4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk
memperbaiki dan membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa
kapal pesiar, armada militer dan kapal niaga. Industri galangan kapal
di Indonesia tumbuh pesat, dengan dukungan iklim investasi
menarik kemampuan investor asing. Pada dasarnya industri
galangan kapal sering kali memperhatikan titik kritis yang terletak
pada lambung kapal dengan bantuan Quality Control. Quality
Control didefinisikan sebagai suatu sistem yang efektif untuk
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan mutu dalam suatu organisasi sehingga dapat
diperoleh produksi dan servis dalam tingkat yang paling ekonomis
dan memuaskan konsumen (Feightboum)
36
37
mahal, dan area yang harus steril pada saat pemeriksaan dilakukan,
dimana sterilisasi area ini harus menghentikan pekerjaan yang ada
dan memberhentikan operator dari pekerjaannya, yang juga berarti
biaya yang termasuk dalam tes radiografi. Dalam pelaksanaanya, tes
radiografi tidak akan dilakukan pada semua bagian lambung kapal,
mengingat biaya yang tinggi dan keterbatasan kertas foto yang bisa
digunakan saat pemeriksaan. Sehingga PT. PAL Indonesia hanya
memeriksa sebagian sampel dari lambung kapal. Pengambilan
sampel yang akan diperiksa sesuai dari gambar yang dibuat oleh
desainer, dimana desainer tidak memiliki ketetapan dalam
menentukan sampel yang akan diperiksa. Tidak adanya ketetapan ini
memiliki kelemahan tersendiri dimana sampel yang diambil dapat
berpotensi memiliki tren atau kecenderungan, akibat kurangnya
keacakan dalam pengambilan sampel. Dengan kata lain, sampel
yang diperiksa berpeluang tidak mewakili kondisi sebenarnya dari
populasi yang ada, dan hal ini berpotensi untuk merugikan baik dari
konsumen maupun PT. PAL Indonesia sendiri.
4.1.2 Permasalahan
4.1.3 Tujuan
Memberikan usulan perbaikan sistem pengendalian mutu
untuk penurunan biaya pengendalian mutu dan peningkatan
kepercayaan pelanggan terhadap sistem pengendalian mutu di PT.
PAL Indonesia dengan menggunakan bantuan tabel Military
Standard 105E, dalam metode pengambilan sampel pemeriksaan.
4.1.4 Batasan Masalah
1. Pengendalian kualitas yang dilakukan dengan Non Destructive
Test dengan media X-ray atau radiografi terhadap hasil
pengelasan.
2. Usulan perbaikan hanya pada jumlah titik pemeriksaan.
4.1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kerja praktek disusun sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan
Pada bab ini berisi pendahuluan tugas khusus kerja praktek yang
berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah,
asumsi dan sistematika penulisan. Menejelaskan landasan teori yang
berisi teori, pustaka tau referensi yang digunakan, metodelogi
penelitian berisi tentang langkah-langkah penelitian yang dilengkapi
dengan flowchart penyelesaian masalah, melakukan pengempulan
dan pengolahan data yang berisi tahapan metode peroleh dan
pengumpulan dan pengolahan data, analisa berisikan kajian data
olahan untuk melakukan upaya-upaya penyelesaian dan pentup
berisi saran dan kesimpulan.
(1)
LCL =p3
44
Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta amati apakah data
tersebut berada dalam batas kendali atau diluar batas kendali.
4.2.7 Military Standard 105E
Standar prosedur sampling untuk pemeriksaan dengan data
atribut dikembangkan saat perang dunia kedua. Military Standard
105E adalah prosedur sampling yang paling banyak digunakan
hingga sekarang sejak awal ditemukan tahun 1950 dengan nama
Military Standard 105A. Dengan pembaruan hingga versi kelima
yaitu Military Standard 105E yang dibuat tahun1989. Prosedur ini
digunakan untuk penentuan sampel yang akan diambil dan
menentukan batas penerimaan kualitas jika didalam samppel yang
diambil memiliki cacat. Terdapat berbagai pilihan prosedur
diantaranya untuk single sampling, double sampling, dan multiple
sampling. Dan setiap prosedur sampling terdapat kategori
pemeriksaan yaitu normal inspection untuk pemeriksaan awal
dimana belum diketahui riwayat pemeriksaan sebelumnya, lalu
tightened inspection dimana kategori ini digunakan jika melihat
riwayat pemeriksaan dalam kurun waktu terdekat semakin
memburuk, maka pemeriksaan yang lebih ketat akan dibutuhkan,
dan yang terakhir adalah reduce inspection digunakan jika riwayat
dari pemeriksaan dalam kurun waktu terdekat menujukkan kualitas
yang baik. Military Standard dibagi menjadi dua urutan dalam
penggunaannya, yaitu dengan memilih terlebih dahulu kode huruf
untuk penentuan jumlah sampel yang akan diambil, berdasarkan
banyaknnya jumlah lot atau batch yang dihasilkan pada waktu yang
ditetapkan saat melakukan pemeriksaan, setelah memilih kategori
jumlah lot, didapatkan baris yang mengandung berbagai macam
level inspection mulai dari special inspection level yang berjumlah
empat level spesial yang bisa dipilih dan tiga general inspection,
tabel kode huruf dapat dilihat pada Lampiran I. langkah selanjutnya
adalah menentukan penggunaan single sampling, double sampling,
45
Start
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data:
Data Primer
Pengolahan Data:
Diagram Sebab-Akibat
Analisa Kemampuan Proses
Peta Kendali P
Analisa:
Melihat faktor penyebab cacat
dan mebuat batasan yang bisa
digunakan oleh perusahaan.
