Disusun Oleh:
DAUD FIRDAUS
NPM. 1610631150029
Tugas Elemen Mesin I dengan judul “Perancangan ulang Poros Input gearbox
pada mobil Suzuki Ertiga” ini disusun oleh:
Nama : Daud Firdaus
NPM : 1610631150029
dan telah diperiksa dan disetujui pada:
Hari : …………………………
Tanggal : …………………………
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Tugas Elemen Mesin I yang berjudul “Perancangan ulang
Poros Input gearbox pada mobil Suzuki Ertiga”. Tugas ini disusun untuk
melengkapi Tugas Elemen Mesin I di program studi Teknik Mesin S1 Fakultas
Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang.
Atas bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan kepada penulis, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. H. Jojo Sumarjo, MT. Selaku dosen pembimbing, atas masukan dan
koreksinya terhadap tema yang saya analisis pada laporan ini.
2. Ibunda tercinta serta keluarga dan sahabat, atas dukungan moril dan
doanya.
3. Teman-teman mahasiswa Teknik Mesin, atas masukannya sehingga
laporan ini terselesaikan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.1 Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 15
3.2 Spesifikasi kendaraan .......................................................................... 16
3.3 Spesifikasi Bahan Material ................................................................. 17
3.3.1 Spesifikasi Material S35C ............................................................ 17
3.3.2 Spesifikasi Material S45C ............................................................ 18
3.3.3 Spesifikasi Material S50C ............................................................ 18
3.3.4 Spesifikasi Material SCM 420 ..................................................... 19
3.3.5 Spesifikasi Material SCM 430 ..................................................... 20
3.3.6 Spesifikasi Material SCM 440 ..................................................... 21
BAB 4 ................................................................................................................... 22
ANALISA PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 22
4.1 Analisa Perhitungan ............................................................................ 22
4.1.1 Data spesifikasi kendaraan Suzki Ertiga ................................... 22
4.1.2 Puntiran Yang Terjadi Pada Poros ............................................ 22
4.1.3 Menghitung Diameter Poros ....................................................... 22
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 26
BAB 5 ................................................................................................................... 29
KESIMPULAN .................................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
5.2 Saran ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
v
DAFTRA GAMBAR
vi
DAFTRA TABEL
Tabel 2.1. Jenis Pembebanan pada Poros Tetap dan Poros yang Berputar 12
Tabel 2.3. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja yang difinis dingin
untuk poros 13
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tugas elemen mesin I ini akan dirancang suatu komponen yang
berfungsi untuk meneruskan daya mesin untuk mentransmisikan daya ke
transmisi sebuah kendaraan. Oleh karena itu, penyusun mengangkat judul
“Perancangan ulang Perhitungan Poros Input gearbox Pada Mobil Suzuji
Ertiga)”
1
2
LANDASAN TEORI
4
5
B. Poros Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur.
C. Poros Spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek,
misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga
menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat digunakan secara
efektif apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil (Mahdiy,
2013).
6
akan semakin kecil. Maka rumus untuk merencanakan diameter poros (d)
diperoleh:
32.𝑇
d4 = 𝜋𝜏
𝑚𝑎𝑥
4 32.𝑇
d = √ 𝜋𝜏
𝑚𝑎𝑥
dimana :
d = diameter poros yang direncanakan (mm)
T = momen puntir/ torsi (Nm)
τmax= faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan
2.4.1 Pembebanan Tetap (constant loads)
A. Poros yang hanya terdapat momen puntir saja.
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen
puntir saja (twisting moment only) dapat diperoleh dari
persamaan berikut :
Dimana :
T = Momen puntir pada poros
r = Jari-jari poros
J = Momen Inersia Polar
Selain dengan persamaan diatas, besarnya momen puntir pada
poros (Twisting Moment) juga dapat diperoleh dari hubungan
persamaan dengan variable-variable lainnya, misalnya :
Daya yang ditransmisikan
𝑃 𝑥 60
T=
2𝑥𝜋𝑥𝑛
Buk penggerak (belt drive) : T = (T1 – T2) x R
Dimana :
T1 = tarikan yang terjadi pada sisi kencang
T2 = tarikan yang terjadi pada sisi kendor
R = jari-jari pulley
10
dimana :
M = Momen lentur pada poros
I = Momen Inersia
y = jari-jari poros
𝜎 = Bending stress
Untuk poros yang berbentuk bulat padat besarnya momen
Inersia dirumuskan :
𝑇𝑐
τmax = 𝐼𝑝
dimana :
τmax = Tegangan geser maximal
Tc = Torsi (momen puntir)
Ip = Inersia polar dari penampang luas
Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian
umum pada poros dapat diperoleh dari berbagai cara, salah
satu cara diantaranya dengan menggunakan perhitungan
berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari
batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari
kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari
kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga
18% ini faktor keamanan diambil sebesar. Harga 5,6 ini
diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan
6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan.
