Dinamika rotasi merupakan kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus
mempelajari penyebabnya.
τ = F.r
Triks: Jika F tidak tegak lurus r maka harus dicari dulu komponen F atau r
agar saling tegak lurus (lihat gambar!). Maka, syaratnya anda harus bisa menguraikan suatu
vektor pada sumbu x dan y! pokoknya silahkan uraikan vektor F atau r yang akan anda uraikan.
yang penting keduanya kita peroleh cektor yang saling tegak lurus. Maka dari rumus dasar
momen gaya kita ubah menjadi:
τ = F sin Θ . r atau τ = F. r sin Θ
Adapun arah momen gaya dapat kita tentukan dengan aturan tangan kanan dimana lipatan
keempat jari menunjukkan arah putaran gaya sedangkan ibu jari menunjukkan arah momen gaya.
Sebagai perjanjian tanda, jika benda berputarsearah jarum jam, momen gaya diberi
tanda negatif sedangkan jika berlawanan arah jarum jam diberi tanda Positif.
Aplikasinya: dari rumus tersebut besarnya momen gaya atau dengan kata lain benda mudah
berputar, dipengaruhi besarnya gaya dan jarak poros ke suatu titik gaya itu bekerja. Nah..
contohnya gini, tentunya kita akan menutup/membuka pintu dengan mendorongya tidak dekat
porosnya, karena ini lebih berat dibanding membuka dekat daun pintunya. Betulkan….
Silahkan terapkan dalam aplikasi lainnya, tentunya banyak sekali kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Momentum sudut
Momentum sudut merupakan besaran vektor. Momentum sudut didefinisikan sebagai hasil
perkalian silang antara vektor r dan momentum linearnya. Arah momentum sudutdari suatu
benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah putaran sekrup atau dengan aturan tangan
kanan. Jika keempat jari menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah
momentum sudut. Pada gerak translasi benda memiliki momentum linier sedangkan pada gerak
rotasi ada momentum sudut.
Arah Momentum Sudut
Arah momentum sudut L tegak lurus dengan arah r dan arah v. Arah momentum sudutsesuai
dengan arah putaran sekrup tangan kanan yang ditunjukan gambar berikut :
Momentum sudut linear akan kekal bila total gaya yang bekerja pada sistem adalah nol.
Bagaimana pada gerak rotasi? Pada gerak rotasi kita akan menemukan apa yang disebut sebagai
mometum sudut. Dalam gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum linier adalah
momentum sudut. Untuk benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap, besarnya momentum
sudut dinyatakan :
L = I. ω
dengan:
L = momentum sudut (kgm2/s)
I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
Jika benda bermassa m bergerak rotasi pada jarak r dari sumbu rotasi dengan kecepatan linier v,
maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
L=I.ω
L = m . r2.
L=m.r.v
Tampak bahwa momentum sudut analog dengan momentum linear pada gerak rotasi, kecepatan
linear sama dengan kecepatan rotasi, massa sama dengan momen inersia.
Hubungan Momentum Sudut Dengan Momen Gaya
Kita telah mengetahui bahwa impuls merupakan perubahan momentum dari benda.
Karena v = r . ω, maka :
Berdasarkan persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa momen gaya merupakan turunan
dari fungsi momentum sudut terhadap waktu.
Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Dalam gerak linear kita telah mempelajari apabila tidak ada gaya dari luar sistem maka
momentum sudut total sistem adalah kekal, atau tidak berubah. Dari Persamaan momentum
sudut diatas tampak jika torsi pada suatu sistem adalah nol maka dL =0 atau perubahan
momentum sudutnya nol, atau momentum sudutnya kekal. Apabila τ = 0 maka L konstan,
merupakan hukum kekekalan momentum.
Sebagai contoh seorang penari balet berputar dengan kecepatan sudut w, momen inersianya Im.
Bila dia kemudian merentangkan kedua tangannya sehingga momen inersianya menjadi Ia,
berapa kecepatan sudut penari sekarang? Kita bisa menyelesaikan dengan menggunakan hukum
kekekalan momentum sudut. Pada penari tidak ada gaya dari luar maka tidak ada torsi dari luar,
sehingga momentum sudut kekal :
Lm = La
Lm ωm =Ia ωa
Penari merentangkan kedua tangannya maka momen inersianya menjadi bertambah. Ia >
Im maka kecepatan sudut penari menjadi berkurang.
Prinsip ini juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan papan memiliki laju
sudut ωo, terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat massanya, sehingga dia dapat memutar
sebagian tubuhnya setengah lingkaran. Jika ia ingin membuat putaran 3 kali setengah putaran,
maka ia harus mempercepat laju sudut sehingga menjadi 3 kali kelajuan sudut semula. Gaya
yang bekerja pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya gravitasi tidak menyumbang torsi
terhadap pusat massanya, maka berlakukekekalan momentum sudut. Agar laju sudutnya
bertambah maka dia harus memperkecil momen inersia menjadi 1/3 momen inersia mula-mula
dengan cara menekuk tangan dan kakinya ke arah pusat tubuhnya sehingga terbantu dengan
adanya momentum sudut dari gerakannya
Momen gaya
Momen Gaya atau
Torsi
Gambar diatas memperlihatkan sebuah gaya F bekerja pada sebuah benda yang berpusat massa di O.
