2.1. Pendahuluan
Disamping untuk mengelas logam, mesin las dapat juga untuk memotong
logam. Dengan perkembangan teknologi las sampai saat ini hampir tidak ada
logam yang tidak dapat dilas maupun dipotong dengan mesin las, meskipun
untuk logam - logam tertentu harus menggunakan peralatan atau alat bantu
khusus.
Adalah bahwa bahan fluks terdiri dari beberapa unsur. Sebagian unsur
bila terbakar menjadi terak yang melindungi lasan dan sebagian bila
terbakar menjadi gas yang melindungi lasan dari proses oksidasi.
3. Pengaturan Suhu
Adalah bahwa terak cair yang dihasilkan akan menutupi hasil lasan dan
hal ini akan menghambat pengaruh suhu sekitar, hingga pendinginannya
tidak terlalu cepat. Begitu juga gas panas yang dihasilkan dapat juga
melindungi hasil lasan serta sebagai pengatur suhu juga.
Adalah bahwa bahan fluks terdiri dari beberapa unsur, dan sebagian
adalah unsur logam paduan. Unsur logam paduan ini akan ikut mencair
pada saat pengelasan dan bersatu dengan cairan logam lasan.
B. Bahan Fluks
Fluks terdiri dari beberapa unsur antara lain :
Oksida logam
Karbonat
Silikat
Fluorida
Zat organic
Logam paduan dan serbuk besi.
Beberapa fluks yang sering dugunakan serta sifat-sifat umumnya dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
C. Jenis Fluks
Terdapat beberapa jenis fluks yang telah diproduksi dengan kegunaan
yang berbeda-beda, antara lain :
1. Jenis Oksida Titan :
Banyak mengandung TiO2 (oksida Titan).
Busur listrik yang dihasilkan tidak terlalu kuat dan penetrasi
cairan logamnya dangkal
Manik las halus
Baik untuk pengelasan plat tipis.
3. Jenis Ilmenit :
Mengandung ilmenit atau FeTiO3.
Busur listriknya kuat penetrasi cukup dalam
Sifat meakanik cukup tinggi.
Dapat digunakan untuk pengelasan plat tipis maupun tebal.
5. Jenis Selulosa :
Mengandung zat organic kurang lebih 30%.
Menghasilkan gas sebagai pelindung logam cair.
Busur listriknya kuat dengan daya tembus dalam.
Baik untuk las tegak.
Tabel 2.4. Spesifikasi elektroda terbungkus dari baja lunak (JIS Z 3211-1978).
Pengelasan las busur ini menggunakan gas sebagai pelindung busur listrik
dan pelindung logam cair. Pada saat pengelasan gas dihembuskan kedaerah
logam las yang sedang mencair, maksudnya untuk melindungi busur listrik dan
logam las cair dari pengaruh udara luar antara lain agar tidak terjadi oksidasi dan
tidak terjadi pendinginan yang terlalu cepat.
Jenis gas pelindung yang digunakan antara lain :
Helium (He)
Argon (Ar)
Karbon dioksida (CO2)
A. Klasifikasi
Las busur gas dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Elektroda Tak
Terumpan dan Elektroda Terumpan.
1. Elektoda Terumpan :
Adalah pengelasan yang menggunakan kawat las yang ikut mencair
sebagai pengisi lasan, yang berarti bahwa pada saat pengelasan
kawat elektroda akan terumpan (termakan) ikut mencair dan
akhirnya akan habis. Kelompok pengelasan elektroda terumpan
dengan pelindung gas mulia dikenal dengan istilah las busur logam
gas mulia atau METAL INERT GAS arc Welding dan disingkat MIG-
WELDING.
Gambar 2.4. Diagram rangkaian listrik dari mesin Las Listrik DC.
Las MIG banyak digunakan untuk pengelasan baja kualitas tinggi, baja
tahan karat dan logam bukan baja.
Ujung elektroda las-MIG selalu runcing, hingga titik-titik logam cair
berbentuk halus dan pemindahannya berlangsung dengan cepat
seakan akan seperti disembur.