Faktor ini dinyatakan dengan. Selanjutnya perlu ditinjau
apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat
bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar.
Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan.
Untuk memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan perlu
diambil faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya 1,3
sampai 3,0
2.4.2 Pembebanan Berubah-ubah (fluctuating loads)
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai
pembebanan tetap (constant loads) yang terjadi pada poros. Dan
pada kenyataannya bahwa poros justru akan mengalami
pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang dapat berubah-
ubah. Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat beban, dll.
yang terjadi pada poros maka ASME (American Society of
Mechanical Engineers) menganjurkan dalam perhitungan untuk
menentukan diameter poros yang dapat diterima (aman) perlu
memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban berulang.
12
Tabel 2.1. Jenis Pembebanan pada Poros Tetap dan Poros yang
Berputar
Dimana :
Pd = daya rencana (kW)
fc = faktor koreksi
N = daya normal keluaran motor penggerak (kW)
Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis
baja karbon tinggi dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon
konstruksi mesin (disebut bahan SC) dihasilkan dari ingot yang
dikil (baja yang dioksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor),
kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta dengan
kekuatan tariknya dapat dilihat dari tabel 3.
Kekuata
Standar
D dan Perlakuan n Tarik Keteran
Lambang
Macam Panas (kg/mm gan
2
)
S30C Penormalan 48 -
Baja
S35C Penormalan 52 -
Karbon
S40C Penormalan 55 -
Konstruksi
S45C Penormalan 58 -
Mesin (JIS
S50C Penormalan 62 -
G 4501)
S55C Penormalan 66 -
Tabel 2.3. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja yang
difinis dingin untuk poros
METODOLOGI
MULAI
τ𝛼 . S𝑓2
𝑑4 = ∶𝑐 𝑘 τ
Data yang di trnsmisikan : p (kW) 𝛼𝛼 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛽 𝑏 𝑡
¥€
Putaran poros
IIV
Daya rencana Pd (kW)
A
Factor koreksi untuk ya
momen puntior K1
berhenti
Factor lentur Cb
SELESAI
Diameter poros ds(mm)
15
16
5.2 Bearing
MULAI
Bahan dinamis
𝐿 1/𝑘
𝐶 = 𝐹𝑒 ( 6 )
10
ya
Life time
SELESAI
(umur)
17
Standard Grade C Mn P S Si
0.15-
JIS G4051 S35C 0.32-0.38 0.60-0.90 0.030 0.030
0.35
Properties Metric
Tensile strength 510-568 MPa
Yield strength 304-392 MPa
Shear Stress 290-340 Mpa
Bulk modulus (typical for steel) 140 Gpa
18
Standard Grade C Mn P S Si
0.15-
JIS G4051 S45C 0.42-0.48 0.60-0.90 0.035 0.035
0.35
Tabel 3.5. Chemical Composition Material S45C
Properties Metric
Tensile strength ≥630 MPa
Yield strength ≥375 MPa
Shear Stress 350-390 Mpa
Bulk modulus (typical for steel) 140 GPa
Shear modulus (typical for steel) 80.0GPa
Tabel 3.6. Steel Mechanical Properties Material S45C
Standard Grade C Mn P S Si
0.15-
JIS G4051 S50C 0.47-0.53 0.60-0.90 0.030 0.035
0.35
Tabel 3.7. Chemical Composition Material S50C
Properties Metric
Tensile strength 517 MPa
Yield strength 365 MPa
Shear Stress 420-460 Mpa
Bulk modulus (typical for steel) 140 GPa
Shear modulus (typical for steel) 80.0 GPa
Elastic modulus 190-210 GPa
Poisson’s ratio 0.27-0.30
Elongation at break (in 50 mm) 33.00%
Reduction of area 63.70%
Hardness, Brinell 137
Hardness, Knoop (converted from
156
Brinell hardness)
Hardness, Rockwell B (converted
75
from Brinell hardness)
19
Standard Grade C Mn P S Si Cr Mo
