Anda di halaman 1dari 33

METODE PELAKSANAAN KONTRUKSI

PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PEMUKIMAN


PENINGKATAN JALAN LINGKUNGAN Gg. SEMOGA INDAH VI DAN
VII
KOTA MUARA TEWEH
DOSEN :
RULIANA FEBRIANTY, ST, MT, M.Hum
NIDN : 1107027901
PENULIS :
RUDY HARTONO – 17640129

PROGRAM STUDI (S-1) TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2019

1
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS BESAR
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rudy Hartono

Npm : 17640129

Perguruan tinggi : universitas islam kalimantan muhammad arsyad al banjari


Banjarmasin

Alamat kampus : Jl. Salak No. 44, Loktabat Selatan, Banjarbaru Selatan,
Kota Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas besar yang telah saya buat
dengan judul “ PENINGKATAN JALAN LINGKUNGAN SD Mampuak I
KOTA MUARA TEWEH KALIMANTAN TENGAH dan yang melaksanakan
pelaksanaan pekerjaan ialah CV.PERDANA ABADI” dokumen ini bersifat asli,
dan tidak melakukan tindakan yang bersifat menambah-nambahkan dokumen
data, yang belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan dimanapun dan dalam
bentuk apapun sebelumnya.

Banjarbaru, Januari 2019

Rudy Hartono

2
LEMBAR PENGESAHAN
TANDA SELESAI TUGAS BESAR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Koordinator Tugas Besar dan Asisten Tugas Besar Metode Pelaksanaan
Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Banjari menyatakan :

RUDY HARTONO
NPM : 17640129

Telah selesai melaksanakan Tugas Besar Metode Pelaksanaan Konstruksi.

Banjarmasin, Januari 2019

Pengampuh

Dosen Koordinator Tugas Besar,

RULIANA FEBRIANTY, ST, MT, M.Hum


NIDN. 1107027901

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.

3
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga saya berhasil menyelesaikan Tugas
Besar Metode Pelaksanaan Kontruksi ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya yang berjudul “PENINGKATAN JALAN LINGKUNGAN Gg.
SEMOGA INDAH VI DAN VII KOTA MUARA TEWEH KALIMANTAN
TENGAH”.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Abdul Malik, S.pt, M.si, Ph.d Selaku Rektor Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
2. Budi Hartadi, ST. MT Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
3. Ir. H. Hudan Rahmani, MT Selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
4. Ruliana Febrianty ST. MT. M.Hum Selaku Dosen Pembimbing Dalam Mata
Kuliah Metode Plaksanaan Konstruksi
5. CV.PERDANA ABADI Selaku Pelaksana Dalam Proyek
6. Saudara-Saudara Yang Banyak Terlibat Sehingga Terselesaikannya tugas ini
Semoga Tugas Besar Metode Pelaksanaan Kontruksi ini bermanfaat bagi
kita semua dan juga saya meminta maaf jika terdapat salah kata dalam
penulisan nama maupun yang lainnya, semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.
Wassalamualaikum Wr Wb.

Banjarbaru, Desember 2019

4
ABSTRAK
Jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi baik lokal maupun nasional. Didalam penulisan, penulis ingin
mengetahui bagaimana perencanaan yang baik dalam merencanakan desain
geometrik, tebal perkerasan, dan bangunan pelengkap pada Jalan Desa Gunung
Batu Besar Kecamatan Sampanahan Kabupaten Kotabaru, sehingga jalan yang
akan dilalui dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan ekonomis bagi pengguna
jalan.
Didalam merencanakan desain geometrik jalan raya, hal-hal yang menjadi acuan
dalam perencanaan meliputi perhitungan alinyemen horizontal, alinyemen
vertikal, menetapkan perkerasan apa yang akan digunakan, dan perencanaan
bangunan pelengkap.
Mengawali perencanaan proyek, maka dilakukan pembuatan uraian pekerjaan.
Diantaranya : (1) Persiapan Lapangan, (2) Pekerjaan Tanah, (3) Penyiapan Badan
Jalan, (4) Perkerasan Berbutir(5) Penghamparan dan Pemadatan Lapis Pondasi
Agregat, (6) Perkerasan Aspal.
Dari hasil pembahasan mengenai Pengaspalan Jalan Desa Gunung Batu Besar
Kecapatan Sampanahan Kabupaten Kotabaru, kontruksi seharusnya lebih
mempertimbangkan teknik keselamatan yang baik di dalam dunia usaha,
mempertimbangkan kecelakaan dibidang industri tidak hanya dihadapkan pada
penderitaan dan kekurangan yang sementara saja, setidaknya harus ada Keamanan
dan Keselamatan Kerja (K3), seperti asuransi dari perusahaan.

5
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS BESAR METODE
PELAKSANAAN KONSTRUKSI........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
TANDA SELESAI TUGAS BESAR....................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Topik Bahasan............................................................................................ 2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Tujuan Umum....................................................................................3
2.1.1 Lingkup Kegiatan........................................................................... 3
2.1.2 Lokasi Kegiatan.............................................................................. 3
2.1.3 Sumber Pendanaan......................................................................... 3
2.2 Tinjauan Pustaka.................................................................................3
2.2.1 Pengertian Infrastruktur................................................................. 3
2.2.2 Pengertian Jalan.............................................................................. 4
2.2.3 Pembangunan Jalan sebagai Investasi......................................... 5
2.2.4 Peran dan Manfaat Peningkatan Infrastruktur Jalan..................6
2.2.5 Kinerja Jalan................................................................................... 7
2.3 Inventarisasi data-data.........................................................................7
2.3.1 Bahan............................................................................................... 8
2.3.2 Peralatan.......................................................................................... 9
2.4 Kompilasi data-data...........................................................................10

6
2.5 Lingkup dan uraian pekerjaan...........................................................12
2.5.1 Persiapan Lapangan..................................................................... 12
2.5.2 Lingkup Pekerjaan....................................................................... 12
2.6 Spesifikasi Pekerjaan.........................................................................13
2.6.1 Proses Pengadaan Jasa Konstruksi.............................................13
2.6.2 Kesimpulan Hasil Evaluasi Penawaran.....................................16
2.7 Pemilihan dan penggunaan teknologi................................................16
2.7.1 Fungsi Alat yang digunakan....................................................... 16
2.8 Penetapan Metode Konstruksi...........................................................17
2.8.1 Persiapan Lapangan..................................................................... 17
2.8.2 Pekerjaan Tanah........................................................................... 18
2.8.3 Perkerasan Berbutir..................................................................... 19
2.8.4 Perkerasan Aspal.......................................................................... 20
2.8.5 Hasil Akhir................................................................................... 23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................24
3.1 Kesimpulan.......................................................................................24
3.2 Saran.................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................27

