Anda di halaman 1dari 4

Plastik dari Ubi Kayu

31 Maret 2013 - 01.12 WIB



Bentuknya panjang, warna dagingnya putih, bila sudah dikupas kulitnya. Pada kondisi
tanah apapun, tanaman ini bisa tumbuh dengan baik. Itulah ubi kayu. Tidak hanya
rasanya yang enak bila di goreng, sekarang ini ubi kayu bisa juga digunakan sebagai
bahan baku pembuatan plastik biodegradable. Hal inilah yang sudah dilakukan siswa
SMAN 1 Pekanbaru, Dela Oktadiani, Elsa Lestari, dan Bayu Fernando.

Inovasi kreatif ini diperkenalkan pertama kali dalam kegiatan Olimpiade Kimia X, di
Universitas Riau beberapa waktu lalu. SMAN 1 Pekanbaru berhasil memukau juri. Pada
akhirnya menyabet juara II diantara puluhan sekolah di Provinsi Riau dan Kepulauan
Riau. Tim juri menilai inovasi tersebut dapat menjadi solusi untuk mengurangi limbah
plastik yang sudah menjadi permasalahan lingkungan di dunia, khususnya Indonesia.

Dikarenakan, plastik itu berbahan dasar tepung aman bagi lingkungan. Plastik
biodegradable tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Sebaliknya kualitas tanah
akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable, sebab hasil penguraian
mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah. Sebagai perbandingan, plastik
tradisional membutuhkan waktu sekira 50 tahun agar dapat terdekomposisi alam,
sementara plastik biodegradable dapat ter-dekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat.

Keuntungan lain dari penggunaan plastik ini juga membantu mengurangi penggunaan
minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain yang keberadaannya semakin menipis
dan tidak dapat diperbaharui. Selain itu, hasil dari sisa zat pati dari ubi kayu tersebut
dapat digunakan sebagai pupuk alami atau pakan makanan hewan ternak.

Plastik biodegradable terbuat dari polimer alami. Jenisnya antara lain
polyhidroksialkanoat acid (PHA) dan poli asam amino berasal dari sel bakteri, polylactic
acid (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat, hasil perubahan zat tepung/pati oleh
mikroorganisme; dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi.

Salah satu tim pembuat pastik biodegradable, . Elsa Lestari menyebutkan, bersama
dengan kedua temannya dia memanfaatkan ubi singkong sebagai bahan utama.
Sebelumnya sudah banyak inovasi plastik biodegradable, namun cenderung
menggunakan bahan alami dari sari pati kentang, jelas Esa kepada Riau Pos, Kamis
(28/3) lalu.

Di Indonesia, plastik biodegradabel yang mudah dikembangkan adalah polylactic acid
atau PLA. Karena plastik ini berbahan dasar zat tepung/pati. Pati di dapatkan dari
sumber karbohidrat, di Indonesia banyak diperoleh sumber karbohidrat seperti singkong,
kentang, beras, dan tanaman lainnya penghasil karbohidrat sehingga pengembangan
plastik PLA berpotensi besar di Indonesia, sambunngya.

Elsa memaparkan, Polylactic acid berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang
diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan menggunakan substrat pati atau
gula sederhana. PLA memiliki sifat tahan panas, kuat, dan merupakan polimer yang
elastis.

Lagi pula, kata Elsa, plastik biodegradable berbahan dasar tepung (PLA) dapat
didegradasi dari bakteri pseudomonas dan bacillus yang memutus rantai polimer
menjadi monomer-monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer, selain
menghasilkan karbondioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu
asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

Hasil dari sisa zat pati tadi dapat kita gunakan dengan sebagai pupuk alami, atau
pakan makanan hewan ternak. Karena . plastik biodegradable yang terbakar tidak
menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah akan meningkat dengan
adanya plastik biodegradable, karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan
unsur hara dalam tanah, terang Elsa menambahkan.

Dari penuturan Elsa, beberapa negara maju, bahan plastik biodegradable sudah
diproduksi secara komersial, seperti poli hidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton
(PCL), poli butilen suksinat (PBS), dan poli asam laktat (PLA).

