Anda di halaman 1dari 11

Analisis Daya Dukung Bored Pile Pada Pembangunan Pondasi Jembatan Kali Kenteng

dan Kali Serang Segmen Susukan di Ruas Jalan Tol Salatiga-Kartasura,


PT.Waskita Karya (Persero), Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Reza Afrizona Fauzih1*, Najib Najib1, Narulita Santi1


1
Departemen Teknik Geologi Universitas Diponegoro
Jl. Profesor H. Soedarto SH., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275-Indonesia

Abstrak
Jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang merupakan salah satu proyek dari 4 pembangunan jembatan
di ruas jalan tol Salatiga – Kartasura (STA 47+860.50 ~ 48+348.52). Jembatan ini terletak di terusan
Kali Kenteng dan Kali Serang yang terdapat pada daerah Susukan, Kabupaten Semarang.
Permasalahan yang ditemukan pada sepanjang jalur Salatiga ini adalah akibat morfologi dan
kelerengan yang cukup curam, grid elevasinya mencapai 10-15º yang dapat membahayakan pengguna
jalan dan dapat membuat kemacetan panjang. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui
persebaran tanah dan batuan secara vertikal dan lateral, mengetahui kapasitas daya dukung yang
diijinkan pada pondasi pembangunan jembatan, dan mengetahui litologi dan kedalaman yang tepat
sebagai batuan pondasi jembatan untuk rekomendasi desain pondasi tiang pancang. Jenis pondasi yang
digunakan dalam pembangunan jembatan tersebut yakni pondasi bored pile. Kapasitas daya dukung
maksimum dan beban maksimum yang diizinkan ditentukan berdasarkan analisis data yakni uji SPT
(Standart Penetration Test), param sifat fisik tanah (berat jenis) dan sifat mekanik tanah (kohesi dan
sudut geser dalam). Berdasarkan pemetaan geologi teknik, daerah penelitian memiliki satuan breksi
vulkanik dan satuan lempung. Hasil perhitungan menggunakan metode Uji SPT dan sifat fisik dan
mekanik tanah, menunjukkan nilai diameter 1,5 mampu menjadi pondasi daerah tersebut pada
kedalaman yang berbeda. Nilai yang direkomendasikan menggunakan pengujian SPT lebih cocok
karena memiliki nilai daya dukung yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode sifat
fisik dan mekanik tanah. Batuan yang cocok menjadi pondasi adalah breksi vulkanik.
Kata Kunci : Daya Dukung Tanah; jembatan, Segmen Susukan; Standard Penetration Test; Pondasi
Bored Pile.

Abstract
Kenteng and Serang rivers bridge is one of the 4 bridge development project at Salatiga – Kartasura
highway roads (STA 47+860.50 ~ 48+348.52). This bridge located in Kenteng and Serang rivers
canal at Susukan area, Semarang District. The problems found along the Salatiga city lane are due to
steep morphology and slope, the elevation grid reaches 10-15 degrees, can endanger road users and
create long congestion. The purpose of the study was to determine the distribution of soil and rock
vertically and laterally, to determine the allowable bearing capacity of the foundation of the bridge
construction, and to know the lithology and depth that are suitable of the pole as a recommendation
for the company. One of the foundation used in the development of the bridge is bored pile foundation.
Ultimate bearing capacity and allowable bearing capacity is determined by the SPT (Standart
Penetration Test) analysis result test, physical properties of the soil param (specific gravity) and
mechanical properties of the soil (cohesion and direct shear). Based on geothecnical mapping, the
research area is consist of volcanic breccia and clay. Calculation result using SPT and physical and
mechanical properties of the soil in diameter 1,5 able to become the foundation of the area at different
depths. The recommended value to use is the SPT test because it gives more bearing capacity value
than the physical and mechanical properties of soil test. Which is litologhy suitable for foundation are
volcanic breccia.
Keywords: Bearing Capacity; bridge; Susukan segment, Standard Penetration Test; Bored Pile
Foundation.