Garis/kerja gaya berjarak d, secara tegak lurus dari pusat massa, sehingga benda akan berotasi ke
kanan searah jarum jam. Jarak tegak lurus antara garis kerja gaya dengan titik pusat massa disebut
lengan gaya atau lengan momen. Momen gaya didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya (F) dengan
jarak lengan gaya (d). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
τ= F × d
Karena d = r × sinθ, maka persamaan di atas menjadi sebagai berikut.
τ= F × r × sinθ
Keterangan:
Arah momen gaya dinyatakan oleh aturan tangan kanan. Bukalah telapak tangan kanan kita dengan ibu
jari terpisah dari keempat jari yang lain. Lengan gaya d sesuai dengan arah ibu jari, gaya F sesuai
dengan arah keempat jari, dan arah torsi sesuai dengan arah membukanya telapak tangan.
Penentuan arah momen gaya dengan kaidah tangan
kanan
Momen gaya τ menyebabkan benda berotasi. Jika benda berotasi searah jarum jam, maka torsi yang
bekerja pada benda bertanda positif. Sebaliknya, jika benda berotasi dengan arah berlawanan dengan
arah jarum jam, maka torsi penyebabnya bertanda negatif. Torsi-torsi yang sebidang dapat dijumlahkan.
Apabila pada sebuah benda bekerja beberapa gaya, maka jumlah momennya sama dengan momen
gaya dari resultan semua gaya yang bekerja pada benda tersebut. Secara matematis dapat dituliskan
seperti di bawah ini.
Momen inersia (kelembaman) suatu benda adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berputar
terhadap porosnya. Nilai momen inersia suatu benda bergantung kepada bentuk benda dan letak sumbu
putar benda tersebut.
Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa diabaikan) dengan panjang R. Salah satu ujung
batang, yaitu titik P, ditetapkan sebagai poros rotasi. Pada ujung batang yang lain dihubungkan dengan
sebuah partikel bermassa m. Jika sistem diputar terhadap poros P , sehingga partikel berotasi dengan
kecepatan v, maka energi kinetik rotasi partikel dapat ditulis sebagai berikut.
Karena v = R ω , maka
Momen inersia dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm 2. Nilai momen inersia sebuah
partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali massa partikel dengan kuadrat jarak partikel
tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor m × R2 merupakan momen inersia titik terhadap sumbu putarnya.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
I = m · R2
Keterangan:
Pernahkah kita melihat orang bermain gasing? Mengapa gasing yang sedang berputar meskipun dalam
keadaan miring tidak roboh? Pasti ada sesuatu yang menyebabkan gasing tidak roboh. Setiap benda
yang berputar mempunyai kecepatan sudut. Bagaimana hubungan antara momen inersia dan kecepatan
sudut?
Titik A yang berotasi dengan sumbu O dan jari-jari R memiliki
momentum m × v.
Gambar di atas memperlihatkan titik A yang berotasi dengan sumbu putar O. R adalah jarak antara O
dan A. Selama berotasi titik A memiliki momentum sebesar P = m × v.Hasil perkalian momentum dengan
jarak R disebut momentum sudut, dan diberi notasi L.
L=P×R
L=m×v×R
L=m× ω ×R×R
L = m × R2 × ω
Apabila momentum sudut dihubungkan dengan momen inersia, maka diperoleh persamaan sebagai
berikut.
L=I×ω
Keterangan:
Kopel adalah pasangan dua gaya sama besar dan berlawanan arah yang garis-garis kerjanya sejajar
tetapi tidak berimpit.
Besarnya kopel dinyatakan dengan momen kopel (M), yaitu hasil perkalian salah satu gaya dengan jarak
tegak lurus antara kedua gaya tersebut. Secra matematis dapat ditulis sebagai berikut.
M=F×d
Keterangan:
Contoh kopel adalah gaya gaya yang bekerja pada jarum kompas di dalam medan magnetik bumi. Pada
kutub utara dan kutub selatan jarum, bekerja gaya yang sama besar, tetapi arahnya berlawanan.
Benda tegar adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia Fisika untuk
menyatakan suatu benda yang tidak akan berubah bentuknya setelah diberikan
suatu gaya pada benda itu. Pada sebuah benda tegar, setiap titik harus selalu berada
pada jarak yang sama dengan titik-titik lainya.
1. Statik ( ∑F = 0 ; a = o )
2. Dinamik ( a = o ; v = konstan )
Benda tegar dikatakan berada dalam kesetimbangan statik jika jumlah gaya yang
bekerja pada benda itu sama dengan nol dan jumlah torsi terhatad sembarang titik pada
benda tegar itu sama dengan nol .