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak wilayah di Indonesia masih terdapat ruas jalan dengan kondisi sangat
buruk ataupun rusak berat sampai rusak sedang. Ruas-ruas ini mulai dari jalan
negara, jalan provinsi, jalan lokal, jalan lingkungan maupun jalan pedesaan. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap jalan roda perekonomian di daerah-daerah
tersebut, oleh karena terhambatnya transportasi. Salah satunya Desa Lampuyang
yang saat kondisi jalan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah (tanah
dasar terlihat disertai tanah lumpur karena tergerus oleh pengaruh air hujan dan
lalulintas kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut atau lebih dikenal dengan
istilah berlobang-lobang.
Dengan kondisi jalan yang sedemikian rupa serta dengan kepadatan lalu lintas
yang tinggi seringkali juga mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas
disepanjang jalan tersebut. Dimana merupakan jalan penghubung antar
Kabupaten. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan
upaya pembangunan Jalan Desa Lampuyang dalam rangka meningkatkan
prasarana jalan propinsi yang pada saat ini sudah dianggap tidak memadai.
Pembangunan jalan ini merupakan proyek pembangunan jalan dan jembatan
Propinsi Kalimantan Tengah dengan pekerjaan pembangunan jalan Desa
Lampuyang dengan menambah kapasitas kelas jalan dengan menggunakan
konstruksi beton rigid pavement.
Konstruksi jalan beton semen atau rigid pavement, mulai dipergunakan secara
meluas sejak tahun 1985 yang lalu, dan sampai saat ini masih banyak diterapkan
di banyak kegiatan konstruksi jalan. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, hampir
semua jalan tol yang dibangun telah menggunakan perkerasan jalan beton semen
sebagai pilihan utama dan mayoritas sampai saat ini maupun yang masih dalam
tahap perencanaan. Selain itu karena biaya pemeliharaan jalan beton dapat
dikatakan nihil walaupun biaya awalnya lebih tinggi dibandingkan dengan jalan
aspal yang selalu memerlukan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan
peningkatan jalan (tentunya ini akan memakan biaya yang tidak sedikit pula),

8
maka sangatlah tepat jika jalan beton digunakan pada ruas-ruas jalan karena
sesedikit apapun, perbaikan jalan yang dilakukan akan mengundang kemacetan
(kasus bottle neck) yang tentunya akan berdampak sangat luas.
Makin maraknya pemanfaatan jalan beton semen tersebut, makin memperkaya
pengalaman kita dalam menerapkan jalan beton semen dan sudah barang tentu
membawa peningkatan mutu dari industri konstruksi jalan beton semen, untuk
lebih memicu hasil kegiatan konstruksi beton semen yang lebih baik lagi, upaya
menyimak, mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kesalahan yang
sama, dan berujung pada 'hasil kegiatan konstruksi jalan beton semen yang
semakin lebih baik.
Pengamatan secara umum menunjukkan bahwa kegiatan konstruksi
di Indonesia sampai saat ini masih dihadapkan pada masalah mutu atau kualitas
hasil industri yang bersangkutan. Masalah ini tidak terbatas pada industri
konstruksi jalan saja tetapi juga pada konstruksi-konstruksi lainnya.
Berbicara tentang kualitas hasil industri jalan, dapat dikatakan bahwa masalah
ini merupakan masalah besar yang sudah lama dihadapi oleh kita semua
khususnya yang terlibat dalam industri konstruksi jalan.
Sudah jelas bahwa kontributor dari masalah tersebut mencakup multi pihak
yang terlibat dalam kegiatan konstruksi yaitu perencanaan, pelaksana, pengawas
bahkan pemasok bahan baku konstruksi. Tidak mudah untuk mengetahui siapa
berkontribusi apa pada masalah yang dimaksud, dan pada makalah ini penekanan
bahasan adalah terbatas pada kesalahan yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan
konstruksi jalan beton semen (rigid pavement).

1.2 Topik Pembahasan


Sebagaimana diuraikan dalam latar belakang, bahwa ruang lingkup
pembahasan ini mempunyai batasan-batasan yang meliputi kesalahan-kesalahan
umum berupa kegagalan konstruksi pada metode pelaksanaan perkerasan jalan
beton (rigid pavement) proyek pembangunan jalan Desa Lampuyang
Kalimantan Tengah akibatnya mutu pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk persyaratan teknis yang telah ditetapkan (rigid pavement
yang berkualitas).

9
Dalam tulisan ini, akan disajikan kesalahan umum yang merupakan bagian
dari permasalahan, baik yang berdampak ringan, sedang maupun berat. Dampak
ringan adalah dampak yang tidak berpengaruh secara struktural tetapi terbatas
pada penampilan ('appearance'), dampak sedang tidak berpengaruh pada
struktural tetapi berpengaruh pada penampilan (appearance) dan kenyamanan
('comfortability') meskipun tidak berpengaruh secara structural, sedangkan
dampak berat adalah segala dampak (akibat kesalahan) yang berpengaruh pada
struktural. Pengertian dampak struktural adalah segala dampak yang berpengaruh
negatif pada masa pelayanan konstruksi misalnya kesalahan yang menyangkut
ketebalan, mutu beton, tidak berfungsinya salah satu (lebih) dari komponen
konstruksi lainnya.
Visualisasi kesalahan umum yang tersajikan pada tulisan ini menggunakan
bahan-bahan dan buku "Rekaman Kesalahan Umum /'Common Mistakes'
Pelaksanaan Jalan Beton Semen di Indonesia", M. Anas Aly, 21 Oktober 1992.
Kesalahan-kesalahan umum yang tercakup berikut ini meliputi baik komponen-
komponen konstruksi perkerasan maupun peralatan konstruksi yang antara lain
adalah sebagai berikut :
Kesalahan komponen konstruksi perkerasan
1. Subbase (CTSB, percampuran, permukaan), Bekesting pelat beton (kekuatan
dan kerapian), Pelat beton (perkerasan kaku)
2. Tulangan pelat beton dan tulangan sambungan, Grooving atau Brushing.
3. Perawatan atau curing.
4. Pemadatan atau penggetaran, pengecoran (dumping)
5. 'Slump' atau keenceran campuran beton
6. Kesalahan peralatan pelaksanaan konstruksi perkerasan, 'Finisher' dan
“vibrating screed”
7. Groover atau Brusher
8. Kendaraan pengangkut campuran beton, 'Saw cutter'.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sekaligus sebagai bahan acuan dalam metode pelaksanaan pekerjaan perkerasan

10
jalan beton (rigid pavement). Sedangkan tujuan dari penulisan ini dapat
meningkatkan mutu pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton sesuai dengan
ketentuan mengikuti petunjuk dan persyaratan teknis pelaksanaan pembangunan
jalan beton yang telah ditetapkan (rigid pavement yang berkualitas).

