Anda di halaman 1dari 14

Rekayasa Lingkup Untuk Orientasi Aliran Angin Pada

Bangunan
Pada lingkungan tropis Indonesia sinar matahari melimpah, Angin
senantiasa berhembus. Tumbuhan penghasil oksigen tumbuh lebat,
sehingga udara lingkungan bersih. Perbedaan suhu udara antara musim
panas dan dingin tidak terlalu mencolok. Suhu terendah sekitar 23 oC, dan
suhu tertinggi sekitar 38 oC.
Penghawaan buatan (AC) mengakibatkan angaran bangunan dan
pemeliharaan jadi besar, penggunaan energi listrikpun besar. Gangguan
kesehatan bisa timbul bila berada lama atau sering keluar masuk ruangan
ber AC.
Dengan demikian Orientasi pemukiman yang sehat di Indonesia
selayaknya berorientasi kepada pencahayaan dan penghawaan alami.
Untuk pengkondisian ruangan yang alami Perlu diperhatikan :
1. Orientasi bangunan.
2. Bukaan Ventilasi Silang.
3. Bukaan untuk pencahayaan.
Perletakkan ruang-ruang dengan tepat terhadap arah datangnya sinar
matahari, bentuk denah dan konstruksi bangunan yang tepat serta
pemilihan bahan yang sesuai dapat membuat ruangan menjadi nyaman
tanpa harus dengan bantuan peralatan mekanis.

1. Ruang Terbuka
Untuk menciptakan suatu pengudaraan alami yang optimal haruslah
didukung oleh tersedianya ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau ini
berfungsi sebagai sumber masuk dan keluarnya udara sehingga dapat
terjadi ventilasi silang. Hal ini berbeda dengan rumah yang tidak
menyediakan ruang terbuka hijau sedikitpun dan hampir seluruh
lahannya didirikan bangunan. Pada rumah semacam ini udara tentunya
sangat sulit mengalir sehingga ruanganpun akan menjadi pengap
karena tidak terjadi pertukaran udara.

perbandingan yang ideal antar


bangunan dengan ruang terbuka
hijau adalah 60 : 40 (60%untuk
bangunan dan 40% untuk ruang
terbuka hijau).
contoh penerapan mengalirkan
udara pada ruang terbuka ialah
dengan menggunakan prinsip peneduhan dengan menggunakan
elemen landskap. Gambar (4a)
prinsip peneduhan dan penghawaan dapat kita gambarkan dengan
cara yaitu pohon-pohon yang rimbun meneduhi atap rumah supaya
panas matahari dapat dikurangkan. Gambar (4b) pula menggambarkan
bagaimana udara sejuk dari rimbunan pohon-pohon yang berada di
sekitar rumah di alirkan kedalam rumah secara tidak langsung dengan
metoda tekanan termal.

Gambar 4a: Penyejukan secara langsung

Gambar 4b: Penyejukan secara tidak langsung

2. Orientasi Bangunan

Ketentuan tentang orientasi bangunan setidak tidaknya mengatur


arah suatu bangunan setelah mempertimbangkan kondisi fisik/lingkungan
dan kondisi non fisik
1.

Pertimbangan terhadap kondisi fisik/lingkungan seperti arah sirkulasi

matahari timur barat, jarak antar bangunan, klimatologi.


2.

Pertimbangan terhadap kondisi non fisik seperti pengaruh idiologi,

nilai nilai sosial budaya setempat,misalnya bangunan masjid mengarah


kekiblat, aksentuasi, dan makna ruang yang akan diciptakan
Semudah dan sesederhana apa pun teknik penerapan bentuk sirkulasi
udara di sebuah rumah akan sangat tergantung dari konsep bangunan
dari rumah itu sendiri. Saat ini, banyak rumah siap huni dibangun dengan
mengabaikan kondisi iklim tropis dan mengutamakan model rumah yang
sedang populer dan mengadopsi konsep bangunan daerah ber-iklim nontropis. Itulah adalah salah satu sebab mengapa penggunaan AC menjadi
kian diminati oleh banyak keluarga / penghuni rumah saat ini.Sebenarnya,
konsep rumah dengan tipe pintu dan jendela berjalusi (rumah tempo
doeloe), dapat dengan mudah mengakomodasi aliran masuk-keluar udara
setiap saat. Karena, walau pintu / jendela dalam keadaan tertutup rapat,
udara tetap dapat bergerak bebas masuk-keluar melalui fitur jalusi yang
ada. Saat hawa dalam rumah terasa panas, udara dingin dapat mengalir
masuk ke dalam rumah melalui jalusi di bagian bawah jendela / pintu dan
mendorong udara panas diatasnya keluar melalui lubang angin. Hal yang
sama berlaku saat kondisi hawa di dalam terasa dingin. Udara dingin akan
mengalir melalui jalusi dari dalam ke luar rumah. Hawa panas di luar akan
masuk melalui lubang udara di bagian atas rumah.
Jika kita tetap hendak menggunakan konsep sirkulasi udara untuk
mendinginkan rumah ber-konsep iklim non-tropis, maka kita perlu
memikirkan rencana untuk mengganti / me-modifikasi dengan tipe jendela
dan pintu ber-jalusi. Karena itu adalah sarana terbaik untuk jalur keluarmasuk udara. Tanpa keberadaan jalusi di jendela atau pintu rumah, akan
sulit untuk membentuk sirkulasi udara di rumah secara konstan 24 / 7.

