KELOMPOK VII :
NUR AQLIA
NURFAIIZAH AQIILAH F.
FITRIA ANNURANI
NURSANTI
YENNI OCTAVIANA
H311 12 287
H311 12 289
H311 12 901
H311 12 902
H311 12 293
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila ada beberapa gugus fungsi maka hanya posisi spesifik tertentu yang
dipengaruhi. Reaksi biotransformasi dapat digunakan untuk menyerang gugus
fungsi yang tidak dapat diaktifkan secara efisien atau memerlukan beberapa tahap
antara sebelum dapat bereaksi secara kimia.
Inokulasi
Media agar
- Digores dengan oase
- Dicelupkan kedalam 10 mL medium
cair
- Diinkubasi pada suhu kamar selama
24 jam sambil diaduk
Hasil
Isolasi
Minyak Terpentin 10 %
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
48 jam
- Dishaker beberapa kali
Hasil
- Diekstraksi dengan dietil eter 2x (10
mL)
Lapisan Air
- Ditambah Na2SO4
- Disentrifugasi
- Disaring dengan membran nilon 0,45 m
- Diuapkan dengan N2
- Dianalisis FTIR dan GC
Hasil
- Disisihkan
Bilangan Gelombang
C-H alkana
-CH2
1442 cm-1
-CH3
1373 cm-1
-C=C-
1951 cm-1
-OH
3402 cm-1
-C-O
1049 cm-1
padat atau cair dapat diproses untuk menjadi energi yang lebih nyaman. Ini
termasuk biofuel yang solid (misalnya kayu bakar, serpihan kayu, pellet,
arang, dan briket), biofuel gas (biogas, gas sintesis, hidrogen), dan biofuel
cair (misalnya bioetanol, biodiesel).
Bagan A
Pati merupakan salah satu polisakarida yang terdapat dalam semua
tanaman, terutama dalam jagung, kentang, biji-bijian, ubi akar, padi, dan gandum
(Sastrohamidjojo, 200). Pati terdapat sebagai butiran kecil dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang khas untuk spesies tumbuhan. Butir pati dapat
ditunjukkan dengan mikroskop cahaya biasa dan cahaya terpolarisasi, serta
dengan difraksi sinar-X terlihat struktur kristal yang sangat beraturan (De Man,
1997).
Pati terdiri atas dua macam polisakarida yang keduanya merupakan polimer
dari glukosa. Polimer glukosa tersebut tersusun dari unit satuan -D-glukosa yang
dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik dan ikatan -1,6 glikosidik pada
percabangan rantainya. Kedua polimer glukosa tersebut adalah amilosa dan
amilopektin. Amilosa mempunyai molekul yang berbentuk lurus dari satuansatuan glukosa dan terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan
-(1,4) glikosidik. Amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan yang
bercabang-cabang, karena adanya ikatan -(1,6) glikosidik pada titik tertentu
dalam molekulnya, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Rantai cabang yang demikian itu dapat mengandung 200-3000 satuan
glukosa hingga mempunyai berat molekul relatif 500.000 (Girindra, 1990).
Proses fermentasi untuk menghasilkan alkohol ini untuk pertama kali
dipelajari tahun 1789 oleh ahli kimia berkebangsaan Perancis bernama Lavosier.
Pada waktu itu proses fermentasi terjadi secara alami. Di dalam studi
kuantitatifnya, selama proses fermentasi selain dihasilkan alkohol dan
karbondioksida, juga terdapat produk lain yang disebut asam asetat. Sebanyak
95,5% gula bila difermentasi akan menghasilkan 57,7% etanol, 33,3%
karbondioksida, dan 2,5% asam asetat. Pada tahun 1810 lebih lanjut Gay Lussac
memperkenalkan persamaan reaksi yang dikenal sebagai persamaan Gay Lussac
yang ditunjukkan reaksi berikut (Persamaan reaksi konversi glukosa menjadi
etanol):
sp. atau bakteri Zymomonas mobilis. Pada proses ini gula akan dikonversi menjadi
etanol dan gas karbon dioksida.
2.
memerlukan
sinergi
dari
beberapa
mikroorganisme
yaitu
Bagan C
a. Minyak yang dimanfaatkan untuk bahan bakar dapat berasal dari tanaman
bunga matahari dan kelapa sawit.