*) Korespondensi: rezaafrizona13796@gmail.com
PENDAHULUAN vertikal dan lateral disekitar proyek jembatan
Latar Belakang Kali Kenteng dan Kali Serang, mengetahui sifat
Jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang fisik dan mekanik untuk menentukan nilai
merupakan salah satu proyek dari 4 kapasitas daya dukung yang dapat ditopang pada
pembangunan jembatan di ruas jalan tol pondasi jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang,
Salatiga-Kartasura (STA 47+860.50 ~ kemudian mengetahui litologi batuan yang tepat
48+348.52). Jembatan yang terletak di terusan sebagai batuan pondasi jembatan untuk
Kali Kenteng dan Kali Serang pada daerah rekomendasi desain pondasi tiang pancang
Susukan, Salatiga ini merupakan jembatan jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang.
penghubung jalan tol yang sedang dalam proses
pembangunan oleh PT. Waskita Karya. Hal Lokasi Penelitian
tersebut membuat jalur ini nantinya tidak pernah Jembatan ini merupakan jembatan yang
sepi dilalui oleh kendaraan bermuatan berat dibangun di atas Kali Kenteng dan Kali Serang.
ataupun ringan. Secara geografis terletak pada koordinat 49 M
Permasalahan yang ditemukan pada 434099,564 mE dan 9181160,175 mS (Gambar
sepanjang jalur Salatiga ini adalah akibat 1). Secara administratif terletak di Kecamatan
morfologi dan kelerengan yang cukup curam, Susukan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
grid elevasinya mencapai 10o-15o yang dapat Tengah.
membahayakan pengguna jalan dan dapat
membuat kemacetan panjang (Nailufar, 2018). TINJAUAN PUSTAKA
Penanggulangan masalah tersebut adalah dengan Geologi Regional
membangun jembatan serta perlu dilakukannya Stratigrafi regional daerah penelitian yang
pemeliharaan sarana transportasi ruas jalan tol dimuat dari Peta Geologi Regional daerah
secara berkala. Padang menurut Sukardi dan Budhitrisna (1992)
Setiap perubahan roman muka bumi untuk daerah penelitian merupakan bagian dari peta
keperluan kontruksi suatu bangunan, selalu geologi Lembar Salatiga, Jawa (Sukardi dan
melibatkan kajian keamanan dan antisipasi agar Budhitrisna, 1992) yang dapat dijabarkan
kontruksi tersebut kuat dan aman. Kondisi sebagai berikut:
kontruksi tersebut diawali dengan pendekatan Batuan gunungapi menutup tak selaras batuan
secara geoteknik. (Zakaria, 2003). Dalam proyek yang lebih tua dari sedimen Lajur Kendeng,
pembangunan jembatan Kali Kenteng dan Kali terdiri dari Breksi Gunungapi (Qvb) berumur
Serang ini dibutuhkan kajian bidang geoteknik Plistosen Akhir dan Batuan Gunungapi tak
pada lokasi proyek baik pada persebaran tanah Terpisahkan hasil erupsi G. Ungaran, G.
dan batuan secara vertical dan lateral. Merbabu dan G. Lawu (Qv(u,m,l)). Secara
Penyelidikan bawah permukaan mencakup stratigrafi lokasi penelitian termasuk dalam
jumlah pengeboran yang cukup untuk formasi Batuan Gunungapi Tak Terpisahkan
mengetahui kondisi dan sifat tanah serta (Qv(m)) seperti yang ditunjukkan pada Gambar
kedalaman batuan dasar. Tanah adalah 2. Material penyusun formasi ini berupa breksi
akumulasi partikel mineral yang tidak gunungapi, lava, tuff, dan breksi lahar. Jika
mempunyai/lemah ikatan antar partikelnya, yang dilihat pada Peta Geologi regional Lembar
terbentuk karena pelapukan dari batuan (Craig, Salatiga, Jawa (Sukardi dan Budhitrisna, 1992).
1987).
Penyelidikan geoteknik ini dapat Batuan dan Tanah
menunjukkan nilai kapasitas daya dukung Menurut Peck dkk (1996), batuan dianggap
pondasi untuk menentukan nilai beban yang sebagai suatu agregat atau butiran mineral yang
dapat ditopang pada pondasi (Zufialdi, 2016). direkatkan dengan kuat secara permanen,
Hal tersebut sangat diperlukan untuk sedangkan menurut Nandi (2010), batuan
menghitung efektivitas dan efisiensi pembuatan merupakan kumpulan dari satu atau lebih jenis
pondasi jembatan sebagai rekomendasi desain mineral yang berdasarkan genesa, tekstur dan
pondasi tiang pancang jembatan Kali Kenteng komposisinya dibagi menjadi 3 yaitu batuan
dan Kali Serang. beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Batuan dibutuhkan oleh manusia dalam banyak
kondisi persebaran tanah dan batuan secara bidang salah satunya bidang industri-konstruksi.

88
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Peta Batas Administrasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Semarang 2011-
2031)

Gambar 2. Peta Geologi Lembar Salatiga, Jawa (Sukardi dan Budhitrisna, 1992).