End
SAMPLE
NUMBER NO BLOCK JOINT DATE RESULT
43 DB 2 - DB 3 (P) 20/05/2015 ACC
44 DB 2 - DB 3 (S) 20/05/2015 ACC
67 ADB 1 - DB 1 (P) 20/05/2015 REPAIR
68 ADB 1 - DB 1 (S) 20/05/2015 ACC
69 ADB 1 - DB 1 (S) 20/05/2015 ACC
73 DB 2 - DB 3 (P) 20/05/2015 ACC
74 DB 2 - DB 3 (S) 20/05/2015 ACC
75 DB 2 - DB 3 (S) 20/05/2015 ACC
31 ADB 1 -DB 1 (P) 20/05/2015 ACC
1 32 ADB 1 -DB 1 (S) 20/05/2015 ACC
70 DB 1 - DB 2 (P) 09/06/2015 REPAIR
71 DB 1 - DB 2 (S) 09/06/2015 ACC
2 72 DB 1 - DB 2 (S) 09/06/2015 ACC
21 ASA 2 B - ASA 1 B (P) 11/06/2015 ACC
22 ASA 2 B - ASA 1 B (S) 11/06/2015 ACC
27 ASA 1 B - SS 1 B (P) 11/06/2015 ACC
33 SS 1 B - SS 2 B (P) 11/06/2015 ACC
34 SS 1 B - SS 2 B (S) 11/06/2015 ACC
3 39 SS 2 B - SS 3 B (P) 11/06/2015 ACC
28 ASA 1 B - SS 1 B (S) 12/06/2015 ACC
4 40 SS 2 B - SS 3 B (S) 12/06/2015 ACC
25 ADB 2 - ADB 1 (P) 29/07/2015 ACC
49 DB 3 - DB 4 (P) 29/07/2015 ACC
62 ADB 3 - ADB 2 (S) 29/07/2015 ACC
64 ADB 2 - ADB 1 (P) 29/07/2015 ACC
65 ADB 2 - ADB 1 (S) 29/07/2015 ACC
5 77 DB 3 - DB 4 (S) 29/07/2015 ACC
6 26 ADB 2 - ADB 1 (S) 30/07/2015 ACC
12 ASF 1 - SF (S) 10/08/2015 ACC
18 SF - ASA 2 A (S) 10/08/2015 ACC
24 ASA 2 A - ASA 1 A (S) 10/08/2015 ACC
7 30 ASA 1 A - SS 1 A (S) 10/08/2015 ACC
50
Tabel 4.4.2 Data untuk peta kendali proporsi cacat sampel dengan variasi ukuran
sampel.
Peta kendali P data pengelasan lambung kapal SSV dan KCR ditunjukan
pada Gambar 4.4.3
57
0.8
0.6
Proportion
0.4 UCL=0.401
0.2
_
P=0.067
0.0 LCL=0
1 4 7 10 13 16 19 22 25
Sample
Gambar 4.4.3 Peta kendali P pengelasan Joint Block SSV dan KCR
Dengan keluarnya satu titik dari batas kendali atas atau UCL yaitu sampel
nomor 19, maka sampel nomor 19 harus dikeluarkan agar bisa didapatkan batas
kendali atas dan batas kendali bawah yang bisa dijadikan acuan. Setelah sampel
nomor 19 dikeluarkan, didapatkan peta kendali P sebagai berikut.
58
0.7
0.6
0.5
Proportion
0.4
UCL=0.3800
0.3
0.2
0.1 _
P=0.0604
0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Sample
Tests performed with unequal sample sizes
Gambar 4.4.4 Peta kendali P pengelasan Joint Block SSV dan KCR
Peta kendali pada Gambar 4.4.4 memiliki batas atas yang fluktuatif yang
disebabkan karena keseragaman jumlah sampel yang diambil. Untuk
menciptakan batasan atas yang seragam perlu dibuat rata-rata batas atas peta
kendali proporsi cacat. Pada Gambar 4.4.5 ditujukkan peta kendali proporsi
cacat dengan batas atas rata-rata dari batas atas yang didapatkan pada
perhitungan Tabel 4.4.2.
59
0.40
P-Chart with Average UCL
0.35
0.30
sample fraction
0.25
nonconforming
% defect
0.20
control limits
0.15 0.3782 ucl
average
0.10
0.05
0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.4.5 Peta kendali P pengelasan Joint Block SSV dan KCR dengan
batasan atas dan bawah menggunakan rata-rata
sakit
basah
masalah psikologi
masalah sosial
'gap' terlalu besar lingkungan kerja
kurang kompeten
Welding
Defect
kurang peremajaan
proses kurang nyaman
kurang perawatan
panas
rusak
4.6 Penutup
4.6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor penyebab cacat yaitu lingkungan, mesin, material,
dan individu.
2. Kecenderungan proses cacat dihasilkan sebesar 6,04%.
3. Peta kendali batas atas yang dihasilkan sebesar 0,3782%.
4. Kedua batasan yang didapat digunakan sebagai batas
tingkat penerimaan sampel cacat pada penggunaan tabel
Military Standard 105E.
4.6.2 Saran
Untuk penurunan biaya dan memangkas waktu yang
digunakan dalam pengendalian kualitas dengan tes radiografi
atau X-ray, maka pengambilan sampel pemeriksaan pengelasan
menggunakan tabel Military Standard 105E dengan jumlah
sampel yang lebih kecil namun tetap mampu untuk mewakili
populasi dari sampel yang diambil. Batas penerimaan sampel atau
tingkat kualitas yang diterima didapatkan dari batas atas peta
kendali proporsi cacat dan persentase cacat dari analisa
kemampuan proses. Persentase cacat dari analisa kemampuan
proses yang lebih tinggi dari batas atas peta kendali proporsi
cacat, maka digunakan kedua batasan penerimaan sampel dalam
63