Bila menggunakan arus listrik searah (DC), rangkaiannya
menggunakan polaritas balik.
D. Las Busur Pelindung Gas CO2
F. Las Busur Pelindung Gas CO2 Dengan Kawat Las Berisi Fluks
Berat fluks kurang lebih 10% sampai dengan 30% dari berat kawat las.
Pengelasan ini berdasarkan diameter kawat las yang terbagi menjadi
dua kelompok :
1. Diameter besar (2,4 mm sampai dengan 3,2 mm)
2. Diameter kecil (1,2 mm sampai dengan 2,4 mm)
Kawat las dengan diameter besar berisi zat pemantap busur listrik,
sehingga dapat menggunakan arus AC.
Kawat las dengan diameter kecil hanya dapat menggunakan arus DC
dengan tegangan tetap.
Las ini cara penggunaanya sama seperti las busur gas tetapi tanpa
menggunakan pelindung gas. Las ini dapat dioperasikan secara
otomatis atau semi otomatis.
Las ini menggunakan elektroda yang berisi fluks. Gbr.2.8.
Adalah fluks yang tidak mengandung unsur paduan logam yang dapat
masuk bersatu dengan logam lasan cair.
Fluks Jenis Ikatan
Adalah fluks yang mengandung unsur paduan logam yang dapat masuk
bersatu dengan logam lasan cair.
Prinsip kerja sistem pengelasan ini adalah, logam benda kerja maupun
logam pengisi dicairkan dengan nyala api yang berasal dari gas yang dibakar. Gas
yang biasa digunakan adalah, asetilan, propan atau hydrogen. Bengkel-bengkel
kecil biasanya menggunakan gas asetilen dan biasa dikenal dengan pengelasan
oksi asetilen atau las karbit.
Sistem pengelasan ini tidak memerlukan tenaga listrik, dan biasanya
digunakan dilapangan yang tidak tersedia sumber tenaga listrik.
2.4.1. Nyala Api Oksi-asetilaen
Bila dalam pembakaran ini jumlah asetilen yang dikeluarkan lebih banyak.
b. Nyala Netral :
c. Nyala Oksidasi :
Kondisi nyala (a) dan (c) dapat mempengaruhi dan mengubah komposisi
logam cair benda kerja maupun logam pengisi. Dianjurkan pada
pengelasan menggunakan kondisi (b). Lihat Gambar 2.11. dan Gambar
2.12 di bawah.
Gambar 2.12. Nyala netral dan suhu yang dapat dicapai pada ujung pembakar.
Tegangan listrik untuk pengelasan ini rendah yaitu antara 4 s/d 12 volt,
sedang daya yang diperlukan antara 50 sampai dengan 60 MVA/m 2. Waktu yang
diperlukan untuk penekanan kurang lebih 10 detik dan gaya yang diperlukan
untuk penekanan antara 30 sampai dengan 55 Mpa. Hampir semua jenis logam
dapat dilas dengan cara ini, kecuali :
Timah putih
Seng dan
Timah hitam
1. Waktu Tekan
Adalah tenggang waktu sejak benda kerja ditekan oleh elektroda
sampai arus listrik dialirkan.
2. Waktu Pengelasan
Adalah waktu sejak dialirkan arus listrik sampai dengan dihentikan
arus listrik. Pada saat ini suhu naik dan melumerkan benda kerja dan
selanjutnya akan terjadi pengelasan.
3. Waktu Tenggang
Adalah waktu sejak penghentian arus listrik hingga tekanan
ditiadakan, dimaksudkan agar mutu sambungannya menjadi lebih
baik.
Diantara elektroda dan benda kerja harus tidak terjadi pengelasan, oleh
karena itu elektroda harus didinginkan dengan air.
Bila tebal plat benda kerja berbeda maka untuk memperoleh manik las
yang baik maka diameter elektroda yang menempel pada plat yang tipis
harus lebih kecil dibandingkan dengan diameter elektroda yang
menempel pada plat yang tebal.