89
Tanah adalah campuran berbagai butiran Qs = Σ p ∆L f
mineral tanah berbagai ukuran yang terdapat Dengan σr = tegangan referensi = 100 kN/m2
pori-pori diantaranya. Pori-pori ini dapat terisi
air ketika dalam keadaan jenuh, terisi air, dan Kapasitas Daya Dukung Tiang dari Uji
udara ketika dalam keadaan jenuh sebagian dan Laboratorium
terisi udara ketika dalam keadaan kering. Tekanan Overburden Pada Dasar Pondasi
Butiran ini berasal dari pelapukan batuan secara Po = Df x γ
mekanik dan kimiawi yang dikenal sebagai Po : Tekanan overburden
kerikil, pasir, lanau dan lempung. Df : Kedalaman pondasi
Peck dkk. (1996) menyebutkan bahwa tanah γ : Berat volume tanah
dianggap sebagai suatu agregat alam yang
berasal dari butiran mineral, dengan atau tanpa Faktor Bentuk Pondasi
adanya material organik, dimana dapat Nilai sc untuk sembarang  yaitu:
dipisahkan dengan cara mekanis ringan seperti sc = 1 + 0.2 (B/L) tg2 (45 + /2)
pengadukan dalam air. Tanah dalam teknik sipil Nilai sq=sγ untuk  ≥10o yaitu:
dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk dari sq = sγ = 1+ 0.1 (B/L) ) tg2 (45 + /2)
pelapukan secara geologi dimana dapat digali Nilai sq=sγ untuk  = 0 adalah 1
dan diambil sampelnya tanpa perlu dilakukan B : Diam pondasi (m)
peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan L : Panjang bentuk dasar pondasi (m)
pengeboran (Hendarsin, 2000).  : Sudut gesek dalam
B/L = 1 jika pondasi berbentuk lingkaran (tiang)
Penyelidikan Geoteknik
Penyelidikan geoteknik dilakukan untuk Faktor Kedalaman Pondasi
mendapatkan data yang dapat digunakan untuk Nilai dc untuk sembarang yaitu:
memperoleh gambaran 3D dari lapangan yang dc = 1 + 0.4 (D/B)
akan ditemui dan sangat berpengaruh pada Nilai dq=dγ untuk yaitu:
konstruksi dari suatu proyek (Price, 2010). dq = 1 + 2 (D/B) tan  (1-sin )2
Penyelidikan geoteknik dalam suatu konstruksi Nilai dγ untuk  = 0 adalah 1
ada yang dilakukan di lapangan dan D : Kedalaman pondasi (m)
laboratorium. Penyelidikan lapangan mencakup B : Diam pondasi (m)
suvei pendahuluan, pengujian penetrasi  : Sudut gesek dalam
(Standard Penetration Test dan Cone Jika D/B lebih dari 1 maka D/B diganti
Penetration Test) dan pengambilan sampel inti dengan arc tan (D/B)
tanah (core), sedangkan untuk laboratorium
dilakukan uji untuk klasifikasi tanah, uji Faktor Kemiringan Beban
pemadatan, uji karakteristik kekuatan, uji Nilai ic = iq untuk sembarang  yaitu:
karakteristik deformasi dan uji permeabilitas air ic = iq = [1-(δo/90o)]2
(Sosrodarsono dan Nakazawa, 2000). Nilai iγ untuk  ≥10o yaitu:
iγ = [1-(δo/)]2
Kapasitas Daya Dukung Nilai iγ untuk  = 0 adalah 1
Kapasitas Daya Dukung Tiang dari Standard  : Sudut gesek dalam
Penetration Test (Meyerhof, 1976) δ : Sudut kemiringan beban terhadap garis vertikal
Tahanan Ujung Tiang (Qb)
fb = 0,4 N60’ (L/d) σr ≤ 4 N60’ σr (kN/m2) Berdasarkan bentuk pondasi, kemiringan
beban dan kuat geser tanah di atas dasar
Tahanan Gesek pondasinya Meyerhof dan Brinch Hansen
fs = 1/50 σr N (kN/m2) memberikan persamaan daya dukung
(Hardiyatmo,2006).
Tahanan Ujung Tiang (Qb) Qu = sc dc ic cNc + sq dq iq Po Nq + sγ dγ iγ 0.5 B’γNγ
fb = 19,7 σr (N60’)0,36 (kN/m2) Qu : Kapasitas daya dukung ultimit
Nc, Nq, Nγ : Faktor kapasitas dukung untuk
Tahanan Gesek Satuan pondasi memanjang
fs = 0,224 σr (N60’)0,29 (kN/m2) sc, sq, sγ : Faktor bentuk pondasi

90
dc, dq, dγ : Faktor kedalaman pondasi kapasitas beban maksimal yang telah
ic, iq, iγ : Faktor kemiringan beban diperhitungkan dengan nilai faktor keamanan
B’ : Lebar pondasi efektif cukup tinggi.
Po : Tekanan overburden pada dasar Penentuan satuan geologi teknik dilakukan
pondasi berdasarkan hasil dari analisis laboratorium,
Df : Kedalaman pondasi antara lain deskripsi, sifat fisik dan sifat
γ : Berat volume tanah mekanik dari tanah. Sifat keteknikan tersebut
berdasarkan sampel yang diambil dari hasil
METODOLOGI pengeboran.
Pemetaan Lapangan
Penyelidikan tanah dan pemetaan geologi teknik Uji Laboratorium
merupakan salah satu tahapan yang sangat Analisis distribusi ukuran butiran
penting dalam suatu pekerjaan geologi teknik Distribusi ukuran butiran (Grain Size Analysis)
untuk mengetahui karakteristik tanah di sekitar adalah penentuan persentase berat butiran pada
lokasi dalam hal ini lokasi pengeboran atau satu unit saringan, dengan ukuran diam lubang
lokasi tempat perencanaan dibangunnya tertentu. Bertujuan untuk pengelompokkan tanah
jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang. Data seperti: tanah berbutir kasar tersusun dari
hasil penyelidikan dan pemetaan geologi teknik material berukuran kerikil dan pasir, tanah
dipakai untuk menentukan persebaran lapisan berbutir halus tersusun dari material berukuran
tanah yang kemungkinan akan ditemukan saat lanau dan lempung.
melakukan pengeboran, sehingga dapat Pengukuran butiran dilakukan analisis/ tes
mempersiapkan peralatan bor yang diperlukan ayakan berdasarkan masing-masing kedalaman
dan juga untuk memperkirakan kendala-kendala tiap 5 m serta ukuran Butir dikatakan seragam
yang mungkin terjadi saat pengeboran apabila: Tidak Seragam: 5 < Cu < 15, Seragam:
dilakukan. Di daerah penelitian tidak terdapat Cu ≤ 5, gradasi sangat baik apabila Cu > 15,
singkapan atau lereng yang dapat dianalisis dari baik mempunyai nilai 1 < Cc < 3 apabila Cu > 4
segi keteknikan. Penyelidikan dan pemetaan (untuk tanah kerikil) dan Cu > 6 / Cc < 6 (untuk
geologi teknik dilakukan dalam area seluas pasir), serta Cc antara 1 – 3 (untuk kerikil dan
500m x 400m. pasir).