ASTM 0.18- 0.70- 0.15- 0.4- 0.08-
4118 0.35 0.35
A29 0.23 0.90 0.35 0.6 0.15
EN 0.15- 0.60- 0.9- 0.15-
18CrMo4/1.7243 0.025 0.035 0.4
10084 0.21 0.90 1.2 0.25
JIS 0.18- 0.60- 0.15- 0.9- 0.15-
SCM420 0.03 0.03
G4105 0.23 0.85 0.35 1.2 0.30
Tabel 3.9. Chemical Composition Material SCM 420
Properties Metric
Tensile strength 517 MPa
Yield strength 365 MPa
Shear Stress 560-600 Mpa
Bulk modulus (typical for steel) 140 GPa
Shear modulus (typical for steel) 80.0 GPa
Elastic modulus 190-210 GPa
Poisson’s ratio 0.27-0.30
Elongation at break (in 50 mm) 33.00%
Reduction of area 63.70%
Hardness, Brinell 137
Hardness, Knoop (converted from
156
Brinell hardness)
Hardness, Rockwell B (converted
75
from Brinell hardness)
Hardness, Vickers (converted from
143
Brinell hardness)
Machinability (hot rolled and cold
drawn, based on 100 machinability 60
for AISI 1212 steel)
Tabel 3.10. Steel Mechanical Properties Material SCM 420
20
Standa
Grade C Mn P S Si Cr Mo
rd
ASTM 0.28- 0.40- 0.15- 0.80-
4130 0.035 0.040 0.15-0.25
A29 0.33 0.60 0.35 1.10
EN102
50 25CrMo4/ 0.22- 0.60-
0.025 0.035 ≦0.40 0.90-1.2 0.15-0.30
/EN100 1.7218 0.29 0.90
83
JIS SCM430/ 0.28- 0.60- 0.15-
0.030 0.030 0.90-1.2 0.15-0.30
G4105 SCM2 0.33 0.85 0.35
Tabel 3.11. Chemical Composition SCM 430
Properties Metric
Tensile strength, ultimate 560 MPa
Tensile strength, yield 460 MPa
Shear Stress 580-640 Mpa
Modulus of elasticity 190-210 GPa
Bulk modulus (Typical for steel) 140 GPa
Shear modulus (Typical for steel) 80 GPa
Poissons ratio 0.27-0.30
Elongation at break (in 50 mm) 21.50%
Reduction of area 59.6
Hardness, Brinell 217
Hardness, Knoop (Converted from
240
Brinell hardness)
Hardness, Rockwell B (Converted
95
from Brinell hardness)
Hardness, Rockwell C (Converted
from Brinell hardness, value below
17
normal HRC range, for comparison
purposes only.)
Hardness, Vickers (Converted from
228
Brinell hardness)
Machinability (Annealed and cold
drawn. Based on 100% 70
machinability for AISI 1212 steel.)
Stand
Grade C Mn P S Si Ni Cr Mo
ard
AST
0.38- 0.75- 0.15- 0.8- 0.15-
M 4140 0.035 0.040 –
0.43 1.00 0.35 1.10 0.25
A29
EN 42CrMo4/ 0.38- 0.6- 0.9- 0.15-
0.035 0.035 0.4 –
10250 1.7224 0.45 0.9 1.2 0.30
JIS 0.38- 0.60- 0.15- 0.9- 0.15-
SCM440 0.03 0.03 –
G4105 0.43 0.85 0.35 1.2 0.30
Tabel 3.13. Chemical Composition SCM 440
T = 122 Nm
257 mm
Gambar 4.1 Diagram benda bebas (DBB)
Puntiran yang terjadi pada poros input shaft dengan berdiameter
40 mm
4.1.3 Menghitung Diameter Poros
Dari rumus inersia polar dari penampang luas
𝜋𝑑4
Ip = 32
22
23
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝑑4 = 𝜋.𝜏
𝑚𝑎𝑥
4 32.𝑇
𝑑4 = √𝜋.𝜏
𝑚𝑎𝑥
A. Material S35C
𝜋𝑑4
τmax. 32 = 𝑇
𝜋𝑑4 𝑇
=𝜏
32 𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.122
𝑑4 = 3,14.340.000.000
𝑑4 = 3,65 x 10-6
4
d = √3,65 x 10−6
d = 0,043 m = 43 mm
B. Material S45C
𝜋𝑑4
τmax. 32 = 𝑇
𝜋𝑑4 𝑇
=𝜏
32 𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.122
𝑑4 = 3,14.390.000.000
𝑑4 = 3,18 x 10-6
4
d = √3,18 x 10−6
d = 0,042 m = 42 mm
C. Material S50C
𝜋𝑑4
τmax. 32 = 𝑇
𝜋𝑑4 𝑇
=𝜏
32 𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.122
𝑑4 = 3,14.460.000.000
𝑑4 = 2,70 x 10-6
4
d = √2,70 x 10−6
d = 0,040 m = 40 mm
25
D. Material SCN420
𝜋𝑑4
τmax. 32 = 𝑇
𝜋𝑑4 𝑇
=𝜏
32 𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.122
𝑑4 = 3,14.600.000.000
𝑑4 = 2,07 x 10-6
4
d = √2,07 x 10−6
d = 0,038 m = 38 mm
E. Material SCN430
𝜋𝑑4
τmax. 32 = 𝑇
𝜋𝑑4 𝑇
=𝜏
32 𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.122