Daya untuk penekanan yang diperlukan dapat diperoleh dengan tangan,
secara pneumatic maupun hidrolik. Skema mesin las titik dapat dilihat
pada Gambar 2.19 dan Gambar 2.20 di bawah ini.
Dalam sistem pengelasan ini benda kerja yang akan dilas dipons lebih
dahulu hingga timbul sembulan-sembulan atau tonjolan-tonjolan yang
juga disebut proyeksi.
Diameter tonjolan dimaksud mempunyai ukuran sama dengan tebal plat
benda kerja.
Tinggi tonjolan kurang lebih sebesar 60% dari tebal plat.
Pelaksanaan pengelasan mirip dengan pelaksanaan las titik.
Pengelasan dengan sistem ini hasilnya akan lebih baik. Lihat Gambar 2.21.
Sistem las kampuh ini prinsipnya seperti las titik, hanya perbedaannya
pada elektroda yang berbentuk roda.
Hasil lasannya, antara manik las yang satu dengan manik las yang lain
mempunyai jarak. Tetapi dapat juga anatara manik las yang satu dengan
manik las yang lain saling bertindihan (over laping).
Dalam pelaksanaan pengelasan, arus listriknya secara berselang, tidak
secara terus-menerus. Lihat Gamabr 2.22 di bawah.
Sistem pengelasan dengan las tumpul ini pada prinsipnya adalah untuk
menyambung dua batang logam benda kerja atau pipa yang mempunyai
penampang sama. Arus listrik dialirkan dari kedua batang logam
dimaksud dengan tegangan rendah dan arus tinggi.
Pada permukaan dua batang logam benda kerja yang bertemu tadi terjadi
panas karena tahanan listrik. Panas yang timbul tersebut tidak sampai
mencairkan logam tetapi hanya melumerkan saja.
Agar sambungan dua bagian yang dipatri tersebut kuat maka celah antara
dua benda kerja diusahakan sekecil/sesempit mungkin 0,06 sampai dengan 0,6
mm. Suhu logam pengisi dibuat setinggi mungkin agar mencair dengan
sempurna dan dapat mengisi celah antara secara sempurna pula.
Las gesek ini digunakan untuk penyambungan antara dua batang logam
dengan bentuk penampang yang sama. Baik berbentuk segi empat, lingkaran
atau pipa. Panas yang timbul dihasilkan oleh gesekan karena perputaran logam
benda kerja yang satu terhadap lainnya dengan pengaruh tekanan axial. Kedua
permukaan yang bergesek menjadi panas dengan suhu mendekati titik cair
hingga ujung batang logam yang bergesek menjadi lumer atau plastis. Pada saat
ini gesekan dihentikan, segera setelah gesekan dihentikan logam benda kerja
ditekan kearah axial, dan terjadilah sambungan lantak.
Sebagai contoh dalam praktek batang baja karbon dengan diameter 25
mm, perlu putaran 1500 rpm dengan tekanan axial 10 Mpa. Batang baja tahan
katrat diameter 25 mm, perlu putaran 3000 rpm dan tekanan axial 85 Mpa.
Gambar 2.25. Skema Las Sinar Elektron
Hasil reaksi adalah besi murni dan oksida aluminium yang mengambang.
Reaksi ini terjadi didalam tempat yang namanya krusibel (crucible). Disekitar
logam benda kerja yang akan disambung terdapat cetakan dari lilin dan saluran
masuk dan diluar cetakan ini ada cetakan dari pasir silica dan lempung (seperti
cetakan pengecoran).
Hasil reaksi kimia yang menghasilkan suhu sampai 2500 C berfungsi
untuk mencairkan lilin, mengeringkan cetakan dan memijarkan dan mencairkan
ujung sambungan. Karena suhu besi cair hasil reaksi kimia dua kali suhu cair baja
benda kerja, maka begitu besi cair ini dialirkan ke ujung sambungan segera
mencair dan membentuk sambungan.
Lihat Gbr.2.30.
Gbr.2.33. Bagian alat-alat berat tahan terhadap kejutan dan abrasi (kikisan).