C. Teori
Beton terbentuk dari tiga bahan campuran utama yaitu semen, agregat, dan air. Terkadang
adapula pemberian bahan tambahatau bahan pengganti yang diperlukan pada campuran beton
untuk mengubah sifat-sifat dari beton tersebut (Abdi et al., 2018).
Beton SCC atau beton yang mampu mema- dat sendiri adalah beton yang mudah dalam
pengerjaan dengan nilai slump cukup tinggi, sehingga mampu mengalir dengan beratnya sendiri
dan mengisi ruangan di dalam cetakan tanpa harus adanya pemadatan. Pada umumnya beton SCC
memiliki kandungan yang sama dengan beton konvensional, hanya saja untuk membuat beton
SCC diperlukan ba- han tambah superplascicizer serta hasil pene- litian lain juga menunjukkan
untuk membuat beton SCC dapat ditambahkan bahan yang mengandung pozzolan (Wahyudi,
2017).
Beton adalah bahan konstruksi sintetis yang dibuat dengan mencampur semen, agregat
halus, agregat kasar dan air dalam proporsi yang tepat. Masing-masing komponen berkontribusi
pada kekuatan yang dimiliki beton mereka (Gambhir, 2004).
D. Sampel
Pembuatan sampel beton dalam penelitian Abdi et al., (2018: 14) dilakukan sesuai dengan
metode standar SK SNI T-15-1990-03. Sampelbeton dibuat dengan menggunakan cetakan kubus
dimensi 150 mm x 150 mm x 150 mm, sebanyak 3sampel setiap pengujian. Digunakan 4 variasi
kadar abu tongkol jagungyang digunakan yaitu 2,5%; 5%; 7,5% dan 10%. Sebagai pembanding
dibuat pula sampel betonnormal. Pengujian akan dilakukan pada umur 14dan 28 hari.
Selanjutnya Fakhrunisa et al. (2018) sampel yang diambil yaitu variasi kadar abu bonggol
jagung yang akan ditambahkan pada be- ton SCC sebesar 0%, 4%, 8%, dan 12% dan superplaticizer
jenis viscocrete-1003 sebesar 0,8%. Pengujian yang akan dilakukan meli- puti sifat fisik beton yaitu
slump flow, berat volume, dan porositas serta sifat mekanik beton yaitu kuat tekan dan modulus
elastisi- tas. Untuk pengujian kuat tekan dan porositas digunakan benda uji berukuran 7,5 x 15 cm
dan pengujian modulus elastisitas digunakan benda uji berukuran 15 x 30 cm. Total keselu- ruhan
benda uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 68 benda uji. Penguji- an dilakukan
pada umur beton 7, 14, dan 28 hari, dengan kuat tekan yang direncanakan 30 MPa.
Olafusi & Olutoge (2015) mengambil sampel kekuatan normal beton (1:2:4) meliputi (i)
Kontrol beton (mis., Penggantian CCA 0%) sampel 24 kubus dan 4 silinder (ii) beton CCA, 10% -24
kubus dan 4 sampel silinder. (iii) Sampel beton CCA, 20% -24cubes dan 4 silinder.
Adesanya & Raheem (2009) mengambil sampel Komposisi kimia dari CCA disajikan pada
Tabel 1.
E. Populasi
Populasi dalam penelitian Abdi et al., (2018: 14); Olafusi & Olutoge (2015); Adesanya &
Raheem (2009) yaitu abu tongkol jagung. Sedangkan Fakhrunisa et al. (2018) abu bonggol jagung
F. KESIMPULAN
Hasil penelitian Abdi et al., (2018: 14) menunjukkan bahwa (1) Penambahan abu tongkol
jagung berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai kuat tekan.Pada umur 14 hari nilai kuat
tekan beton normal terlihat belum melampaui nilai kuat tekan beton rencana yaitu 20,75 Mpa,
tetapi setelah ditambah abu tongkol jagung nilai kuat tekan mengalami peningkatan.Dan untuk
pengujian umur 28 hari nilai kuat tekan normal terlihat melampaui nilai kuat tekan rencana yaitu
21,875 Mpa, dan setelah ditambah abu tongkol jagung nilaik kuat tekan mengalami peningkatan
nilai kuat tekan beton. (2) Penambahan abu tongkol jagung hingga kadar air tertentu pada
campuran beton mengalami peningkatan nilai kuat tekan. Akan tetapi, setelah mencapai nilai kuat
tekan maksimumpada umur 14 dan 28 hari yaitu 22,807 Mpa dan 23,771 Mpa, penambahan abu
tongkol jagung selanjutnya mengakibatkan terjadinya penurunan nilai kuat tekan beton. (3) Kadar
optimum penambahan abu tongkol jagung pada campuran beton denganmenggunakan agregat
kasar Palu dan agregat halus pasir Tenggarong adalah 5,3% dengan nilai kuat tekan sebesar 23,714
Mpa.
Hasil penelitian Fakhrunisa et al. (2018) yaitu Abu bonggol jagung dari Ds. Gedog Wetan,
Kec. Turen, Kab. Malang memiliki komposisi kimia tertinggi pada unsur ka- lium sebesar 81,2%
dan unsur utama SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 yang kurang dari 70%. Pengujian sifat fisik pada beton
SCC sep- erti slump flow, berat volum dan porosi- tas sudah sesuai dengan yang disyaratkan.