Pengambilan Sampel Analisis kadar air, berat isi, berat jenis, dan uji
Pengumpulan data primer seperti hasil analisis geser langsung
dilapangan dan laboratorium berupa Grain Size Analisis kadar air, berat isi, berat jenis dan uji
Accumulation Curve (AASHTO Classification) geser langsung menggunakan contoh sampel tak
dan sifat fisik mekanik tanah pada masing- terganggu (UDS) dari 3 sumur pada setiap
masing 3 titik lubang pengeboran yang kedalaman 4-6 m.
lokasinya berdekatan dengan titik rencana
pondasi jembatan (Gambar 4). Metode Daya Dukung Tanah Pondasi Tiang Pancang
pengambilan data bawah permukaan yang Berdasarkan Nilai N-SPT
dilakukan adalah pengeboran inti (coring) dan Penentuan kapasitas daya dukung tanah pondasi
untuk Undisturbed Sample (UDS) diambil setiap tiang pancang menggunakan data hasil uji
kedalaman 2 m. UDS kemudian dipersiapkan Standard Penetration Test (SPT) dapat
untuk SPT. dilakukan dengan melakukan perhitungan
Hasil perhitungan data primer dibandingkan terhadap param N-SPT yang didapatkan selama
dengan data sekunder sebagai acuan berupa nilai pengujian dilaksanakan. Pengujian SPT dalam
kapasitas daya dukung tanah pondasi jembatan penelitian ini dilakukan setiap 2 m kedalaman
berdasarkan nilai N-SPT. Selanjutnya disusun pada saat dilakukan pengeboran inti (coring),
peta geologi dan geoteknik berdasarkan data sehingga akan ditemukan 2-3 sampel SPT pada
lapangan dan uji laboratorium, sehingga setiap core box.
diperoleh juga rekomendasi desain pondasi yang Perhitungan nilai kapasitas daya dukung
efektif untuk menahan beban maksimal pada tanah menggunakan 1 jenis diam tiang pancang.
setiap bored pile. Rekomendasi desain meliputi Hal ini bertujuan untuk memperkirakan diam
perbedaan pada kedalaman tertentu dengan yang lebih efektif dan efisien untuk

91
dipergunakan dalam proyek ini. Diam tiang fb = 0,4 N”(D/B) σr ≤ 3 N” σr
pancang yang dipakai dalam penelitian ini = 0,4 x 60 (12/1,5) 100 < 3 x 60 x 100
adalah 1.5 m. = 19.200 kN/m2
Faktor keamanan yang dipakai dalam Qb = Ab.Fb
perhitungan ini sebesar 3. Penggunaan nilai = 1,76 x 19200
faktor keamanan ini karena nilai tersebut adalah = 33.792 kN/m2
nilai keamanan tertinggi (Hardiyatmo, 2006). Qs P.fs
Nilai faktor keamanan tertinggi menunjukkan = 4,71 x 1/50 σr N
nilai beban maksimum yang dihasilkan akan = 565,2 kN/m2
lebih kecil dibandingkan jika menggunakan
faktor keamanan kecil. Hal ini bertujuan agar Kapasitas Daya Dukung Maksimum
beban yang akan melewati jembatan tidak akan Kapasitas daya dukung ultimit (Qult) dihitung
melampaui beban maksimum, sehingga begitu serta kapasitas daya dukung yang diijinkan (Qa)
umur (life span) dari jembatan akan lebih dihitung menggunakan persamaan sebagai
panjang. berikut.
Qult = Qb + Qs
HASIL = 33.792 + 565,2
Kapasitas Beban Maksimal Berdasarkan = 34357,2 (kN/m2) = 3503,46 ton
Nilai SPT Qa = Qu/Fs
Perhitungan kapasitas beban maksimal pada = 3.503,46 / 3
setiap titik pengeboran berdasarkan nilai N-SPT = 1.167,82 ton
dengan diam tiang 1,5 m. Perhitungan kapasitas Perhitungan diatas menunjukkan bahwa daya
beban maksimal yang didapatkan berupa nilai dukung ultimit atau beban maksimal adalah
daya dukung ultimit (Qult) dan daya dukung sebesar 3.503,46 ton dan daya dukung atau
yang diijinkan (Qa). Rekapitulasi perhitungan beban yang diijinkan adalah sebesar 1167,82
data BH-1 dapat dilihat pada Tabel 1 dan grafik ton. Daya dukung yang diijinkan merupakan
perubahan kapasitas daya dukung terhadap hasil beban maksimal dibagi dengan faktor
kedalaman ditampilkan pada Gambar 3. keamanan yang disepakati yaitu 3. Hal ini
Perhitungan daya dukung tanah pondasi bertujuan untuk mencegah masuknya pondasi
mengggunakan persamaan Meyerhoff kedalam tanah karena beban yang terlalu berat
(Hardiyatmo, 2010). Contoh perhitungan yang maka beban maksimal yang dapat ditahan oleh
dilakukan pada ketiga titik penelitian: tanah harus dibagi 3 (faktor keamanan terbesar)
Bore Hole 1 pada setiap tiang jika tiang yang dipakai berdiam
Kedalaman (D) : 12 m 1.5 m pada kedalaman 12 m.
σr : Tegangan Referensi : 100 kN/m2 Hasil perhitungan lengkap untuk 3 titik Bore
Diam (B) : 1,5 m Hole dan pada 1 jenis diam yakni 1.5 m.
N SPT : 60 Dilakukan dengan menggunakan software
Faktor Keamanan :3 Microsoft Excel. Hasil perhitungan tersebut
2 mencakup sesuai dengan kedalaman setiap bor,
Luas (Ab) = ( B )/4
= (3,14 (1,5)2)/4 karena hanya difokuskan pada lapisan yang
= 1,77 m2 cukup mempengaruhi rencana dasar pondasi
Keliling (P) yaitu pada lapisan yang kekuatannya kurang
P =B
= 3,14 x 1,5 Daya Dukung Tanah Pondasi Bored Pile
= 4,71 m Penentuan kapasitas daya dukung tanah pondasi
bored pile menggunakan data sifat fisik dan
Tahanan Ujung Satuan Tiang mekanik tanah dapat dilakukan dengan
Tahanan ujung satuan tiang (fb) dilakukan melakukan perhitungan terhadap nilai kohesi (c),
karena berada di area dengan dominasi lempung. sudut geser dalam (ᴓ), berat jenis (Gs) dan berat
Perhitungan tahanan ujung satuan tiang (Qb) dan isi (γ) yang didapatkan selama pelaksanaan uji
perhitungan tekanan gesek selimut tiang (Qs) laboratorium. Uji laboratorium ini dilakukan
menggunakan persamaan Meyerhoff (1976). terhadap sampel tanah tak terganggu (UDS)
yang diambil setiap 5 m kedalaman pada saat