Komponen utama minyak dan lemak adalah trigliserida sedangkan komponen
non-trigliserida adalah berupa asam lemak bebas, air, kotoran dan komponen lain
yang tidak diharapkan. Adapun komposisi dari asam lemak dalam minyak sawit
dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 1.Komposisi asam lemak minyak yang berasal dari tanaman
Proses Transesterifikasi
Proses transesterifikasi yaitu mengeluarkan gliserin dari minyak dan
mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alkohol (misalnya metanol) menjadi
ester. Transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak dengan metanol
dengan KOH. Proses transesterifikasi berlangsung selama 0,5-1 jam pada suhu
400 oC. Campuran yang terjadi kemudian didiamkn hingga terbentuk dua lapisan,
yaitu lapisan bawah gliserin dan dan lapisan atas metil ester. Agar reaksi
berlangsung sempurna, maka tahap pertama kemudian direksikan lagi dengan
metanol (tahap 2). Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan gliserin
dalam biodiesel (Desmafianti, 2013).
4.
Bagan D
Biogas merupakan merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam
kondisi anaerob, karena diproses secara alami, gas ini merupakan campuran
beberapa gas yang tergolong sebagai bahan bakar di mana gas yang dominan
adalah CH4 dan yang lain yang jauh lebih kecil adalah CO2, NO2, SO2, dan lainlain. Biogas ini memiliki nilai kalor yang cukup tinggi yaitu pada kisaran
4800~6700 kkal/m3, sedang gas
methana
murni
nilai
kalornya 8900
kkal/m3(Simanjuntak, 2005).
Bahan-bahan yang dapat menghasilkan biogas diantaranya adalah: kotoran
hewan, kotoran manusia, dan limbah pertanian. Untuk kotoran sapi misalnya
memiliki kandungan seperti tabel di bawah (Simanjuntak, 2005):
Jenis Gas
Methana (CH4)
Karbondioksida (CO2)
Karbon monoksida
Nitrogen (N2)
Oksigen (O2)
Hidrogen sulfida (H2S)
Kandungan (%)
54-70
27-45
0,1
0,5-3,0
0,1
Sangat sedikit
Secara umum, proses produksi biogas mempunyai empat tahapan yaitu : (1)
Hidrolysis, (2) Pengasaman, (3) Pembentukan asam asetat, dan (4) Pembentukan
metana. Penjelasan singkat dari proses-proses tersebut adalah sebagai berikut
(ESDM, 2011):
1. Hidrolysis : Pada tahapan ini, substrat organik yang mengandung lemak,
protein, dan karbohidrat dengan proporsi yang berbeda-beda dihidrolisasi
menjadi dimer dan polimer rantai pendek (asam lemak, asam amino dan gula)
2. Pengasaman : Pada tahap pengasaman, dimer dan polimer rantai pendek diubah
oleh bakteri menjadi asam organik rantai-pendek atau asam lemak yang mudah
menguap.
3. Pembentukan asam asetat : alkohol dan asam lemak yang mudah menguap
diubah menjadi asam asetik, asam asetat, CO2 dan H2.
4. Pembentukan metana : Pada tahap inilah bakteri dari jenis archae methanogens
akan memproduksi metana.
2.2.2 Contoh Bioenergi (Produksi Biodiesel dari Lipid Fitoplankton
Nannochloropsis sp. Melalui Metode Ultrasonik)
2.2.2.1 Prosedur Kerja
a. Pengkulturan Fitoplankton Laut
Air laut ditampung dalam wadah kemudian disterilkan selanjutnya diukur
salinitasnya dengan menggunakan alat salinometer dan disaring dengan
menggunakan kertas saring. Air laut yangtelah steril ditambahkan medium
Conway dan dikondisikan gas CO2 dengan proses aerasi lalu ditambahkan
fitoplankton.
Perhitungan kepadatan sel fitoplankton memakai Haemocytometer dengan
pengamatan mikroskop. Setelah beberapa hari, kultur dipindahkan ke dalam
toples yang terbuat dari kaca. Selama pelaksanaan kultur, parameter fisika-kimia
dipertahankan.
b. Penentuan Waktu Pertumbuhan Fitoplankton Laut
Penentuan pola pertumbuhan fitoplankton, dilakukan penghitungan jumlah
sel per milliliter medium setiap 24 jam.
c.
Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa pada hari ke-1 sampai hari ke-2
merupakan fase adaptasi bagi fitoplankton Nannochloropsis sp. terhadap medium
pertumbuhannya. Selanjutnya pada hari ke-3 sampai ke-10Nannochloropsis sp.
mengalami peningkatan populasi yang sangat pesat atau yang dikenal dengan fase
eksponensial. Selanjutnya pada fase stasioner dimana kecepatan pertumbuhan
mulai melambat atau tidak semaksimal hari-hari sebelumnya yang terjadi pada
hari ke-10 sampai hari ke-13. Selanjutnya pada hari ke-13 sampai hari ke-17
mulai terjadi penurunan populasi fitoplankton Nannochloropsis sp. Fase ini
yang murni.
