Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK UU HPP

Atas PPh Profesi Content Creator

Surabaya, 17 Februari 2022


DEFINISI PENGHASILAN

Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apa pun.

Objek Pajak yang Bersifat Final


(Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
Objek Pajak
Objek Pajak Dengan Ketentuan (Tarif) Umum
KLASIFIKASI (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
PENGHASILAN

Yang Dikecualikan dari


Objek Pajak
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
Pasal 1 Ayat 4 UU PPh
www.pajak.go.id
PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK
Pemerintah dapat menetapkan pihak lain
(misalnya: penyedia sarana transaksi elektronik)
sebagai Pemotong/Pemungut Pajak atas
transaksi yang melibatkan pihak lain tersebut.
Hal ini sebagai sebagai solusi bagi
perkembangan transaksi ekonomi yang semakin
dinamis, termasuk yang melibatkan penyedia
sarana transaksi elektronik, sehingga
pemungutan pajak dapat dilakukan secara
efisien, sederhana, dan efektif

Penambahan Pasal 32 A UU KUP


www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK
PASAL 32A
(1) Menteri Keuangan menunjuk pihak lain untuk melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pihak yang terlibat langsung atau memfasilitasi transaksi
antarpihak yang bertransaksi.
(3) Penetapan, penagihan, upaya hukum, dan pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan berlaku secara mutatis mutandis terhadap pihak lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penyelenggara sistem elektronik, selain dikenai
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terhadap penyelenggara sistem elektronik dimaksud dapat dikenai
sanksi berupa pemutusan akses setelah diberikan teguran.
(5) Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran,
dan/atau pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah diberikan teguran, terhadap
pihak lain tidak dikenai sanksi pemutusan akses.
(6) Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran,
dan/atau pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah dilakukan pemutusan akses,
terhadap pihak lain dilakukan normalisasi akses kembali.
(7) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika berwenang melakukan
pemutusan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan melakukan normalisasi akses sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) berdasarkan permintaan Menteri Keuangan.
www.pajak.go.id
SUBJEK YANG DITUNJUK SEBAGAI
PEMUNGUT PPN PMSE

 Pelaku usaha PMSE, yang terdiri dari Pedagang Luar


Negeri, Penyedia Jasa Luar Negeri, Penyelenggara
PMSE (PPMSE) Luar Negeri, dan/atau PPMSE Dalam
Negeri, yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
 Pelaku usaha PMSE yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN
PMSE adalah yang telah memenuhi kriteria tertentu
 Wewenang penunjukan sebagai Pemungut PPN PMSE
dilimpahkan dari Menteri Keuangan kepada Dirjen Pajak
 Penunjukan sebagai Pemungut PPN PMSE mulai berlaku
awal bulan berikutnya setelah tanggal ditetapkan
keputusan penunjukannya
 Pemungut PPN PMSE diberikan nomor identitas
sebagai sarana administrasi perpajakan
www.pajak.go.id
PENERIMAAN PPN PMSE
PMK- 48 /PMK.03/2020 tentang
Tata Cara Penunjukan Pemungut,
Pemungutan, dan Penyetoran, Serta
Pelaporan PPN Atas Pemanfaatan
Rp 4.634,7M
Sd 31 Des 2021 BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP
Dari Luar Daerah Pabean Di Dalam
Daerah Pabean Melalui
Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik ,
Rp 3.903,3M Rp 731,4 M mulai berlaku tanggal
Tahun 2021 Tahun 2020
1 Juli 2020

www.pajak.go.id
PAJAK INTERNASIONAL
Pemberian Bantuan
Pemberian Bantuan
Penagihan Pajak kepada
Penagihan
Negara / Yurisdiksi Mitra
Asistensi
Penagihan Pajak
Permintaan Bantuan
Global Permintaan
Bantuan Penagihan
Penagihan Pajak kepada
Negara / Yurisdiksi Mitra

Jika pelaksanaan prosedur persetujuan bersama belum


menghasilkan persetujuan bersama sampai dengan Putusan
Mutual Banding atau Putusan Peninjauan Kembali diucapkan,
Direktur Jenderal Pajak tetap melanjutkan perundingan,
Agreement dalam hal materi sengketa yang diputus dalam Putusan
Procedure (MAP) Banding atau Putusan Peninjauan Kembali bukan
merupakan materi yang diajukan prosedur persetujuan
bersama.
Pemerintah berwenang untuk membentuk dan/atau melaksanakan
Konsensus perjanjian dan/atau kesepakatan di bidang perpajakan dengan
pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra secara bilateral
Pemajakan maupun multilateral dalam rangka:
A. penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
Global pajak;
B. pencegahan penggerusan basis pemajakan dan pergeseran
laba;
C. pertukaran informasi perpajakan;
D. bantuan penagihan pajak; dan
E. kerjasama perpajakan lainnya www.pajak.go.id
PEKERJAAN BEBAS
Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh
suatu hubungan kerja.

