Perencanaan keuangan adalah proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan
yang sesuai dan yang dapat memberikan solusi masalah keuangan, pengelolaan kekayaan atau
investasi. Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai
gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.
Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan perusahaan
karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan
perusahaan untuk mencapai tujuan. Dua aspek penting dalam proses perencanaan keuangan :
(1) Perencanaan uang tunai, meliputi persiapan dari penyusunan budget kas perusahaan.
(2) Perencanaan laba, perencanaan laba perusahaan yang dibuat dalam bentuk laporan
keuangan proforma. Kedua hal tersebut tidak hanya berguna bagi perencanaan keuangan intern
tetapi juga dibutuhkan bagi pemberi pinjaman baik sekarang maupun yang akan datang.(Sundjaja
dan Barlian, 2003:162) Perencanaan laba berpusat pada pembuatan laporan proforma. Laporan
proforma, merupakan proyeksi laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba
suatu perusahaan. Dua input yang diperlukan untuk menyusun laporan proforma dengan
menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu :
a) laporan keuangan untuk tahun sebelumnya dan
b) ramalan penjualan tahun yang akan datang.
Perencanaan keuangan berhubungan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
Kepala bagian finansial harus selalu mengadakan forecasting (peramalan dan pengiraan) terhadap
masa yang akan datang tersebut dengan tepat, yang meliputi perencanaan finansial jangka panjang
(long range financial planning) dan perencanaan-perencanaan jangka pendek (short range financial
planning).
Salah satu alat yang digunakan dalam membuat perencanaan keuangan adalah Pendekatan
Persentase Penjualan (Percentage of Sales Approach) yang dapat dihitung dengan menggunakan
2 cara yakni : metode neraca proyeksi dan metode rumus.
Yang perlu diperhatikan dalam neraca (laporan posisi keuangan) dan rugi laba :
- Beberapa perkiraan berubah secara langsung dengan berubahnya penjualan (perkiraan spontan)
- Beberapa perkiraan berubah secara tidak langsung dengan berubahnya penjualan (perkiraan
non spontan)
- Beberapa perkiraan tidak berubah sama sekali (non spontan)
CV Tetap Mencoba
Laporan Laba Rugi
Tahun 2012
(dalam miliaran rupiah)
Penjualan
1.000
Beban Pokok Penjualan (80% dari penjualan) 800
---------
Laba Sebelum Pajak 200
Pajak (34% dari penjualan) 68
---------
-
Laba Bersih (13.2% dari penjualan) 132
=====
Tambahan atas laba ditahan 88
Dividen 44
CV Tetap Mencoba
Laporan Posisi Keuangan
Per : 31 Desember 2012
(dalam miliaran rupiah)
Jika penjualan naik Rp 1 maka (lihat perkiraan yang dalam persentase) kas naik Rp 0,16; piutang
usaha naik Rp 0,44, persediaan naik Rp 0,60, aset tetap naik Rp 1,8, jumlah aset naik Rp 3 dan
utang usaha naik Rp 0,30.
CV Tetap Mencoba
Laporan Laba Rugi Proyeksi
Tahun 2013
(dalam miliaran rupiah)
Penjualan
(proyeksi) 1.250
Beban Pokok Penjualan (80% dari penjualan) 1.000
---------
Laba Sebelum Pajak 250
Pajak (34% dari penjualan) 85
---------
-
Laba Bersih (13.2% dari
penjualan) 165
=====
=
Tambahan atas laba ditahan = 66,67% x 165 = 110 (tercermin di laporan posisi
keuangan)
Dividen = 33,33% x 165 = 55
CV Tetap Mencoba
Laporan Posisi Keuangan Proyeksi
Per : 31 Desember 2013
(dalam miliaran rupiah)
Dengan demikian jumlah dana eksternal (EFN) yang dibutuhkan adalah selisih antara proyeksi
jumlah aset (Rp 3.750 miliar) dengan proyeksi jumlah liabilitas & ekuitas (Rp 3.185 miliar) yakni
sebesar Rp 565.
Dengan demikian, dengan memproyeksikan kenaikan penjualan sebesar 25% (Rp 250 miliar),
perusahaan harus mencari dana ekternal (EFN / plug variable) sebesar Rp 565 miliar untuk
membiayai kenaikan asetnya.
Untuk itu perusahaan dapat menggunakan kombinasi dari variabel-variabel penyeimbang (plug
variables) sbb :
- meminjam utang wesel tambahan
- meminjam utang jangka panjang
- menerbitkan saham biasa
- mengurangi pembayaran dividen
Misalkan : CV Tetap Mencoba tidak bermaksud menerbitkan saham lagi sehingga semua
kebutuhan dana eksternal akan dicari dari pinjaman. CV Tetap Mencoba akan mengeluarkan utang
wesel sebesar Rp 225 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp 340 miliar. Dengan demikian
proyeksi laporan posisi keuangannya menjadi sbb :
CV Tetap Mencoba
Laporan Posisi Keuangan Proyeksi
Per : 31 Desember 2013
(dalam miliaran rupiah)
Metode Rumus
EFN = kenaikan aset – kenaikan liabilitas spontan – kenaikan laba ditahan = kekurangan yang
harus dicari dari dana eksternal
= (A* / S) dS - (L* / S) dS - M S1 b
Dimana :
A*/S = aset yang berubah secara spontan terhadap penjualan awal
L*/S = liabilitas yang berubah secara spontan terhadap penjualan awal
S = penjualan awal
S1 = nilai proyeksi penjualan untuk tahun depan
dS = kenaikan penjualan
M = rasio margin laba
b = rasio retensi
Catatan : rumus ini harus digunakan secara hati-hati. Periksalah apakah rasio margin laba nya
berubah atau tidak. Jika berubah, maka gunakanlah rasio margin laba yang baru.
Bila perusahaan beroperasi kurang dari kapasitas penuh (misal pada contoh di atas beroperasi pada
kapasitas 70%) maka perusahaan harus mencari nilai penjualan dengan kapasitas penuhnya yakni
:
Penjualan kapasitas penuh = penjualan actual / persentase kapasitas = Rp 1.000 miliar / 70% = Rp
1.429 miliar.
Dengan jumlah aset yang ada sekarang, penjualan dapat meningkat sampai RP 1.429 miliar
sebelum tambahan aset tetap dibutuhkan. Karena penjualan diproyeksikan hanya sebesar Rp 1.250
miliar, maka tambahan aset tetap baru tidak diperlukan.
Dengan demikian jumlah dana eksternal yang dibutuhkan menjadi berubah. Persahaan tidak perlu
menambah aset tetapnya sebesar Rp 450 miliar. Dengan demikian jumlah kebutuhan dana
eksternal yang perlu dicari tinggal sebesar Rp 565 miliar – Rp 450 miliar = Rp 115 miliar.
Bagaimana bila penjualan meningkat dari Rp 1.000 miliar menjadi Rp 1.500 miliar? Berapa jumlah
tambahan aset tetap yang diperlukan?
Target ratio = Aset Tetap / Penjualan Kapasitas Penuh
= 1.800 / 1.429 = 1,26
Dengan target ratio tersebut , maka jumlah aset tetap yang diperlukan sebesar 1,26 x Rp 1.500
miliar = Rp 1.890 miliar. Dengan demikian tambahan aset tetap yang dibutuhkan sebesar Rp 1.890
miliar – Rp 1.800 miliar = Rp 90 miliar.
http://manajemenkeuanganakuntansi.blogspot.com/2013/04/perencanaan-keuangan-jangka-
panjang.html
https://studylibid.com/doc/46304/1--perencanaan-keuangan-jangka-pendek