Berat
lipid
Setelah diperoleh dua lapisan tersebut, maka lapisan atas dan bawah
dipisahkan. Lapisan atas kemudian disentrifuge untuk menghilangkan pengotor
dan gliserol yang mungkinterikut pada saat pemisahan. Selanjutnya sisa metanol
dalam biodiesel yang tidak bereaksi dihilangkan dengan cara dipanaskan dalam
oven pada suhu 70 oC. Selanjutnya diperoleh biodiesel murni yang dapat dilihat
pada Gambar 3.
Berat biodiesel yang dihasilkan sebesar 8,5291 gram dengan berat rendamen
48,33 %. Hal ini dikarenakan adanya komponen asam lemak dalam lipid
fitoplankton yang belum bereaksi secara sempurna dengan ion metoksi dalam
reaksi transesterifikasi. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan hal tersebut adalah
suhu dan waktu reaksi yang belum optimal.
Biodiesel yang dihasilkan dari fitoplankton ini pun memiliki karakteristik
warna hijau jingga. Hal ini disebabkan ikutnya pigmen warna dari fitoplankton
tersebut.
d. Analisa Sifat Fisika Biodiesel
Tahap selanjutnya dari hasil sintesis biodiesel dari lipid fitoplankton
Nannochloropsis sp. melalui reaksi transesterifikasi ini adalah dilakukan
karakterisasi sifat fisika berdasarkan standar ASTM D6751. Uji sifat fisika dari
biodiesel meliputi analisa densitas dan viskositas. Hasil analisa densitas dan
viskositas dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisa Densitas
Biodiesel yang dihasilkan dari lipid fitoplankton Nannochloropsis sp.
mempunyai nilai densitas sebesar 0,8151 g.cm-3 pada suhu 40 oC. Adapun standar
nilai densitas 40 oC yang ditetapkan dalam ASTM D6751 adalah 0,82-0,90 g.cm-3.
Viskositas kinematik yang diperoleh pada hasil penelitian ini sebesar 1,15
cSt dimana nilainya lebih kecil dibandingkan dengan standar rentang nilai
viskositas kinematik yang dianjurkan dalam ASTM D6751 adalah sebesar 1,60
5,80 cSt. Hal ini disebabkan masih adanya sisa metanol yang terkandung di dalam
biodiesel sehingga nilai viskositas yang diperoleh agak kecil.
e. Analisa Sifat Kimia Biodiesel
Uji karakterisasi sifat kimia biodiesel berdasarkan standar ASTM D6751
dilakukan setelah selesai dilaksanakan uji sifat fisika. Uji sifat kimia biodiesel
meliputi analisa kadar asam lemak bebas (% FFA), bilangan penyabunan, dan
bilangan iodium. Hasil analisa kadar asam lemak bebas (% FFA), bilangan
penyabunan, dan bilangan iodium dapat dilihat pada Tabel 2.
didefinisikan sebagai
milligram
KOH
yang
tidak jenuh akan bereaksi dengan oksigen dari atmosfer dan terkonversi menjadi
peroksida dan mengakibatkan terjadinya ikatan silang pada sisi tidak jenuh dan
menyebabkan biodiesel terpolimerisasi membentuk material serupa plastik,
terutama jika suhu meningkat. Sebagai akibatnya mesin diesel akan rusak (Azam
et al., 2005).
Biodiesel yang dihasilkan dari lipid fitoplankton Nannochloropsis sp.
memenuhi standar mutu bilangan iodium ASTM D6751 sebesar 16,6437g I2/100
g yang tidak lebih dari 115g I2/100 g.
2.2.2.3 Kesimpulan
(Produksi
Biodiesel
dari
Lipid
Fitoplankton
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Biotransformasi adalah proses pengubahan suatu senyawa menjadi senyawa
turunannya yang strukturnya berbeda dari senyawa asalnya akibat aktivitas
metabolisme suatu mikroba. Bioenergi adalah energi yang diperoleh/
dibangkitkan yang berasal dari biomassa.
2. Tahap biotransformasi yaitu pembuatan (sintesis) suatu senyawa maupun
menghilangkan senyawa tersebut berdasarkan sel biologis (bakteri). Tahap
bioenergi tergantung pada sumber yang dimanfaatkan, yaitu pati/ gula
mengalami hidrolisis akan menghasilkan glukosa/ fruktosa/ sukrosa,
kemudian di fermentasi menghasilkan bioetanol. Tanaman berligniselulosa
mengalami hidrolisis akan menghasilkan glukosa/ xylosa dll, kemudian di
fermentasi menghasilkan bioetanol. Minyak pada tanaman mengalami
transesterifikasi menghasilkan biodiesel. Biomassa atau limbah organik
mengalami proses hidrolisis, pengasaman, perubahan menjadi asam asetat
dan pengubahan menjadi gas metana dengan bantuan bakteri dari jenis
archae methanogens
3. Contoh biotransformasi yaitu transformasi -pinena dengan bakteri
Pseudomonas aeruginosa atcc 25923. contoh bioenergi yaitu produksi
biodiesel dari lipid fitoplankton Nannochloropsis sp. melalui metode
ultrasonik.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan Bioteknologi
Riska Wulandari (Kelompok )
1. Tabel yang ditampillan pada tabel biotransformasi diperlihatkan kadarkadar yang berbeda, apa yang mempengaruhi perbedaan kadar tersebut?