92
dilakukan pengeboran inti (coring), sehingga sq = sγ = 1+ 0,1 (B/L) ) tg2 (45 + /2)
akan ditemukan 1 sampel UDS pada setiap core = 1+ 0,1 (1) tg2 (45 + 30/2)
box. = 1,3 kN/m2
Perhitungan nilai kapasitas daya dukung Faktor kedalaman pondasi
tanah berdasarkan parameter fisik dan mekanik dc = 1 + 0,4 (D/B)
tanah tetap menggunakan jenis diam tiang bored = 1 + 0,4 arc tan (D/B)
pile yaitu 1,5 m. Faktor keamanan yang = 1 + 0,4 arc tan (12/1,5)
digunakan dalam perhitungan daya dukung = 34,15 kN/m2
adalah 3. dq = 1 + 2 (D/B) tan  (1-sin)2
Perhitungan kapasitas beban maksimal pada = 1 + 2 (12/1,5) tan 30 (1-sin 30)2
setiap titik pengeboran berdasarkan nilai param = 3,31 kN/m2
fisik dan mekanik tanah dengan diam tiang 1,5 dγ adalah 1
m dapat dilakukan pada aplikasi Microsoft Excel
dengan memasukkan rumus-rumus dasar dan Faktor kemiringan beban
data yang diperoleh. Dengan begitu dapat ic; iq; iγ =1
diperkirakan nilai kapasitas beban maksimal
bored pile. Kapasitas daya dukung maksimum
Perhitungan kapasitas beban maksimal yang Qu = sc dc ic cNc + sq dq iq Po Nq + sγ dγ iγ 0,5
didapatkan berupa nilai daya dukung ultimit B’γNγ
(Qu) dan daya dukung yang diijinkan (Qa). = (1,6 x 34,15 x 1 x 15 x 32) + (1,3 x 3,31 x 1
Perhitungan daya dukung tanah pondasi x 145,4 x 19) + (1,3 x 1 x 1 x 0,5 x 1,5 x
mengggunakan persamaan Meyerhoff (1963) 19,4 x 17)
dan Hansen (1961) dalam Hardiyatmo (2006). = 35.485,13 kN/m2
Berikut contoh perhitungan untuk menentukan = 3.618,47 ton/m2
kapasitas beban maksimal tanah pondasi bored Qa = Qu/Fs
pile berdasarkan nilai param fisik dan mekanik = 3618,47/3
tanah pada borehole 1 kedalaman 10 m = 1.206,16 ton
menggunakan diam tiang 1,5 m.
Bore Hole 1 Tabel 1. Perhitungan Daya Dukung Tiang Diam 1.5
Kedalaman (D) : 12 m m pada BH-1 Berdasarkan Nilai N-SPT dan Nilai
Diam (B) : 1,5 m Fisik-Mekanik
Faktor aman (Fs) : 3 Kedalaman Qall Qall (Sifat
γ Sat : 14,54 kN/m2 (m) (N-SPT) Fisik&Mekanik)
  1 1.066 37
C : 8,44 kN/m2
Luas (Ab) = ( B2)/4 2 1.955 509
= (3,14 (1,5)2/4 3 2.061 616
= 1,77 m2
Keliling (P) =B 4 2.132 690
= 3,14 x 1,5 5 2.132 748
= 4,71 m
C : 15 kg/cm2 = 8,44 kN/m2 6 2.132 801
Nc: 7,5; Nq: 8 dan Nγ: 4,75
7 2.132 1.047
Tekanan overburden (Po) 8 2.132 1.109
Po =10 x γ
=10 x 14,54 9 2.132 1.173
=145,4 kN/m3 10 2.132 1.239
Faktor bentuk pondasi
sc = 1 + 0,2 (B/L) tg2 (45 + /2) 11 2.132 1.309
= 1 + 0,2 (1) tg2 (45 + 30/2)
12 2.132 1.381
= 1,6 kN/m2