1. Keseimbangan Tiga Gaya
b) Keseimbangan Labil
Keseimbangan labil adalah keseimbangan yang dialami benda yang apabila diberikan
sedikit gangguan benda tersebut tidak bisa kembali ke posisi keseimbangan semula.
Pada Gambar 6.15 menunjukkan sebuah kelereng yang ditempatkan di atas bidang
cembung. Ketika diberi gangguan kecil dan kemudian dihilangkan, kelereng tidak akan
pernah kembali ke posisi awalnya. Keseimbangan labil ditandai oleh adanya penurunan
titik berat benda jika dipengaruhi suatu gaya.
c) Keseimbangan Indeferen
Keseimbangan indeferen atau netral adalah keseimbangan yang dialami benda yang
apabila diberikan sedikit gaya maka benda tersebut tidak mengalami perubahan titik
berat benda.
Pada Gambar 6.16 menunjukkan sebuah kelereng yang ditempatkan di atas sebuah
bidangdatar. Ketika diberi gangguan kecil dan kemudian dihilangkan, kelereng akan
kembali diam pada kedudukan yang berbeda. Keseimbangan netral ditandai oleh tidak
adanya perubahan pasti titik berat jika dipengaruhi suatu gaya
Jika gaya-gaya yang bekerja pada sebuah titik berada dalam keadaan
seimbang F1 + F2 + F3 = 0
Berdasarkan aturan sinus dalam segitiga,maka:
Keterangan:
v = kecepatan linier, satuannya m/s
ω = kecepatan sudut, satuannya rad/s
r = jari-jari lingkaran, satuannya m
Vektor kecepatan linier selalu menyinggung lintasan lingkaran. Kecepatan linier disebut
kecepatan tangensial dan percepatannnya disebut percepatan tangensial.
Sedangkan hubungan percepatan tangensial dengan percepatan sudut sebagai berikut:
v=ωr
Percepatan sentripetal (as) adalah percepatan yang arahnya selalu menuju ke pusat
lingkaran. Persamaannya dinyatakan sebagai:
Percepatan linier total dari partikel yang bergerak melingkar adalah resultan dari kedua
komponen percepatan.
Keterangan:
a = percepatan total, satuannya m/s2
at = percepatan tangensial, satuannya m/s2
as = percepatan sentripetal, satuannya m/s2
Secara garis besar hubungan antara besaran-besaran dalam gerak rotasi dan gerak
translasi dibuat tabel berikut ini:
Hubungan antara Gerak Rotasi dan Translasi
Contoh Soal
Sepeda motor balap mula-mula diam. Setelah start, 10 sekon kemudian kecepatan
rodanya menjadi 36 putaran persekon.
a. Hitungkah percepatan sudut roda sepeda motor
b. Hitunglah jumlah putaran roda selama 10 sekon
Penyelesaian:
Diketahui:
Δ t = 10 sekon
Δ ω = 36 putaran/sekon
Soal:
a. = ... ?
b. θ = .... ?
Jawab:
a. =
=
= 3,6.2
= 7,2 rad/s2
= 3,6 put/s2
b. θt = θ0 + t2
=0+ . 7,2 102
= . 720
= 360 rad
= 180 putaran
Gerak Menggelinding
Posted on May 14, 2011 | 4 Comments
Bola yang menggelinding di atas bidang akan mengalami dua gerakan sekaligus, yaitu rotasi
terhadap sumbu bola dan translasi bidang yang dilalui. Oleh karena itu, benda yang melakukan
gerak menggelinding memiliki persamaan rotasi dan persamaan translasi. Besarnya energi
kinetik yang dimiliki benda mengelinding adalah jumlah energi kinetik rotasi dan energi kinetik
translasi. Anda disini akan mempelajari bola mengelinding pada bidang datar dan bidang miring
1. Menggelinding pada Bidang Datar
Perhatikan Gambar 6.8! Sebuah silinder pejal bermassa m dan berjari-jari Rmenggelinding
sepanjang bidang datar horizontal. Pada silinder diberikan gaya sebesar F. Berapakah percepatan
silinder tersebut jika silider menggelinding tanpa selip? Jika silinder bergulir tanpa selip, maka
silinder tersebut bergerak secara translasi dan rotasi. Pada kedua macam gerak tersebut berlaku
persamaan-persamaan berikut.
• Untuk gerak translasi berlaku persamaan
F – f = m a dan N – m g = 0
Untuk gerak rotasi berlaku persamaan
τ= I x α
Karena silinder bergulir tanpa selip, maka harus ada gaya gesekan.
Besarnya gaya gesekan pada sistem ini adalah sebagai berikut
2.
Menggelinding pada Bidang Miring
Gerak translasi diperoleh dengan mengasumsikan semua gaya luar
sebagai berikut.