Pasal 1 angka 24 UU KUP

www.pajak.go.id
PPH FINAL BRUTO TERTENTU
Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final 0,5%
adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas;
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, PPAT, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/ peragawati, pemain drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengeloia proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi;
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau
l. penjualan langsung dan kegiatan sejenis lainnya. Pasal 2 ayat 3 dan 4 PP 23/2018
www.pajak.go.id
Tarif PPh Orang Pribadi

PTKP TIDAK BERUBAH

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi batas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam RUU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi
lajang sebesar Rp4,5 juta per bulan atau Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk
Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.

www.pajak.go.id
ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh
Penghasilan/
5 Juta 9 Juta 10 Juta 15 Juta
Bulan
Penghasilan/
60 Juta 108 Juta 120 Juta 180 Juta
tahun
PTKP (TK/0) 54 Juta 54 Juta 54 Juta 54 Juta
Ph. Kena
6 Juta 54 Juta 66 Juta 126 Juta
Pajak (PKP)
UU PPh RUU HPP UU PPh RUU HPP UU PPh RUU HPP UU PPh RUU HPP
5% x 60 Juta 5% x 60 Juta
Perhitungan 5% x 6 Juta = 5% x 6 Juta = 5% x 50 Juta 5% x 54 Juta 5% x 50 Juta =
5% x 50 Juta
=
PPh 300 ribu 300 ribu = 2,5 Juta = 2,7 Juta = 2,5 Juta = 2,5 Juta
3 Juta 3 Juta
Terutang
15% x 4 Juta 15% x 16 Juta 15% x 6 Juta 15% x 76 Juta 15% x 66 Juta
-- -- --
= 600 ribu = 2,4 Juta = 900 ribu = 11,4 Juta = 9,9 Juta

Total PPh
300 ribu 300 ribu 3,1 Juta 2,7 Juta 4,9 Juta 3,9 Juta 13,9 Juta 12,9 Juta
Terutang

Ilustrasi Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi


Asumsi penghitungan PPh untuk status WP OP lajang (TK/0)

www.pajak.go.id
ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh
UU PPh

Mas Deddy mendapat fee sebesar RP450.000.000

Penghitungan Pemotongan PPh 21 :


50% x Rp 450.000.000 Rp225.000.000

Besarnya PPh 21
5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15%x Rp175.000.000 Rp26.250.000
Rp28.750.000

UU HPP

Besarnya PPh 21
5% x Rp 60.000.000 Rp 3.000.000
15%x Rp165.000.000 Rp24.750.000
Rp27.750.000
www.pajak.go.id
BATAS PEREDARAN BRUTO
Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final 0,5% (PP 23/2018) dan memiliki peredaran
bruto sampai Rp 500 juta setahun tidak dikenai PPh.
Peredaran Usaha Peredaran Bruto Peredaran PPh final PPh final terutang
Peredaran Usaha
No Bulan Kumulatif Tidak Kena Pajak Usaha Kena terutang Setelah Sebelum RUU
(juta Rp)
(juta Rp) (juta Rp) Pajak (juta Rp) RUU HPP (Rp) HPP (Rp)
1 Januari 100 100 0 0 500,000
2 Februari 100 200 0 0 500,000
3 Maret 100 300 0 0 500,000
4 April 100 400 0 0 500,000
5 Mei 100 500 0 0 500,000
6 Juni 100 600 500 100 500,000 500,000
7 Juli 100 700 100 500,000 500,000
8 Agustus 100 800 100 500,000 500,000
9 September 100 900 100 500,000 500,000
10 Oktober 100 1,000 100 500,000 500,000
11 November 100 1,100 100 500,000 500,000
12 Desember 100 1,200 100 500,000 500,000
Jumlah 1,200 700 3,500,000 6,000,000

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai