Anda di halaman 1dari 2

Bentuk Usaha Tetap (Permanent Establishment)

Ketentuan mengenai bentuk usaha tetap diatur dalam pasal yang mengatur mengenai
bentuk usaha tetap (permanent establishment). Ketentuan mengenai bentuk usaha tetap dalam
suatu perjanjian perpajakan sangat penting artinya karena bertalian erat dengan hak negara
sumber untuk mengenakan pajak atas laba usaha (business profits) yang diterima atau
diperoleh perusahaan yang merupakan penduduk (resident) dari negara mitranya.

a. Pengertian Bentuk Usaha Tetap (BUT)


Pengertian bentuk usaha tetap (permanent establishment) didalam perpajakan
tergantung pada kepada pengertian yang diatur dalam masing-masing perjanjian
perpajakan yang bersangkutan, yang dapat berbeda dari satu perjanjian perpajakan ke
perjanjian perpajakan lainnya. Pada umumnya, bentuk usaha tetap (permanent
establishment) diartikan sebagai suatu tempat tertentu di mana seluruh atau sebagaian
usaha perusahaan (luar negeri) dijalankan.
Dari rumusan tersebut diatas, untuk adanya suatu bentuk usaha tetap
diperlukan adanya dua kondisi, yaitu: pertama, adanya suatu tempat usaha tertentu;
kedua, di tempat usaha tertentu tersebut dijalankan atau dilakukan kegiatan atau
kegiatan usaha (business activities) dari suatu perusahaan (luar negeri), baik sebagian
atau seluruhnya.
Pengertian bentuk usaha, secara khusus biasannya meliputi:
a) Suatu tempat manajemen;
b) Suatu cabang;
c) Suatu kantor;
d) Suatu pabrik;
e) Atau ruang kerja (work shop);
f) Suatu gudang;
g) Suatu pertambangan;
h) Suatu pertanian;
i) Suatu lokasi bangunan;
j) Pemberian jasa (furnishing of services)
Untuk suatu lokasi bangunan, suatu proyek atau konstruksi, instalasi atau
proyek perakitan atau kegiatan pengawasan yang berhubungan dengan proyek
tersebut di atas, serta pemberian jasa, agar dapat dianggap sebagi bentuk usaha tetap
harus berlangsung di negara sumber melebihi jangka waktu (time test) yang
ditentukan dalam perjanjian perpajakan. Dengan kata lain, jika kegiatan tersebut
berlangsung kurang dari jangka waktu (time test) yang ditentukan, maka kegiatan
tersebut tidak dianggap sebagai bentuk usaha tetap.
1) Agen yang tidak berdiri sendiri (Dependent Agent) sebagai bentuk usaha tetap
Termasuk dalam pengertian bentuk usaha tetap adalah agen yang tidak berdiri
sendiri (dependent agent), yaitu orang pribadi atau badanyang bertindak atas nama
perusahaan yang berkedaulatan di negara mitra (sebagai negara domisili) atau
sebaliknya yang berkedudukan di Indonesia (dalam hal Indonesia sebagai negara
domisili)
a) Memiliki wewenang dan lazim menggunakannya di negara sumber ( yaitu di
Indonesia dalam hal negara mitra sebagai negara domisili, atau sebaliknya)
b) Tidak memiliki wewenang tersebut diatas, tetapi lazim mengurus di negara
sumber persediaan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan dan
secara teratur melakukan penyerahan barang atau barang dagangan tersebut
untuk atas nama perusahaan.
2) Bentuk Usaha Tetap dari Perusahaan Asuransi
Suatu perusahaan asuransi yang berkedudukan di negara mitra, kecuali dalam
hal reasuransi, akan dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila
perusahaan asuransi tersebut menarik premi atau menanggung risikodi Indonesia
melalui pegawai atau agen yang tidak berdiri sendiri atau sebaliknya.
3) Status Perusahaan yang Dikuasai Perusahaan Lain atau Menguasai Perusahaan
Lain dalam Kaitannya dengan Pengertian Bentuk Usaha Tetap
Apabila dalam kenyataan, suatu perusahaan yang berkedudukan di negara
mitra menguasai atau dikuasai oleh perusahaan yang berkdudukan di
Indonesia melakukan kegiatan di Indonesia (baik melalui bentuk usaha tetap
atau tidak) dan sebaliknya.
4) Tipe Bentuk Usaha Tetap
Dari hal-hal yang termasuk dalam pengertian bentuk usaha tetap, bentuk usaha tetap
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipe berikut ini.
a) Tipe Aset (Asset Type)
b) Tipe Agen (Agent Type)
c) Tipe Aktivitas
d) Tipe Asuransi

Anda mungkin juga menyukai