Jawaban:
Perbedaan kadar-kadar yang muncul dipengaruhi oleh aktivitas bakteri
yang berperan dalam biotransformasi -Pinosa. Makin tinggi perbedaan
konsentrasi maka makin sedikit aktifitas bakteri pada senyawa tersebut.
2. Mengapa hanya pada konsentrasi 2% yang memiliki senyawa baru?
Jawaban:
Senyawa baru tidak hanya muncul pada 2 %, tetapi juga muncul oada
konsentrasi 0,5 %; 1 %, dan 2%, namun hanya pada konsentrasi 2 %
senyawa baru paling banyak terbentuk atau terlihat.
Rifka Saputri (Kelompok V1)
1. Mengapa bukan 1 % konsentrasi yang digunakan? padahal kadar terbesar
-Pinosa berada pada konsentrasi 1 %
Jawaban:
Pada konsentrasi 1 % tidak digunakan sebagai acuan, tetapi yang
digunakan adalah konsentrasi 2% karena pada konsentrasi ini, senyawa
baru yang muncul lebih banyak meskipun kadar -Pinosa lebih sedikit dari
-Pinosa pada kadar 1%.
2. Mengapa 6 senyawa yang muncul pada data terakhir sendangkan,
sepenjang penjelasan yang diperlihatkan hanya 4 senyawa baru?
Jawaban:
Hasil jurnal yang diperlihatkan terdapat 4 senyawa baru, adapun 6
senyawa yang diperlihatkan seperti dibawah ini, merupakan senyawa
perbandingan dari penelitian sebelumnya Lindmark pada tahun 2003.
Harfianti
1. Apa fungsi penggunaan metode ultrasonik pada pembuatan biodiesel?
Jawab :
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penggunaan gelombang
ultrasonik terbukti dapat mempercepat reaksi, mengurangi jumlah katalis
yang dipakai dan mengurangi rasio minyak terhadap alkohol yang dipakai
dibandingkan reaksi tanpa menggunakan bantuan gelombang ultrasonik.
Hal ini disebabkan energi gelombang ultrasonik muncul dari proses
kavitasi akustik (acoustic cavitation) yang terdiri dari pembentukan,
pertumbuhan, dan keruntuhan (implosive collapse) dari gelembung yang
terbentuk. Gelombang ultrasonik menyebabkan efek mekanik pada reaksi
yakni memperbesar luas permukaan melalui pembentukan celah mikro
pada permukaan, mempercepat pelarutan, atau meningkatkan laju transfer
massa.
2. Pada sintesis biodiesel melalui metode ultrasonik yang mana proses
transesterifikasinya?
Jawab :
Ketika lipid murni dicampurkan dengan larutan yang terbuat dari metanol
(perbandingan mol lipid : metanol = 1 : 12) dan katalis KOH (9 % berat
minyak). Dibiarkan selama 3-4 hari hingga terbentuk dua fasa
(transesterifikasi ). Waktu reaksi transesterifikasi yakni sekitar 180 menit
dengan suhu pemanasan 50-60 oC menggunakan alat ultrasonik cleaner
yang dioperasikan pada frekuensi 40 kHz. Kemudian hasil reaksi dibiarkan
selama 3-4 hari hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan
lapisan biodiesel yang berwarna hijau jingga keruh, sedangkan lapisan
bawah merupakan lapisan gliserol berwarna coklat kekuningan.
3. Apa aplikasinya produk biotransformasi alpa pinena dan bagaimana bisa
meningkatkan nilai jual dari minyak terpentin
Jawab:
Ada pada produk yang dihasilkan ada beberapa senyawa yang diduga
merupakan biotransformasi dari alpa pinena, salah satunya terpeniol. pada
jurnal sebelumnya dilakukan transformasi alfa pinena menggunakan
katalis asam menghasilkan terpeniol.. terpeniol merupakan salah satu
terpen yang merupakan bahan dasar dari pembuatan parfum dan bahan
kosmetik lainnya.
Sitti Masita
1. Bagaimana komposisi dari media padat dan media cair (broth)!
Jawab:
untuk media cair:
akaudes, daging dan pepton
untuk media padat:
akuades, daging, pepton dan tepung agar