Kadar abu bonggol jagung 4% menghasil- kan nilai rata-rata kuat tekan dan modulus elastisitas
yang tertinggi dengan kuat tekan sebesar 36,251 MPa dan modulus elastisitas sebesar 20.078,37
MPa. Jadi nilai kuat tekan berbanding lurus dengan modulus elastisitas. Komposisi campuran yang
telah memenuhi kuat tekan(fc’)30MPa adalahvariasi4%dan8%. Analisis menggunakan ANOVA
satu arah (One Way), menunjukkan nilai berat volume, porositas, dan kuat tekan Fhitung < Ftabel
yang berarti tidak ada perbedaan yang signifi- kan. Sedangkan modulus elastisitas menunjukkan
hasil berbeda yaitu Fhitung= 17,097 > Ftabel= 6,59 dengan harga Sig < 0,05 berarti ada perbedaan
modulus elastisitas yang signifi- kan karena penambahan abu bonggol jagung. Kadar abu bonggol
jagung optimum yang memiliki kinerja terbaik adalah pada kadar 4%.
Hasil penelitian Olafusi & Olutoge (2015) yaitu Kekuatan beton meningkat seiring
bertambahnya usia curing dan menurun dengan meningkatnya persentase abu tongkol jagung.
Beton tongkol jagung tidak mencapai kekuatan desainnya pada 28 hari. Kekuatan beton tongkol
jagung tergantung pada kegiatan pozzolanic-nya.
Hasil penelitian Adesanya & Raheem (2009) (i) Jagung tongkol jagung (CCA) adalah bahan
yang cocok untuk digunakan sebagai pozzolan, karena memenuhi persyaratan untuk bahan
tersebut dengan memiliki gabungan SiO2 dan Al2O3 lebih dari 70%. (ii) Penambahan CCA sebagai
pozzolan dalam semen campuran sedikit meningkatkan komposisi oksida SiO2, Fe2O3 dan Al2O3;
dan sedikit menurun dari CaO, sejalan dengan temuan sebelumnya. (iii) Semen campuran CCA
memenuhi persyaratan BS 12: 1991, ASTM C 150: 1994 dan NIS 439: 2000 terutama pada level
yang lebih rendah (<15%) dari substitusi CCA. (iv) Semua semen CCA-blended memiliki waktu
pengaturan lebih tinggi daripada kontrol, oleh karena itu, mereka paling berlaku di mana laju
pengembangan panas yang rendah diperlukan seperti dalam konkret massa. Ini menunjukkan
bahwa semen campuran CCA sama bagusnya dengan semen panas rendah.
G. SARAN
Temuan penelitian Abdi et al., (2018: 14) menyarankan : (1) Selain menjadi bahan tambah
perlu juga dilakukan penelitian dengan mengganti peranan abu tongkol jagung menjadi bahan
pengganti sebagian semen. (2) Ketelitian sangat diperlukan dalam setiap langkah pengerjaan
sampel beton, mulai dari pembuatan, perawatan, hingga pengujian sampel beton karena
berpengaruh terhadap kekuatan beton.
Temuan Olafusi & Olutoge (2015) menyarankan (1) Studi selanjutnya harus dilakukan pada
penggantian semen 0-40% dengan abu tongkol jagung dan dalam langkah 5%. (2). Konkret dengan
adanya kadar abu harus diizinkan untuk menyembuhkan selama 90 hari, di mana aktivitas abu
pozzolan dapat disimpulkan. (3) Penggunaan bahan yang tersedia secara lokal di Indonesia
pembangunan infrastruktur akan bertemu dengan penggunaan tongkol jagung sebagai bahan
konstruksi dan pada akhirnya membantu memenuhi tujuan pembangunan milenium (MDG) kami,
dengan demikian juga meningkatkan kekuatan ekonomi penduduk pedesaan jika mereka
didorong untuk menanam jagung dari mana tongkol jagung ini bisa didapat. Inisiatif lingkungan
hijau global juga akan sangat dipengaruhi oleh pengurangan pembuangan limbah padat. (4)
Penggantian volume yang dicoba untuk mendapatkan beton mutu tinggi harus ditingkatkan
dengan super-plasticizer dan pengurangan lebih lanjut dalam rasio semen-air sehingga beton
dengan kekuatan sangat tinggi dapat dicapai.
H. DAFTAR PUSTAKA
Abdi, F. N., Widayati, R., & Ramadhani, W. (2018). Influence of adding corn cob ash against
compressive strength of concrete using palu coarse aggregate and tenggarong. 3(1), 13–19.
Adesanya, D. A., & Raheem, A. A. (2009). Development of corn cob ash blended cement. Construction
and Building Materials, 23(1), 347–352. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2007.11.013
Fakhrunisa, N., Djatmika, B., & Karjanto, A. (2018). Kajian penambahan abu bonggol jagung yang ber-
variasi dan bahan tambah superplasticizer terha- dap sifat fisik dan mekanik beton memadat
sendiri (self – compacting concrete). 23(2), 9–18.
Gambhir, M. L. (2004). Concrete Technology. New Delhi: McGraw Hill Publishing Company Limited.
Olafusi, O., & Olutoge, F. A. (2015). Strength Properties of Corn Cob Ash Concrete Strength Properties
of Corn Cob Ash Concrete Corresponding Author : Olafusi Oladipupo S. (May).
Wahyudi, D. (2017). Analisis Kuat Tekan Self Compacting Concrete dengan Penambahan Abu Sekam
Padi 10% dan Variasi Super plasticizer 0,6%;1%; 1,6%. UMY, Yogyakarta.