𝑑4 = 3,14.640.000.000
𝑑4 = 1,94 x 10-6
4
d = √1,94 x 10−6
d = 0,0373 m = 37,3 mm
F. Material SCN440
𝜋𝑑4
τmax. 32 = 𝑇
𝜋𝑑4 𝑇
=𝜏
32 𝑚𝑎𝑥
32.𝑇
𝜋𝑑 4 = 𝜏
𝑚𝑎𝑥
32.122
𝑑4 = 3,14.660.000.000
𝑑4 = 1,88 x 10-6
4
d = √1,88 x 10−6
d = 0,0370 m = 37,0 mm
26
N = 4400 Rpm
Diasumsikan beban (uniform dan stady)
Jenis bantalan (single row deep groove ball bearing)
A. Umur pemkaian bantalan diasumsikan 5 tahun dengan waktu kerja 8
jam/hari
La = 8x7x4x12x5
= 13 440 jam (kerja bantalan/5tahun)
B. Umur pemakaian dengan putaran motor
L = 60 x n x Lh
= 60 x 4400 x 13 440
= 3548,16 x 106 (putaran)
C. Beban dinamis ekuivalen 𝐹𝑒 = (𝑉𝑟 + 𝑌𝑎 𝐹𝑎 ) Ks
Fe = (Xr.V.Fr + Ya.Fa) Ks
2712,72 𝑥 106
= 192,4722 N ( ) 0,33
106
= 2614,51 ≈ 2,61 Kn
27
𝐶0 = 1270 N
C = 2700 N
Nilai C0 ada,sehingga
𝐹𝑎 71,613
= = 0,0563:
𝑐𝑜 1270
Fe = (Xr.V.Fr + Ya.Fa) Ks
= (120,86 + 71,613) x 1
= 191,699 N
𝐿
C = Fe (106 )1⁄𝑘
2712,72 𝑋 106
= 192,4722 N ( ) 0,33
106
= 2,604,01 N ≈ 2,60 KN
C0 = 1,27 KN
C = 2,7 KN
D = 30 mm
d = 15 mm
B = 6 mm
4.3 Pembahasan
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan maka diketahui bahwa :
1. Pada material S35C dengan tegangan geser sebesar 340 x 106 Pa,
didapatkan hasil ukuran diameter poros sebesar 43 mm.
2. Pada material S45C dengan tegangan geser sebesar 390 x 106 Pa,
didapatkan hasil ukuran diameter poros sebesar 42 mm
28
3. Pada material S50C dengan tegangan geser sebesar 460 x 106 Pa,
didapatkan hasil ukuran diameter poros sebesar 40 mm
4. Pada material SCN420 dengan tegangan geser sebesar 600 x 106 Pa,
didapatkan hasil ukuran diameter poros sebesar 38 mm.
5. Pada material SCN430 dengan tegangan geser sebesar 640 x 106 Pa,
didapatkan hasil ukuran diameter poros sebesar 37,2 mm
6. Pada material SCN440 dengan tegangan geser sebesar 660 x 106 Pa,
didapatkan hasil ukuran diameter poros sebesar 37,0 mm
Setelah diketahui hasil dari diameter poros yang di cari dapat dibandingkan
dengan diameter yang diketahui dari hasil pengukuran langsung sebesar 40
mm. Maka dapat saya simpulkan dari semua material (S35C, S45C, S50C,
SCN420, SCN430, dan SCN440), material poros yang pas dari hasil
perhitungan dengan hasil pengukuran langsung yaitu material SCN420.
Karena hasil dari perhitungan material SCN420 yang paling mendekati
dengan ukuran poros yang di ketahui dengan selisih 2 mm. Selisih 2 mm ini
biasanya di buat oleh pabrikan untuk faktor keamanan (safety factor).
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada poros input transmisi mobil Suzuki ertiga dan
bantalannya diperoleh hasil dari perbandingan pengukuran dengan metode
observasi langsung dengan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa poros dengan berdiameter 40 mm
dengan beban 122 Nm bahwa material yang cocok adalah material SCM 420.
Dikarenakan material ini pada saat dianalisa dengan pengukuran dilapangan,
berbandingnya tidak terlalu jauh dibandingkan dengan material yang lainnya
(S35C, S45C, S50C, SCM 430, SCM 440). perbandingan selisih 2mm, dan
selisih tersebut digunakan untuk safety factor agar poros transmisi tidak
patah ataupun
5.2 Saran
Ketika sedang melakukan perancangan dan perhitungan, banyak hal yang
harus diperhatikan, antara lain:
1. Seebelum melakukan perancangan , pahami dahulu prinsip kerja dan
fungsi elemen mesin tersebut. Agar dapat dipahami persamaan apa saja
yang harus dimasukan ketika akan mulai merancang.
2. Haruslah teliti dalam melakukan pengukuran dan perhitungan suatu
komponen elemen mesin.
29
DAFTAR PUSTAKA
30