93
Gambar 3. Grafik Kapasitas Daya Dukung dan Beban menggunakan Uji SPT BH-1.

Perhitungan diatas menunjukkan bahwa daya wilayah dibagi atas dasar perkiraan batuan dasar
dukung ultimit atau beban maksimal adalah menurut persebaran jenis tanah yang ditemukan.
sebesar 4.688 ton dan daya dukung atau beban Satuan tanah yang ditemukan yakni satuan
yang diijinkan adalah sebesar 1.563 ton. Daya breksi vulkanik dan satuan alluvium dengan
dukung yang diijinkan merupakan hasil beban ukuran halus hingga kasar berwarna coklat
maksimal dibagi dengan faktor keamanan yang kekuningan, dan terdapat fragmen kerikil hingga
disepakati yaitu 3. Hal ini bertujuan untuk bongkah. Peta Geologi hasil pemetaan sekitar
mencegah masuknya pondasi kedalam tanah Kali Kenteng dan Kali Serang dapat dilihat pada
karena beban yang terlalu berat maka beban Gambar 5. Satuan batuan dan tanah dilokasi
maksimal yang dapat ditahan oleh tanah harus penelitian terbagi menjadi dua satuan utama
dibagi 3 (faktor keamanan terbesar) pada setiap yaitu satuan breksi vulkanik dan satuan
tiang jika tiang yang dipakai berdiam 1,5 m pada lempung.
kedalaman 12 m.
Hasil perhitungan lengkap untuk kelima titik Satuan Breksi Vulkanik
bore hole dan pada jenis diam tiang 1,5 Batuan tersebut memiliki ciri-ciri berwarna
dilakukan dengan menggunakan software kuning kecoklatan dengan ukuran butir sedimen
Microsoft Excel. Hasil perhitungan dilakukan berbutir kerikil-brangkal. Material penyusun dari
pada kedalaman masing masing bor yang dinilai batuan tersebut kemungkinan berasal dari proses
cukup berpengaruh pada rencana dasar pondasi. vulkanisme erupsi gunungapi. Hal ini
disebabkan karena material penyusun satuan
PEMBAHASAN batuan ini terdapat material piroklastik berupa
Geologi dan Geologi Teknik Lokasi Penelitian tuff berukuran pasir halus. Kondisi lapuk sedang
Lokasi penelitian banyak dimanfaatkan untuk dan lapuk ringan
pemukiman dan lahan pertanian karena memiliki Berdasarkan analisis satuan batuan ini, batuan
topografi landai. Titik pengeboran berada di ini diidentifikasi sebagai breksi vulkanik, satuan
tepian Kali Kenteng dan Kali Serang yang ini sangat dikontrol oleh proses erupsi atau
kemudian akan dilaksanakan pembangunan vulkanisme gunung api. Menurut (Sukardi dan
jembatan baru. Kali Kenteng dan Kali Serang ini Budhitrisna, 1992), satuan ini termasuk kedalam
memiliki tepian yang terjal dengan panjang Formasi Batuan Gunungapi tak Terpisahkan
jembatan sekitar 40 m dan tinggi sekitar 30 m. yang berumur Plistosen Akhir.
Kali Kenteng dan Kali Serang juga memiliki
debit air yang cukup besar dan merupakan Satuan Lempung
sungai dewasa. Satuan ini merupakan satuan tanah dengan ciri-
Setelah dilakukan pemetaan geologi daerah ciri berwarna coklat dan didominasi oleh
penelitian, litologi yang tersingkap di material dengan ukuran butiran lempung dan
permukaan adalah breksi vulkanik dan alluvium. juga pada beberapa lokasi terdapat material
Hal ini membuat proses penentuan satuan berukuran pasir, kerikil dalam jumlah sedikit.