Sebab dari beberapa buku yang dibuat oleh pakar lingkungan yang dibaca Elsa
menyebutkan, sampah plastik yang besar dapat menimbulkan pencemaran dan
mengancam kehidupan umat manusia. Sampah plastik dapat kita temukan dimana
saja, salah satu contohnya sewaktu kita membeli gorengan di pinggir jalan. Walau
sudah dimasukkan ke dalam bungkus kertas, pembeli akan diberi kantong plastik hitam.
Maka itu timbul pemikiran kami membuat plastik ramah lingkungan, ceritanya.

Sementara itu Dela Oktadiani menjelaskan proses pembuatan Polylactic acid. Sebelum
dijadikan plastik, terlebih dahulu ubi tersebut dikupas, kemudian bersihkan dan jemur.
Sedangkan rangkaian proses utama pembuatannya yakni Ekstraksi pati, Hidrolisis pati
menjadi glukosa. Hidrolisis adalah pemecahan kimiawi suatu molekul karena pengikatan
air sehingga menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrolisis ini dapat
dilakukan dengan enzim maupun asam.
Selanjutnya, proses Fermentasi asam laktat. Yang mana, glukosa yang dihasilkan pada
tahap hidrolisis digunakan sebagai bahan fermentasi asam laktat yang dilakukan oleh
bakteri (bakteri yang dapat menghasilkan asam laktat melalui fermentasi terdiri atas
empat genus, yaitu Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Sterptococcus).

Kemudian, proses esterifikasi dan pembentukan polimer, asam laktat yang terbentuk
melalui fermentasi kemudian di esterifikasi. Kinetika reaksi dari pembuatan PLA dapat
ditingkatkan dengan penggunaan zink oksida. Prosesnya dilakukan dengan suhu tinggi
135 derajat celsius, selama 6 jam. Dilanjutkan dengan pembukaan cincin lactide dan
polymerisasi, jelasnya.

Terakhir, proses pencetakan dan pembentukan. Pembentukan dilakukan sebagaimana
halnya proses pencetakan plastik sintetik. Pasalnya, bio-plastik PLA yang juga sama
dengan sifat-sifat mekanis , dibandingkan plastik sintetik, terutama dengan polystyren.

Menurut Dela, untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik memang sudah
seharusnya mempergunakan plastik yang bisa diuraikan kembali oleh mikroorganisme
secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya plastik konvensional
berbahan dasar petroleum, gas alam, atau batu bara. Sementara plastik biodegradable
terbuat dari material yang dapat diperbaharui yaitu dari senyawa- dalam tanaman
misalnya selulosa, kolagen, kasein, dan protein atau lipid pada hewan.

Jenis plastik biodegradable yang ada sekarang ini antara lain polyhidroksialkanoat
atau PHA. Kemudian, poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida yang
merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh
mikroorganisme, maupun poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi, papar Dela.

Siapa yang tidak membutuhkan pastik?, tanya Dela kepada Riau Pos saat
diwawancarai. Hampir setiap hari manusia membutuhkan plastik untuk berbagai hal.
Baik itu, sebagai pembungkus makanan, minuman, peralatan rumah tangga, peralatan
sekolah, peralatan kantor, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki
sifat unggul, yakni kuat, transparan, fleksibel, tidak mudah pecah, ringan, sebagian ada
yang tahan terhadap panas dan stabil, serta harganya ekonomis terjangkau oleh semua
kalangan masyarakat.

Plastik tergolong senyawa polimer, strukturnya terdiri atas rantai atom karbon (C) yang
panjang, masing-masing atom C mengikat atom hidrogen (H). Selain itu, rantai atom C
mengandung atom Oksigen (O). Ketika sebuah kantong plastik kita isi dengan air, air tak
dapat menerobos pori-pori plastik yang sangat kecil, jauh lebih kecil dibanding selaput
semipermeabel. Bahkan udarapun tidak dapat menembus plastik. Polimer plastik ini
ikatan kimianya sangat kuat, serat polimer ini menempel ketat satu dengan lainnya.

Hanya saja, kata Dela, plastik yang digunakan saat ini adalah plastik yang tidak dapat
terurai secara biologis. Bahannya kebanyakan terbuat dari minyak bumi yang
keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Pada akhirnya, semakin
banyak penggunaan plastik semakin meningkat pula pencemaran lingkungan seperti
penurunan kualitas air dan tanah menjadi tidak subur karena plastik tidak dapat
dihancurkan dengan cepat dan alami oleh mikroba di dalam tanah.(melati-gsj)

Anda mungkin juga menyukai