11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum


Metode dan teknologi pelaksanaan konstruksi didifinisikan sebagai
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam transformasi gambar-gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya
dalam suatu proses untuk mewujudkan kedalam bentuk yang nyata berupa
bangunan di lapangan atau dilokasi yang merupakan salah satu faktor sumber
daya pembangunan pada pengelolaan pelaksanaan pekerjaan dalam industri
konstruksi. Agar sasaran dari metode dan pelaksanaan konstruksi tercapainya
salah satu pada kualitas pekerjaan, penurunan biaya dan penyelesaian pekerjaan
tepat pada waktunya
Dalam menetapkan sesuatu Metode Konstruksi, terlebih dulu perlu dikuasai
pengetahuan tentang metode–metode dasar bagi pelaksanaan suatu konstruksi.
Pertimbangan–pertimbangan yang seksama, cermat dan teliti secara tepat harus
dilakukan didalam kemungkinan metode konstruksi dan pemilihan peralatan yang
mungkin dipergunakan pada waktu menetapkan desain akhir.
Seseorang pelaksana fisik yang tidak memiliki informasi–informasi terbaru
perihal equifmen baru dan metode–metode terbaru akan tersisih secara alami.
Dengan mempergunakan dasar–dasar teknik dan analisa didalam kegiatan
kegiatan konstruksi akan didapat suatu metode konstruksi yang tepat dengan
sasaran peningkatan kualitas dan sekaligus menurunkan biaya pekerjaan,
sedangkan untuk memperoleh suatu metode konstruksi yang efisien dan efektif
serta kompetitif perlu dimiliki perkembangan bidang teknologi dari bidang
konstruksi.

2.1.1 Tinjauan Metode Pelaksanaan Konstruksi


Seperti telah diuraikan di atas didalam pelaksanaan pekerjaan suatu bangunan
apapun juga selalu terlebih dahulu harus dibuat suatu perencanaan metode dan
teknik pelaksanaan kontruksi. Dimana pada umumnya setiap proyek baru adalah
tidak sama dengan proyek yang lalu dan lazimnya produk yang dihasilkan dari

12
kegiatan konstruksi bersifat complicated, yang umumnya berlainan dalam hal-hal
aspek design.
Kegiatan perencanaan konstruksi dimulai dengan pembuatan appresiasi, yaitu
merumuskan situasi dan kondisi dengan berfikir secara logika serta bertahap
secara spesific dan dengan urutan yang teratur. Karena hal ini merupakan suatu
cara untuk memecahkan/mengatasi masalah pokok yang akan terjadi pada saat
pelaksanaan semua kegiatan proyek, sumber-sumber serta waktu untuk proyek
tersebut.

2.1.2 Tinjauan Teknologi Konstruksi


Sejalan dengan perkembangan akan teknologi dan science di negara
berkembang semakin dirasakan bahwa teknik-teknik konstruksi semakin
kompleks serta kesulitan dalam me-manage jenis–jenis pekerjaan yang semakin
kompleks untuk memenuhi tuntutan–tuntutan struktural maupun teknis
pelaksanaanya. Disebabkan karena perkembangan pada saat ini, kegiatan–
kegiatan pembangunan proyek tepecah (terbagi–bagi) dalam berbagai spesialisasi
dari fungsi keteknikan termasuk didalamnya antara lain dalam aspek Arsitektur,
Strutural, Mekanikal, Elekrtikal dan Interior yang pembangunannya diikuti
kontraktor khusus, sedangkan kontraktor utama bergerak sebagai supervisi untuk
seluruh kegiatan.
Perkembangan metode konstruksi yang ada di barat, tidak begitu saja dapat
diterapkan di indonesia. Hal ini disebabkan karena kondisi di indonesia
mempunyai karakteristik tertentu. Maka untuk memilih suatu sistem yang paling
tepat, masih diperlukan studi yang lebih mendalam disertai dengan perbandingan
dalam banyak hal, antara lain disesuikan dengan kondisi Sosial, Ekonomi,
Politik, Budaya bangsa Indonesia.
Merupakan tantangan bagi para teknisi Indonesia untuk mengikuti kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai dinegara uang lebih dahulu berkembang , dari hal–
hal tersebut diatas, telah menunjukan bahwa pada dasarnya perkembangan–
perkembangan metode barat pada dewasa ini dapat diterima dengan baik, bahkan
makin terasa kebutuhan sejalan dengan perencanaan proyek–proyek besar.

13
2.1.3 Dasar-dasar Pemilihan Metode dan Teknologi
Pemilihan metode dan teknologi konstruksi akan sangat banyak
mempengaruhi jalannya pelaksanaan pembangunan proyek karena, hal ini
merupakan suatu cara dalam memecahkan/mengatasi masalah pokok yang
mungkin akan terjadi pada saat pelaksanaan semua kegiatan proyek, sumber
kegiatan proyek, sumber–sumber serta waktu untuk proyek tersebut, untuk
memperoleh perencanaan konstruksi yang tepat dan kalkulasi biasa yang cukup
teliti, perlu dilakukan dengan mempelajari secara mendalam semua gambar–
gambar dan RKS nya serta kondisi-kondisi yang tertera didalam kontrak, agar
dapat dikuasai dengan betul sifat dan persyaratan serta detail dari pekerjaan
tersebut.
Langkah-langkah dasar yang dapat diambil dalam mencapai dasar perencanaan
konstruksi tersebut antara lain :
1. Pemilihan kombinasi tertentu (sumber daya utama)
2. Perhatian terhadap perkembangan didalam teknik dan teknologi
3. Berpikir secara rasional

2.2 Tinjauan Pustaka


Menurut Agus Iqbal 1995, Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah suatu
susunan kontruksi perkerasan di mana sebagai lapisan atas dipergunakan pelat
beton, yang terletak diatas pondasi atau langsung diatas tanah dasar ("sub-grade").
Menurut Ari Suryawan 2005, Jenis Perkerasan Beton dapat diklasifikasikan
atas 2 tipe sebagai berikut :
1. Perkerasan beton dengan tulang Dowel dan Tie Bar. Jika
diperlukan untuk kendali retak dapat digunakan Wire Mesh, penggunaannya
independen terhadap adanya tulangan dowel.
2. Perkerasan beton bertulang menerus terdiri dari prosentasi besi
yang relatif cukup banyak dan tidak ada siar kecuali untuk keperluan
pelaksanaan konstruksi dan beberapa siar muai.
Pada masa kini, tipe perkerasan beton yang populer dan banyak digunakan
di Indonesia adalah perkerasan beton semen portland dengan dowel dan tir bar.