94
Satuan tanah ini kemungkinan merupakan yang sudah sesuai dengan standar pembebanan
satuan tanah yang berasal dari lapukan tanah di jembatan, yakni dengan menggunakan rumus
bawahnya atau di daerah sekitarnya. Persebaran yang ditetapkan oleh Converse-Labbare, yaitu
satuan tanah ini banyak terdapat di sekitaran nilai Daya dukung tiang bor berkelompok lebih
Kali Kenteng dan Kali Serang. Satuan ini besar nilainya dari beban tiang.
memiliki persebaran paling luas di daerah
penelitian. Perhitungan di BH-1 pada kedalaman 1 m
Secara umum satuan ini dapat disebut Rumus beban tiang
sebagai satuan tanah lempung berdasarkan N = P/Qu
penamaan USCS (Unified Soil Classification P = N.Qa
System), sedangkan berdasarkan analisis tanah = 5 . 114
tersebut dan keberadaannya yang cenderung = 570 ton
merupakan hasil transportasi, satuan ini Pada Proyek jembatan tersebut sudah dirancang
diidentifikasi sebagai lempung (Wesley, 2012). yakni bored pile kelompok yang dimana jumlah
bored pile pada kelompok tersebut ada 5 buah,
Kapasitas Daya Dukung dan Beban yang maka
Diijinkan
Pada perhitungan tabel diatas menunjukkan nilai
daya dukung ijin (Qa) yang dihitung dengan
metode SPT dari 1 jenis tiang pada kedalaman Keterangan :
tiap bor. Metode memiliki kelebihan dan Eg = Efisiensi kelompok tiang
kelemahan dalam memprediksi kapasitas daya θ = arc tg (d/s dalam derajat)
dukung tanah pondasi. m = Jumlah baris tiang
Metode SPT dilakukan untuk menentukan n = Jumlah tiang dalam satu baris
Maka
kepadatan dan konsistensi relatif tanah secara
dinamis, sehingga proses pengambilan data Eg =
dilakukan secara praktis yaitu dengan = 0,863
melakukan penetrasi tabung kedalam tanah
dengan beban tertentu. Objek yang menjadi Eg =
sudut pandang adalah kepadatan tanah dinilai = 0,876
dari jumlah pukulan yang diberikan pada setiap
Verifikasi dilakukan dengan menggunakan
kedalaman penetrasi tabung kedalam tanah.
rumus beban maksimum kelompok tiang.
Kelebihan yang didapat adalah proses akuisisi Qg = Eg x jumlah bored pile x daya dukung
lebih cepat dan merepresentasikan sifat asli dari tiang (Qu)
tanah di lapangan. Kekurangannya adalah = 0,863 x 5 x 342
contoh sampel kurang dapat diidentifikasi = 1.475,73 ton
dengan jelas. Qg = Eg x jumlah bored pile x daya dukung
tiang (Qu)
Rekomendasi Pondasi Jembatan = 0,876 x 5 x 342
Berdasarkan hasil analisis daya dukung diatas, = 1.497,96 ton
dapat disimpulkan daya dukung yang lebih Maka 1475,73 > 570 (Jarak 9 m)
direkomendasikan yakni memakai Uji SPT 1497,96 > 570 (Jarak 10 m)
dengan diam 1,5 karena memiliki nilai daya
dukung yang lebih besar dibandingkan dengan Rancangan Pondasi Jembatan
metode sifat fisik dan mekanik tanah hal ini Rencana pembuatan pondasi pada jembatan Kali
dikarenakan nilai N-SPT akan cenderung Kenteng dan Kali Serang bertujuan agar beban
semakin besar dan memungkinkan mencapai jembatan dan kendaraan maksimal dapat
nilai maksimum lebih cepat. Selain itu sampel disalurkan menuju tanah keras pada kedalaman
UDS dengan SPT maksimum kurang mewakili tertentu di bawah permukaan tanah. Pada proyek
kondisi lapisan di bawah permukaan. Maka dari jembatan ini menggunakan pondasi bored pile
itu PT. Waskita Karya menggunakan diam 1,5 sebagai penahan jembatan. Penentuan lapisan

