tahun sejak pemberitahuan pertama
dari tindakan yang mengakibatkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Persetujuan ini.

3. Pejabat yang berwenang akan berusaha, apabila keberatan yang diajukan itu beralasan
dan apabila ia tidak dapat menemukan suatu penyelesaian yang tepat, untuk
menyelesaikan masalah itu melalui persetujuan bersama dengan Negara pihak pada
Persetujuan lainnya, dengan maksud untuk menghindarkan pengenaan pajak yang tidak
sesuai dengan Persetujuan ini. 
4. Apabila telah dicapai kesepakatan, kesepakatan tersebut harus diterapkan tanpa
memandang batas waktu yang diatur dalam perundang-undangan pajak Negara pihak
pada Persetujuan.

5. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan melalui suatu
persetujuan bersama harus berusaha untuk menyelesaikan setiap kesulitan atau keragu-
raguan yang timbul dalam penafsiran atau penerapan Persetujuan ini. Mereka dapat juga
berkonsultasi bersama untuk mencegah    pengenaan pajak berganda dalam hal tidak
diatur dalam Persetujuan.
6. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan dapat
berhubungan langsung satu sama lain untuk mencapai persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat-ayat sebelumnya.

PERTUKARAN INFORMASI
Pasal 26

1. Para pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akan melakukan
tukar menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
Persetujuan ini atau untuk mencegah tindak pidana fiskal atau penggelapan pajak. Setiap
informasi yang dipertukarkan akan diperlakukan secara rahasia dan hanya akan
diungkapkan kepada orang atau badan atau yang berwenang (termasuk pengadilan atau
pejabat penilai), dalam penetapan, penagihan pelaksanaan atau penyidikan atau yang
memberi keputusan atas banding dalam kaitannya dengan pajak-pajak yang termasuk dalam
ketentuan Persetujuan ini.

2. Ketentuan-ketentuan ayat 1 sama sekali tidak akan ditafsirkan untuk mewajibkan suatu
Negara pihak  pada Persetujuan :
a. untuk melaksanakan tindakan-tindakan administratif yang bertentangan dengan
perundang-undangan atau praktek administrasi yang berlaku di Negara itu atau di
Negara pihak lainnya pada Persetujuan;
b. untuk memberikan informasi yang tidak dapat diperoleh berdasarkan perundang-
undangan  atau praktek administrasi yang lazim di Negara tersebut atau di Negara
pihak lainnya pada Persetujuan;
c. untuk memberikan informasi yang mengungkapkan rahasia apapun di bidang
perdagangan, usaha, industri, perniagaan atau keahlian, atau tata cara perdagangan atau
informasi lainnya yang pengungkapannya bertentangan dengan kebijaksanaan Negara.
BERLAKUNYA PERSETUJUAN
Pasal 28

1. Persetujuan ini akan diratifikasi oleh Pemerintah-pemerintah dari Negara pihak pada
Persetujuan dan instrumen ratifikasi akan dipertukarkan di Singapura secepat mungkin.

2. Persetujuan ini akan diberlakukan pada saat pertukaran instrumen ratifikasi dan berlaku :

INDONESIA SINGAPURA
mengenai pajak Indonesia untuk tahun pajak mengenai pajak Singapura untuk tahun
yang dimulai pada atau setelah 1 Januari ketetapan pajak yang dimulai pada atau
dalam tahun kalender, tahun berikutnya setelah 1 Januari dalam tahun kalender kedua,
sesudah pertukaran instrumen ratifikasi tahun berikutnya sesudah pertukaran
berlangsung dan tahun-tahun pajak instrumen ratifikasi berlangsung dan tahun-
berikutnya. tahun ketetapan pajak berikutnya;
BERAKHIRNYA PERSETUJUAN
Pasal 29

Persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu Negara pihak pada
Persetujuan. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan dapat mengakhiri berlakunya
Persetujuan ini, melalui saluran-saluran diplomatik, dengan menyampaikan pemberitahuan
tertulis tentang berakhirnya Persetujuan pada atau sebelum tanggal tigapuluh bulan Juni setiap
tahun kalender berikutnya setelah jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya Persetujuan.
Dalam hal demikian, Persetujuan ini akan tidak berlaku lagi :

SINGAPURA INDONESIA
mengenai pajak Singapura untuk tahun mengenai pajak Indonesia untuk tahun pajak
ketetapan pajak yang dimulai pada atau yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
setelah 1 Januari dalam tahun kalender kedua, dalam tahun kalender, tahun berikutnya
tahun berikutnya dimana pemberitahuan dimana pemberitahuan diberikan dan tahun-
diberikan dan tahun ketetapan pajak tahun pajak berikutnya.
berikutnya;

Anda mungkin juga menyukai