14
Di negara-negara maju sudah banyak menggunakan tipe perkerasan beton
bertulang.

2.2.1 Tipe Struktur Perkerasan


Struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu: struktur
perkerasan lentur (flexible pavement) dan struktur perkerasan kaku (rigid
pavement). Pengelompokan struktur perkerasan jalan pada umumnya lebih
didasarkan pada bahan perkerasan yang digunakan. Perkerasan lentur (Felxible
Pavement) umumnya menggunakan lapisan beton aspal sebagai lapisan
permukaan, dan kadang-kadang juga sebagai lapisan-lapisan dibawahnya.
Sedangkan, struktur perkerasan kaku (rigid pavement) menggunakan pelat beton
semen sebagai komponen struktur utamanya. Teori dasar yang digunakan untuk
mendesain struktur perkerasan lentur (flexible pavement) berbeda dengan yang
untuk struktur perkerasan kaku (rigid pavement). Desain struktur perkerasan
lentur (flexible pavement) didasarkan pada analisis sistem lapisan dimana beban
kendaraan dipikul oleh semua lapisan perkerasan sebagai satu kesatuan.
Kontribusi setiap lapisan perkerasan dalam memikul beban kendaraan ditentukan
oleh karakteristik bahan dan tebal dari masing-masing lapisan perkerasan tersebut.
Bahan perkerasan dengan kualitas yang lebih baik pada umumnya digunakan
sebagai lapisan perkerasan yang lebih atas. Sedangkan lapisan-lapisan
dibawahnya menggunakan bahan perkerasan dengan kualitas yang lebih rendah
meskipun harus tetap lebih baik dari kualitas tanah dasar yang mendukungnya.
Di sisi lain, proses desain struktur perkerasan kaku (rigid pavement) lebih
didasarkan pada analisis struktural terhadap pelat beton yang dianggap memikul
beban kendaraan melalui kelenturan (bending) yang tinggi dari pelat beton
tersebut.
Dalam pemakaiannya, struktur perkerasan lentur (flexible pavement) secara
umum akan dapat memberikan faktor kenyamanan yang lebih baik bagi
pengemudi. Di pihak lain, struktur perkerasan kaku (rigid pavement) akan lebih
cocok untuk jalan yang dibangun di atas tanah lunak, atau untuk jalan yang sering
memikul beban statis dan/atau beban horizontal. Beberapa perbedaan antara
perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement)

15
2.2.2 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan jalan beton semen portland atau lebih sering disebut perkerasan
kaku atau juga disebut rigid pavement, terdiri dari pelat beton semen dan lapisan
pondasi (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Perkerasan beton yang kaku dan
memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap
bidang area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas
struktur perkerasan diperoleh dari slab beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari lapisan-lapisan tebal
pondasi bawah, pondasi dan lapisan permukaan. Karena yang paling penting
adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang
paling diperhatikan dalam perancangan perkerasanjalan beton semen portland
adalah kekuatan beton itu sendiri, adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan
atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasan
(tebal pelat betonnya), tetapi untuk desain badan jalan (tanah dasar) perlu kajian
geoteknik tersendiri jika ditemukan klasifikasi tanah yang masuk kategori tidak
baik sebagai tanah dasar.
Lapisan pondasi atau kadang-kadang juga dianggap sebagai lapisan pondasi
bawah jika digunakan dibawah perkerasan beton karena beberapa pertimbangan
yaitu untuk kendali terhadap terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi
(drainase bawah perkerasan), serta menjaga kerataan dasar dari pelat beton.
Lapisan pondasi pada struktur perkerasan kaku, bahan merupakan komponen
utama untuk memikul beban kendaraan. Meskipun demikian, pemberian lapisan
pondasi bawah akan dapat meningkatkan daya dukung tanah dasar, khususnya jika
kondisi tanah dasar kurang baik. Fungsi utama dari lapisan pondasi bawah adalah
untuk mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar, mencegah terjadinya
intrusi tanah dasar pada sambungan, memberikan dukungan yang baik dan
seragam terhadap pelat beton, dan sebagai landasan kerja selama pelaksanaan
konstruksi. Lapisan pondasi bawah dapat menggunakan bahan agregat dengan
atau tanpa bahan pengikat (seperti aspal, semen atau kapur).

2.2.3 Tipe Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Struktur perkerasan beton semen dapat dibedakan ke dalam 5 jenis perkerasan

16
beton semen yaitu
1. Perkerasan beton semen "tanpa tulang dengan sambungan" atau "jointed
unreinforced (plain) concrete pavement"
2. Perkerasan beton semen "dengan tulangan dengan sambungan" atau
"jointed reinforced concrete pavement"
3. Perkerasan beton semen "bertulang tanpa sambungan" atau "continuously
reinforced concrete pavement"
4. Perkerasan beton semen "prestressed" atau "prestressed concrete
pavement"
5. Perkerasan beton semen "bertulang fiber" atau "fiber reinforced concrete
pavement"

Pada struktur perkerasan kaku bersambung, pelat beton umumnya dibuat


dengan panjang 5 m atau 6 m selebar lajur jalan. Di setiap sambungan yang teratur
tersebut dibuat perkuatan yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari satu
pelat beton ke pelat beton di sebelahnya. Jika pelat beton ini diberi tulangan, maka
fungsi tulangan tidak untuk memikul beban kendaraan tetapi hanya untuk
mengikat retakan yang mungkin terjadi pada saat jalan ini dioperasikan untuk lalu
lintas, dan sekaligus berfungsi untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian
pelat beton yang retak tersebut.
Struktur perkerasan kaku menerus harus selalu diberi tulangan yang fungsinya
adalah untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian pelat beton yang retak.
Struktur perkerasan kaku menerus memberikan kenyamanan lebih baik karena
tidak terjadinya kebisingan yang biasa terjadi saat kendaraan melintasi
sambungan. Akan tetapi, keretakan melintang pada struktur perkerasan kaku
menerus mungkin terjadi secara acak yang dapat merusak estetika jalan.
Struktur perkerasan kaku menerus dengan tulangan prategang dimaksudkan
untuk menjadikan pelat beton agar selalu dalam kondisi tertekan sehingga akan
dapat mengimbangi tegangan tarik yang ditimbulkan oleh beban kendaraan. Sifat
dari beton semen, seperti telah diketahui secara umum, adalah sangat baik dalam
menerima beban tekan tetapi lemah dalam menerima beban tarik.