95
Gambar 7. Denah Rancangan Pondasi Bored Pile Tanpa Skala

Tabel 2. Nilai daya dukung yang diijinkan dan dalam yang paling rendah yaitu 20º. Pada
kedalaman pada tiap tiang pondasi. litologi pasir memiliki kadar air sebesar 38%
Daya dan sudut geser dalam sebesar 24º. Serta litologi
Diameter Kedalaman
Titik N- Dukung yang memiliki kadar air paling rendah adalah
Tiang Tiang
Bor SPT Diijinkan
(m) Pondasi (m) breksi vulkanik yaitu sebesar 33% dengan sudut
(Ton)
geser dalam paling tinggi yaitu 30º.
BH-1 1,5 >60 1.364 14
Lapisan tanah keras direkomendasikan
BH-2 1,5 >60 2.132 22
sebagai dasar pondasi sebagai penahan beban
BH-3 1,5 >60 1.556 16
jembatan. Lapisan tanah keras tersebut yakni
mempunyai jenis litologi breksi vulkanik,
tanah yang keras, dilakukan pengeboran inti dan dimana breksi vulkanik tersebut mempunyai
Uji SPT, berdasarkan hasil dari pengeboran inti nilai SPT lebih dari 60. Setiap borehole
dan Uji SPT, dapat diketahui lapisan tanah yang mempunyai total kedalaman yang bervariasi,
keras, yang dapat digunakan sebagai dasar maka dari itu lapisan breksi vulkanik tersebut
pondasi. terdapat dikedalaman yang berbeda-beda pada
Berdasarkan hasil dari pengeboran, pondasi setiap borehole.
yang dibuat berada sama atau lebih dalam Terdapat perbedaan pada tiap kedalaman
daripada muka air tanah (MAT), pada borehole pondasi tiang pancang yang direkomendasikan
1 muka air tanah (MAT) berada pada kedalaman berdasarkan perhitungan menggunakan metode
14 m atau sama dengan kedalaman pondasi. SPT dan sifat fisik mekanik tanah (Tabel 2).
Kemudian pada borehole 2 muka air tanah Berdasarkan hasil rancangan diatas maka dapat
(MAT) berada pada kedalaman 20 m atau lebih diketahui kapasitas daya dukung yang diijinkan
dangkal daripada pondasi, serta muka air tanah pada setiap tiang di titik pengeboran sehingga
(MAT) pada borehole 3 memiliki kedalaman kedalaman berbeda beda dari setiap borehole.
yang lebih dangkal daripada pondasi yaitu 6 m. Pada Tabel 2 terlihat tiang untuk BH-2 memiliki
Litologi yang diperoleh berdasarkan hasil kedalaman yang terdalam yaitu 22 m, karena
pengeboran dibagi menjadi 3 yaitu pasir, breksi pada kedalaman tersebut kondisi tiang pada BH-
vulkanik, dan lempung. Berdasarkan geologi 2 menembus lapisan breksi vulkanik yang
regional material penyusun pasir dan breksi berada dibawahnya karena lapisannya tidak
vulkanik berasal dari endapan G. Ungaran, G. terlalu jauh apabila dibandingkan BH-1 dan BH-
Merbabu, G. Lawu yang berumur Plistosen 3. Dari hasil daya dukung yang diijinkan dan
Akhir. Pada material penyusun lempung berasal kedalaman pondasi tiang di tiap titik pengeboran
dari lapukan material sebelumnya yang berumur maka area tiang pancang yang digunakan pada
Kuarter. bagian jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang.
Hasil dari sifat fisik dan mekanik dari tiap
litologi memiliki nilai yang berbeda,
KESIMPULAN
berdasarkan hasil laboratorium litologi yang
Daerah penelitian tersusun dari dua satuan yaitu
memiliki kadar air paling besar yaitu sebesar
satuan breksi vulkanik dan satuan lempung.
48% adalah lempung, serta memiliki sudut geser
Susunan lapisan tanah dari atas ke bawah terdiri

96
dari lempung pasiran berwarna coklat bersifat Sosrodarsono, S., Nakazawa, K. 2000. Mekanika
teguh memiliki nilai N-SPT 4 sampai 14, pasir Tanah dan Teknik Pondasi. Pradnya
lanauan berwarna coklat bersifat keras memiliki Paramita: Jakarta.
nilai N-SPT 18 sampai 50, dan gravel pasiran Sukardi dan Budhitrisna, T. 1992. Peta Geologi
berwarna abu-abu bersifat kaku-sangat kaku Regional Lembar Salatiga, skala 1 : 100.000.
memiliki nilai N-SPT >60. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Rekomendasi kapasitas daya dukung Daya Geologi: Jakarta.
berdasarkan Uji SPT: 1) pada sekitar titik Wesley, L. D., 2012. Mekanika Tanah, untuk
pemboran BH-1 menggunakan tiang pancang Endapan dan Residu Edisi 1. ANDI:
diam = 1,5 m sampai kedalaman 14 m dengan Yogyakarta.
nilai N-SPT 60 daya dukung yang diijinkan tiap Zufialdi, Z., Jihadi, L.H. 2016. Peran Ilmu Dasar
satu tiang sebesar 1364,01 ton; 2) pada sekitar dalam Geoteknik untuk Menunjang
titik pemboran BH-2 menggunakan tiang Pembangunan Berkelanjutan yang
pancang diam = 1,5 m sampai kedalaman 22 m Berwawasan Lingkungan, Bulletin of
dengan nilai N-SPT 60, daya dukung yang Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3,
diijinkan tiap satu tiang sebesar 2132,47 ton; dan Desember 2016 : 239 – 250.
3) pada sekitar titik pemboran BH-3
menggunakan tiang pancang diam = 1,5 m
sampai kedalaman 16 m dengan nilai N-SPT 60,
daya dukung yang diijinkan tiap satu tiang
sebesar 1556,13 ton.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk. Jawa Tengah atas
ketersediaannya memberikan data dan ijin
penelitian yang dilakukan pada area
Pembangunan Jembatan Tol Salatiga-Kartasura.

DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, H. C. 2006. Teknik Pondasi 2. Beta
Offset: Yogyakarta.
Hardiyatmo, H. C. 2010. Analisa dan
Perancangan Fondasi II. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Hendarsin, S. L. 2000. Perencanaan Teknik
Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung:
Bandung.
Nailufar, N., 2018. Jalur Bawah Jembatan Kali
Kenteng Semarang Curam, Polisi Alihkan
Pemudik via Arteri : KOMPAS.
Nandi, 2010. Batuan, Mineral dan Batubara,
Jurusan Pendidikan Geografi. Universitas
Pendidikan Indonesia: Bandung.
Peck, R. B., Hanson, Walter E., dan Thornburn,
Thomas H., 1996. Teknik Fondasi. Gadjah
Mada University: Yogyakarta.
Price, D. G., 2010. Engineering Geology
Principles and Practice. Imperial College
London: London, UK.

97

Anda mungkin juga menyukai