17
2.2.4 Konsep Dasar Metode Kontruksi
Konsep dasar metode pelaksanaan konstruksi menfokuskan pada sasaran
manajemen proyek meliputi : progres dan penyelesain proyek agar sesuai dengan
anggaran dan target waktu pelaksanaan, pelaksanaan yang efisien beserta
peningkatan kualitas tenaga kerja dan keadaan pekerjaan yang aman dan
memuaskan, penanganan hubungan kerja sedemikian rupa sehingga tercipta
suasana motivasi juga tercipta organisasi secara team.

2. 2.5 Penerapan Metode Kontruksi


Perlu dipahami dan dimengerti bahwa memperbaiki akibat kesalahan,
biasanya lebih sulit dan lebih mahal dari pada membuat/membangun dari awal
disamping terbuangnya sebagian waktu yang dipunyai. Menurut Mohamad Anas
Aly (2004), seperti halnya pada kegiatan-kegiatan lainnya: kegiatan-kegiatan
dalam kaitannya dengan pelaksanaan kontruksi perkerasan beton semen, sering
ditemui kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang sering
ditemui (dikategorikan sebagai kesalahan umum).
Kesalahan dapat terjadi karena ketidak-tahuan, kealpaan/kelupaan,
kesengajaan, ketidak-disiplinan dan sebagainya. Terlepas dan jenis penyebab
kesalahan tadi, kesalahan umum sangat penting dan menarik untuk dibahas dan
disebar-luaskan agar pelaku pelaksanaan perkerasan beton semen bisa semaksimal
mungkin terhindar dari kesalahan yang sama dikemudian hari. Maka didalam
menerapkan sesuatu metode konstruksi, terlebih dulu perlu dikuasai pengetahuan
tentang metode–metode dasar bagi pelaksanaan suatu konstruksi.

2. 2.6 Penggunaan Teknologi Konstruksi


Urutan kerja yang akan diuraikan adalah urutan kerja pada perkerasan kaku
(rigid pavement) manual. Hal ini merupakan contoh, karena selain manual
terdapat cara lain, yaitu dengan Concrete Finisher G 700.
Adapun Sumber daya yang digunakan untuk satu fleet alat pada perkerasan
kaku (rigid pavement) dengan cara manual terdiri dari:

2.2.7 Produktivitas Kerja

18
Pada pelaksanaan pembangunan jalan tersebut produktivitas kerja sangat
bergantung pada kemampuan sumber daya yang dimiliki dan tersedianya waktu
pelaksanaan.

2.2.8 Penarapan Metode konstruksi


Perlu dipahami dan dimengerti bahwa memperbaiki akibat kesalahan,
biasanya lebih sulit dan lebih mahal dari pada membuat/membangunan dari awal
disamping terbuangnya sebagai waktu yang dipunyai. Menurut Mohamad Anas
Aly (2004), seperti halnya pada kegiatan-kegiatan lainnya: kegiatan-kegiatan
dalam kaitanya dengan pelaksanaan konstruksi perkerasan beton semen, sering
ditemui kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang sering
ditemui (dikategorikan sebagai kesalahan umum).
Kesalahan dapat terjadi karena ketidak-tahuan, kealpaan/kelupaan,
kesengajaan, ketidak-disiplinan dan sebagainya. Terlepas dan jenis penyebab
kesalahan tadi, kesalahan umum sangat penting dan menarik untuk dibahas dan
disebar-luaskan agar pelaku pelaksanaan perkerasan beton semen bisa maksimal
mungkin terhindar dari kesalahan yang sama dikemudian hari. Maka di dalam
menerapkan suatu metode kontruksi, terlebih dulu perlu dikuasai pengetahuan
tentan metode-metode dasar bagi pelaksanaan suatu konstruksi.

2.2.9 Produktivitas Kerja


pada pelaksanaan pembangunan jalan tersebut produktivitas sangat
bergantung pada kemampuan sumber daya yang dimiliki dan tersedianya waktu
pelaksanaan.

2.3 Inventarisasi Data-data


Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan, penyelenggaraan,
pengaturan, pencatatan dan pendaftaran barang inventaris/hak milik inventaris
mengacu pada segala persediaan barang sumber daya yang digunakan dalam
sebuah organisasi yang dapat berbentuk sebagai berikut:
1. Bahan Mentah
2. Pekerjaan Dalam proses

19
3. Barang jadi
4. suku cadang komponen
Persediaan mempunyai manfaat sebagai pemanfaatan realistis dan sebesar-
besarnya dari sebagai perlengkapan kantor dan demi lancarnya aktifitas kerja
pegawai, adalah :
1.inventarisasi menurut Budiono (2005 : 2007) merupakan pencatatan pendaftaran
barang-barang milik kantor yang dipakai dalam melaksanakan tugas.
2.invetaris menurut Budiono (2005 : 2007) merpakan daftar yang memuat semua
barang milik kantor yang dipakai dalam melaksanakan tugas. Inventarisasi barang
merupakan kegiatan untuk melakukan pencatatan dan pendaftaran barang pada
suatu saat tertentu.
Inventarisasi data mempermudah kita dalam mengumpulkan alat barang dan
pekerjaan proyek, pada umumnya insinyur atau kontraktor inventarisasi data. Di
samping itu juga dimaksudkan untuk memudahkan penulis memuat data-data
yangtelah di peroleh, data itulah yang merupakan bahan pokok pembuatan sebuah
proyek.
Untuk kelancaran pekerjaan maka pemborong di wajibkan :
1.mendatangkan barang-barang yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut tepat
pada waktunya, dengan kualitas/mutu bahan yang dapat diterima oleh
direksi/pengawas lapangan.
2.menyediakan peralatan kerja dan tenaga kerja yang di perlukan sesuai dengan
pengerjaan.
Bahan-bahan tersebut harus di datangkan dalam keadaan baru sama sekali,
kecuali ditentukan lain dalam persyaratan kontrak seperti dalam tabel.

Tabel 2.1 Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
1. Besi beton ulir/polos
2. Kawat beton
3. Kayu kelas III
4. Paku
5. Semen PC
6. Pasir urug
7. Pasir pasang/pasir beton
8. Split
9. Kayu kelas II

20
10. Polywood
11. Kayu bulat
12. Solar
13. Bensin
14. Pelumas
15. Air
16. Concrete mixer (Mobil Molen)
17. Mesin Molen
18. kasutan
19. pleser
20. Meteran
21. water pass

2.4 Kompilasi Data – Data


Kompilasi data adalah suatu proses pengumpulan data untuk diseleksi, ditabulasi
dan dikelompokkan secara sistematis sesuai dengan kebutuhan data yang
diperlukan.
Merujuk pada kamus besar bahasa indonesia, kompilasi merupakan kata benda
yang berarti kumpulan yang tersusun secara teratur (contohnya daftar informasi,
karangan dan sebagainya). Secara etimologi, istilah kompilasi diserap dari kata
compilation dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin compilatio(n-).
Kata tersebut sendiri diambil dari kata compilare yang berarti untuk menjarah atau
untuk mengumpulkan. Berikut adalah table kompilasi data-data.
Pekerjaan ini dilaksanakan dilokasi yang ditentukan sesuai dengan rencana
yaitu lokasi yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, sesuai dengan
yang ditunjuk didalam Aanwijzing lapangan, yang berada diruas jalan Desa
Mampuak I. Dalam pengolahan data dilakukan dengan memilah bagaimana proses
pelaksanaan pembangunan jalan tersebut yang meliputi pekerjaan umum,
pekerjaan tanah, pekerjaan perkerasan berbutir, dan pekerjaan struktur.

Data–data proyek sebagai berikut :


1. Nama Proyek : Peningkatan Jalan Menuju SD Desa Mampuak I
2. Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan Peningkatan Jalan dengan Konstruksi Beton
3. Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum Barito Utara
4. Kontraktor Pelaksana : CV.PERDANA ABADI
5. Pemimpin Bagian Proyek : SRINAWATI

21
6. Nomor Kontrak/Tanggal : 1208/PP/DISPU/2015/19 November 2015
7. Nomor SPMK Tanggal : 931/DPPA-SKPD/DUSPU-CK/2015/20 November
2015
8. Nilai Kontrak (Ind PPn) : Rp. 138.300.000,00
9. Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran 2015 dan 2016
10. Waktu Pelaksanaan 30 hari
11. Masa Pemeliharaan 180 hari

Data Awal ruas jalan Nasional merupakan jalan antar propinsi dengan
perkerasan aspal, lebar perkerasan jalan 6,0 meter dan bahu 1,0 meter. Dengan
kondisi jalan yang telah mengalami kerusakan yang cukup parah karena dilalui
oleh truk dengan kapasitas yang besar melebihi peruntukan jalannya.

1. Data Umum
1. Lokasi Proyek :
Desa Lampuyang (Km. 97+800 s/d Km. 113+000) Kab. KOTIM
Propinsi Kalimantan Tengah
2) Panjang Jalan yang ditangani Efektif 1.500 m (1,5 Km)
Fungsional 13.200 m (13,2 Km) Km.97+800 s/d 113+000 (setempat-
setempat).
3) Lebar rencana perkerasan badan jalan 7,0 Meter dan Bahu Jalan 1,0 Mete

Tabel 2.2
Harga Satuan
No Uraian Satuan Koefisien
(Rp)
1 Semen Portland Kg 371,00 720.482,00
2 Pasir Beton Kg 698,00 198.431,00
3 Kerikil Kg 1.047,00 576.160,22
4 Air Liter 215,00 16.082,00
5 Besi Beton (Ulir) Kg 10,50 14.960,00
6 Kawat Beton Kg 0,15 21.940,00
7 Kayu Kelas III M3 0,05 3.490.000,00
8 Paku 5 cm – 10 cm kg 0,30 14.960,00
9 Pasir Urug M3 1,20 139.849,00

22
2.5 Lingkup dan Uraian Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan Desa Mampuak I Pekerjaan
terdiri dari :
1. penggalian, penimbunan, pembersihan dan pemadatan
2. Pengadaan dan penghamparan agregat termasuk penyebaran dan pemadatan
agregat
3. Pekerjaan Beton K-100
4. Pengadaan dan pemasangan pembesian
5. Pengadaan dan pembuatan konstruksi beton (Rigid Pavement) K-250

2.6 Spesifikasi Pekerjaan


Umum
Dalam kamus besar bahasa Indonesia spesifikasiadalah perincian tentang
rencana, jika dikaitkan dengan sebuah produk maka dapat diartikan sebagai
perincian tentang rencana dari sebuah produk. Dalam industry jasa konstruksi
produk yang dihasilkan adalah bangunan fisik, yang terdiri dari berbagai
komponen jalan ( lantai jalan, lapisan agregat ).
Spesifikasi dapat didefinisikan sebagai deskripsi secara tertulis dari sebuah
produk (dalam industry jasa berupa bangunan fisik) atau metode secara lengkap
sehingga dapat digunakan sebagai acuan oleh penyedia jasa untuk memenuhi
semua keinginan pengguna jasa.

Tujuan
Metode kerja/rencana kerja mempunyai penggunaan untuk mencapai hasil
fisik yang dapat dipertanggungjawabkan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, dengan demikian urutan kerjanya adalah sebagai berikut, penyediaan
bahan, tenaga kerja dan peralatan kerja harus disusun secara sistimatis.

Bentuk dan isi


Untuk memudahkan pembacaan dibuat dalam bentuk diagram atau grafis
(time schedule, network planning, schedule bahan, schedule tenaga, schedule alat

23
dan diagram pengendali cuaca). Dalam Pembuatan Rencana Kerja berisikan
program dari waktu ke waktu tentang :

1. Pelaksanaan bagian-bagian item pekerjaan.


2. Pendatangan macam-macam bahan dan peralatan kerja serta jumlahnya.
3. Penggunaan bermacam-macam tenaga dan peralatan kerja serta jumlahnya.

Fungsi dan kegunaan


1. Mempermudah urutan tahap pelaksanaan pekerjaan fisik.
2. Mempermudah pendatangan bahan menurut waktu dan kebutuhannya.
3. Mempermudah pendatangan tenaga kerja menurut waktu dan kebutuhannya.
4. Mempermudah pendatangan peralatan kerja menurut waktu dan kebutuhannya.
5. Pelaksanaan pekerjaan menjadi lancar dan effektif.
6. Pengendalian biaya dan waktu lebih akurat dan effektif.
Bila terjadi force majeure akan tercatat lebih akurat, sehingga mempermudah
pembuktian guna meminta perpanjangan waktu.

2.6.1 PEKERJAAN TANAH


Timbunan Pilihan
1. Pekerjaan timbunan tanah menggunakan tanah pilihan atau sesuai dengan
spesifikasi . Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dan dipadatkan sesuai
spesifikasi.
2. Sebelum dilakukan penimbunan, maka area yang akan di timbun dibersihkan
dahulu dari material-material yang tidak diperlukan.
3. Dilakukan pengukuran untuk menentukan elevasi dari timbunan.
4. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis dipadatkan dengan
menggunakan alat Vibratory Roller sampai batas elevasi yang sudah
ditentukan.
Peralatan :
1. Dump Truck
2. Vibratory Roller
3. Water Tank

24
2.6.2 PEKERJAAN BERBUTIR
Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Penghamparan lapis pondasi agregat klas B dilakukan setelah Membersihkan
area dari bahan-bahan yang tidak terpakai. Melakukan setting pengukuran untuk
menentukan elevasi dari timbunan yang akan dihampar. Memasang patok-patok
profil untuk memberi batasan dari timbunan. Setelah dihampar kemudian dibentuk
dengan menggunakan Manual dengan menggunakan alat bantu kemudian
dilakukan pemadatan dengan menggunakan Vibratory Roller. Apabila kondisi
agregat kering, maka perlu diadakan penyiraman agar tercapai kadar air optimum.

Peralatan :
1. Dump Truck
2. Vibratory Roller
3. Water Tanker
4. Alat Bantu

2.6.3 PEKERJAAN STRUKTUR


Beton K-100 dan beton K-250
Pekerjaan beton K-100 dilaksanakan disini adalah sebagai lantai kerja
sedangkan pekerjaan beton K-125 sebagai plat beton.
1. Setting pengukuran untuk menentukan elevasi dan luasan dari lantai kerja.
2. Pemasangan patok-patok sebagai batasan dalam pengecoran, serta membuat
cetakan beton.
3. Pengecoran beton dengan menggunakan alat concrete mixer.

Peralatan :
1. Concrete Mixer
2. Concrete Vibrator
3. Alat Bantu

Bekisting

25
1. Perancah dibuat sedemikian rupa sehingga kuat menahan beban bekisting dan
beban material selama pelaksanaan sampai dengan pembongkaran.
2. Pabrikasi bekisting sesuai metode yang disetujui Direksi.
3. Pemasangan bekisting sesuai dengan profil, elevasi dan dimensi sesuai gambar
4. Perkuatan bekisting terutama pada sisi luar ditambahkan dengan skor.

Baja Tulangan BJ 16 Ulir


Pekerjaan Pembesian BJ 24 dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan
bekisting sehingga untuk penyetelan kedudukan dapat dikondisikan dengan
persyaratan kedudukan besi tulangan dengan bekisting sesuai dengan shop
drawing. Pekerjaan pembesian dikerjakan dengan :
1. Pemotongan besi dengan menggunakan gunting besi
2. Sedang untuk pembengkokan dengan menggunakan tenaga manusia
3. Besi dipotong sesuai dengan ukuran yang ada dalam gambar shop drawing,
pemotongan dilakukan dengan menggunakan gunting besi.
4. Setelah dilakukan pemotongan sesuai ukuran yang dikehendaki maka besi
mulai dibengkokan dengan menggunakan alat pembengkok.
5. Penyimpanan tiap besi yang sudah dibengkokkan diberi tanda untuk
mengelompokkan bagian-bagiannya agar mudah pada saat akan merangkai.
6. Pengikatan rangkaian besi beton digunakan kawat beton.

Pembesian dengan baja tulangan U-16 Ulir.


1. Pemotongan besi dan pembengkokan besi dilaksanakan di base camp.
2. Pabrikasi besi sesuai metode dan sesuai gambar kerja yang disetujui Direksi.
3. Penyetelan besi beton sesuai dengan gambar.
4. Ikatan-ikatan antar tulangan terikat dengan baik.
5. Panjang tulangan lewatan sesuai dengan aturan panjang lewatan yang
ditentukan.
6. Pembersihan bekisting dari kotoran atau bahan-bahan yang dapat mengurangi
kekuatan konstruksi.

Pengecoran

26
1. Pengecekan kekuatan perancah
2. Penempatan alat, tenaga dan lalu-lintas pekerja sedemikian rupa sehingga
mempermudah pelaksanaan pengecoran.
3. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan dengan bantuan talang cor yang dibuat
dari seng talang dan dipasang miring.
4. Penggetaran dilakukan dengan benar, concrete vibrator diposisikan tegak lurus
terhadap permukaan beton/cor, kecuali dalam keadaan khusus kemiringan
boleh 45º
5. Pengecoran dihentikan bila elevasi beton pada cetakan telah terpenuhi pada

Pembongkaran bekisting
Setelah mendapat persetujuan Direksi dan beton telah mencapai umur,
bekisting tersebut segera dibongkar.

Curing/Perawatan Beton
Perawatan dengan cara menyiram air sampai dengan umur beton mencapai 14
hari
Peralatan yang digunakan :
1. Concrete Mixer
2. Water Tanker
3. Concrete Vibrator
4. Alat Bantu

2.7 Pemilihan dan penggunaan Teknologi


Pada pekerjaaan pembangunan jalan peralatan dan material yang
dipergunakan meliputi antara lainnnya : alat bantu penghampar (sekop), balok
vibrator, genset 27 kva, form work, alat grooving, concrete cutter, jembatan kasut
(3 buah), straight edge, alat penyemprot curing compound, water tank, batching
plan (produksi beton sendiri), truck mixer (produksi beton sendiri) dan genset dan
lampu (kerja malam hari).

2.8 Penerapan Metode Kontruksi

27
2.8.1 Tahap Persiapan Awal
Tahap persiapan awal terdiri dari
1. Penyedia jasa harus membersihkan segala sesuatu yang kemungkinan akan
dapat mengganggu pelaksanaan, pada waktu ataupun setelah selesainya
pekerjaan.
2. Selama berlangsungnya pekerjaan penyedia jasa harus dapat menjaga
ketertiban dan kenyamanan lingkungan sekitar yang dimungkinkan akan
terganggu oleh jalannya proyek.
3. Penyedia jasa harus memasang nama pekerjaan satu unit.
4. Penyedia jasa melaksanakan segala pekerjaan menurut dokumen kontrak,
instruksi-instruksi tertulis dari pengawas lapangan.
5. Direksi pengawas lapangan berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan
oleh penyedia jasa pada setiap waktu.
6. Pekerja yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan
(spesifikasi) atau gambar-gambar instruksi tertulis dari direksi harus diperbaiki
atau dibongkar. Semua biayayang diperlukan untuk menjadi tanggung jawab
pemborong.
7. Semua bahan yang akan dipakai harus mendapat persetujuan direksi.

2.8.2 Tahap Pelaksanaan


Tahap pelaksanaan terdiri dari
1. Dilakukan pemasangan plastic sheet, list segitiga (crack inducer) serta
penulangan pada joint-joint sesuai dengan rencana segmentalnya yang
telah disetujui oleh konsultan.
2. Transversal joint menggunakan dowel bar dan harus dipasang sejajar
dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton. Ujung dowel harus
dipotong (gerinda) agar permukaan rata. Ukuran bagian dowel yang diberi
pelumas harus sesuai gambar kerja agar bagian tersebut tidak ada lekatan
dengan beton. Penutup (selubung) dowel dari PVC harus dipasang pada
setiap batang dowel dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
Longitudinal joint menggunakan tie bar.
3. Beton yang dihamparkan dua lapis maka tulangan dipasang di atas lapisan

28
beton yang pertama dan telah digetarkan dan dipadatkan sampai panjang
dan kedalaman tertentu sehingga anyaman kawat baja dan tulangan dapat
diletakkan dengan tepat, penghamparan beton lapis ke dua dilakukan tidak
lebih dari 30 menit setelah lapisan pertama dihamparkan.
4. Baja tulangan yang akan dipasang dibersihkan dari kotoran yang akan
mengganggu kelekatan baja tulangan dan beton.
5. Material beton yang akan dituang diperiksa nilai slumpnya dan nilai slump
beton harus stabil selama penghamparan, kemudian diambil sampel untuk
pemeriksaan kuat tekan di laboratorium. Penghamparan material beton
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari teknisi laborat dan
konsultan pengawas.
6. Peralatan permukaan perkerasan secara manual dilakukan dengan
menggunakan mistar lurus pengupas tidak kurang dari 1.8 m dan
dilakukan paling sedikit 2 kali lintasan. Bila masih terdapat permukaan
yang tidak rata maka harus dipadatkan lagi dan diikuti perataan dengan
mistar lurus.Penghalusan permukaan perkerasan secara manual dapat
dilakukan dengan alat pelepa memanjang yang dioperasikan manual
dengan panjang tidak kurang dari 35 cm dan lebar tidak kurang dari 15 cm
yang dilengkapi dengan pengaku agar tidak melengkung atau melentur.
Alat pelepas digerakkan di atas jembatan yang dipasang membentang di
kedua sisi form work tanpa menyentuh permukaan perkerasan dan
digerakkan maju mundur search sumbu perkerasan dengan pergeseran
tidak lebih dari setengah panjang pelepa. Kelebihan air di permukaan
perkerasan akibat bleeding harus dibuang ke sisi form work pada setiap
lintasan.
7. Diperiksa kerataan permukaan perkerasan dengan menggunakan straight
edge 3 m dengan toleransi kerataan kurang dari 3 mm.
8. Dilakukan grooving (pembuatan tekstur) melintang dan memanjang
kurang lebih 30 – 60 menit setelah penghamparan sesuai dengan petunjuk
konsultan pengawas dengan alat yang disetujui oleh konsultan.
9. Dilakukan penyemprotan perkerasan yang terekspos dengan bahan curing
compound. Penyemprotan secara mekanis dilakukan dengan alat yang

29
telah disetujui oleh konsultan dengan takaran 0.22–0.27 liter/m2 atau jika
penyemprotan dilakukan secara manual maka curing compound digunakan
dengan takaran 0.27–0.36 liter/m2. Alur-alur di atas sambungan harus
ditutup pada saat penyemprotan.
10. Setelah penyemprotan bahan curing compound permukaan perkerasan
ditutup dengan karung goni atau bahan lain yang disetujui oleh konsultan
pengawas. 
11. Dilakukan pembongkaran form work untuk sideform dan endform ± 6-8
jam setelah selesai penghamparan atau sesuai dengan petunjuk konsultan
pengawas.
13. Jika setelah pembongkaran acuan terdapat daerah rongga (honey comb),
harus dilakukan perbaikan. Daerah rongga yang kecil harus dibersihkan,
dibasahi, didempul dengan adukan pasta semen 1 pc : 2 ps.

2.8.3 Tahap Perawatan


1. Perawatan (curing) dilakukan penutupan permukaan perkerasan dengan
karung goni atau bahan lain yang disetujui oleh konsultan pengawas dan
dilakukan penyiraman 3 – 4 kali sehari selama 7 hari berturut-turut. Perawatan
(curing) konstruksi beton "segar" dimaksudkan untuk mengupayakan agar
tidak terjadi "dehidrasi" kadar air campuran terlalu cepat. Dehidrasi yang
terlalu cepat dapat berakibat pada tak terkendalinya proses 'shrinkage' dan
penurunan mutu beton khususnya strength. Secara umum perawatan/curing
dapat dibagi dalam 3 tahap
a. Tahap sangat awal, setelah penggelaran selesai, dilakukan dengan
perlindungan atap plastik segitiga
b. Tahap awal, setelah finishing dan texturing selesai, dengan penyemprotan
bahan curing compound
c. Tahap akhir, setelah saw cutting dengan 'wet burlap' atau plastik/terpal.
2. Perkerasan beton boleh dilalui dengan kendaraan proyek setelah mencapai
kekuatan 90%, yaitu kekuatan beton umur 28 hari, dan dapat dilalui kendaraan
ringan setelah umur beton 3 hari.

30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

2.9 Kesimpulan
Peningkatan jalan menuju sd desa mampuak I dilaksanakan oleh CV.
PERDANA ABADI yang mana proyek ini didanai oleh APBD Kabupaten Barito
Utara tahun 2015. Dimana proyek tersebut direncanakan untuk kepentingan
umum yang tujuan akhirnya mempunyai aspek ekonomis, sosial politik dan
pertahanan keamanan dengan menggunakan keseluruhan aktivitas dari sumber–
sumber yang ada guna mendapatkan manfaat atau memperoleh hasil dimasa
yang akan datang.

2.10 Saran

Dari permasalahan yang diuraikan diatas disarankan sebagai berikut


1. Bagi Pelaksana pekerjaan jalan rigid pavement harus mengerti tahapan-
tahapan pekerjaan/bagan alur pekerjaan
2. Perlu intensifikasi pada bahasan tentang kesalahan umum konstruksi
pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton semen (rigid pavement) dan
menuangkannya dalam buku pedoman yang mencakup bahasan, pengertian
umum, dan petunjuk perbaikan kesalahan baik dalam bentuk SNI maupun non
SNI.

31
3. Pada kegiatan konstruksi perkerasan jalan beton semen harus
menggunakan peralatan relative lebih canggih, baik yang mempunyai multi
fungsi atau menggabungkan beberapa fungsi alat dalam satu alat. Atau
peralatan yang lebih sederhana namun fungsi dan kegunaan sesuai dengan
fungsi dan kegunaannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

M. Anas Aly (1992), Rekaman Kesalahan Umum/Common Mistakes Pelaksanaan


Jalan Beton Semen di Indonesia. Penerbit Yayasan Pengembang Teknologi
dan Manajemen

Agus 1qbal Manu. (1995), Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Yayasan Badan
Penerbit PU PT. Mediatama Saptakarya

Depkimpraswil (2002), Perencanaan dan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton


Semen. Penerbit Pusat Litbang Prasarana Transportasi Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah

M. Anas Aly (2004), Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen. Penerbit Yayasan
Pengembang Teknologi dan Manajemen

Ari Suryawan (2005), Perkerasan Jalan Beton Semen Portland. Penerbit Beta
Offet

33

Anda mungkin juga menyukai