Jendela kaca nako juga memiliki fungsi dan kemampuan mirip dengan
jalusi pada jendela.
Jika jendela atau pintu rumah sudah berjalusi, perlu ditambahkan
lubang di bagian para / langit-langit rumah sebagai alternatif jalur udara
keluar di samping lubang angin di bagian atas dinding / kusen. Namun,
tindakan melubangi para / langit-langit rumah tersebut harus disertai
penempatan unit kipas angin di atas langit-langit rumah. Mengapa?
Kondisi kelembaban di ruang bagian atas langit-langit (di bawah
genteng rumah) memiliki tingkat lebih tinggi daripada di area di bawah
langit-langit. Kelembaban di area atas langit-langit akan lebih dulu
terbentuk dan menjadi jenuh saat terjadi penggantian suhu dan cuaca.
Kondisi lubang ventilasi yang memadai di area atas langit-langit untuk
rumah siap huni jarang dipikirkan, bahkan seringkali ditiadakan.Mungkin
keberadaan area ini dianggap kurang penting manfaat dan fungsinya.
Dengan tingginya tingkat kelembaban di area (bagian atas plafon)
tersebut, secara otomatis, akan menahan semua aliran udara dari bawah.
Bahkan, bisa terjadi kondisi sebaliknya, yaitu kelembaban di area tersebut
mengalir turun melalui lubang ventilasi yang sedianya kita buat untuk
membuang udara dalam ruangan. Sehingga, jika kita hendak
menyalurkan udara dari bawah ke area plafon, kita harus membuat udara
di area tersebut dalam kondisi dinamis / bergerak. Udara yang bergerak
akan mengurangi tingkat kelembaban.
Satu-satunya cara agar kelembaban di area itu bisa berkurang /
dikurangi tanpa kita harus memodifikasi bentuk bagian atap rumah adalah
dengan menggunakan kipas angin. Hembusan udara yang diputar oleh
kipas angin akan mempercepat proses penguapan kandungan air dalam
udara. Selain itu, kipas angin mampu memaksa udara lembab mengalir
melalui celah-celah genteng.Memasang turbin angin untuk membuat
pergerakan udara di area tersebut, tidak sepenuhnya dapat kita andalkan.
Turbin angin akan berfungsi dengan baik dalam kondisi cuaca ber-angin

cukup kuat. Anda akan mandi keringat selama menanti sebelum


datangnya angin untuk memutar turbin angin.
Tanpa bantuan angin, turbin angin hanya akan berputar pada kondisi
perbedaan suhu udara yang sangat tinggi disertai rendahnya tingkat
kelembaban antara di dalam dan luar rumah. Kondisi seperti itu sangat
jarang terjadi di daerah beriklim tropis. Memang benar celah / lubang kisikisi pada turbin angin dapat menjadi jalur keluar untuk aliran udara
lembab yang ada di area tepat di bawah genteng. Namun, prosesnya
sangat lambat.Dalam hal ini, bukan berarti tindakan memasang turbin
angin merupakan suatu tindakan sia-sia. Kipas angin yang diletakkan di
area bagian atas plafon rumah bisa berfungsi memaksimalkan kinerja
turbin angin. Kondisi udara yang dihasilkan oleh kipas angin, akan
menarik udara dalam ruangan lewat lubang ventilasi di plafon yang
sebelumnya telah kita buat. Sedangkan udara yang beredar di area atas
plafon akan dibuang melalui turbin angin relatif lebih cepat daripada
melalui celah-celah genteng rumah.
Sistem

cross

ventilation

atauventilasi

silang

adalah

system

penghawaan ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke


dalam ruangan melalui bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke
luar ruangan melalui bukaan yang lain. System ini bertujuan agar selalu
terjadi pertukaran udara di dalam ruangan sehingga tetap nyaman bagi
penghuninya.
Udara di dalam ruangan harus selalu diganti oleh udara segar
karena

udara

di

(karbondioksida)hasil

dlaam

ruangan

aktivitas

ini

penghuni

banyak

mengandung

ruangan

seperti

CO 2

bernapas,

merokok, menyalakan lilin,memasak, dan sebagainya. Sementara itu,


udara bersih yang dimasukkan ke dalam ruangan adalah udara yang
banyak mengandung O2 (oksigen).
Dalam system cross ventilation ini dikenal dua macam bukaan,
sebagai berikut :

Inlet, merupakan bukaan yang menghadap ke arah datangnya angin


sehingga berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.

Outlet, merupakan bukaan lain di dalam ruangan yang berfungsi untuk


mengeluarkan udara.

Bukaan yang dimaksud di atas dapat berupa lubang angin, kisi-kisi,


jendela yang bias dibuka, pintu yang senantiasa terbuka atau pintu
tertutup yang bias mengalirkan udara (misalnya pintu kasa atau pintu
berjalusi.
Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan
bukaan

harus

disesuaikan

dengan

arah

datangnya

angin.

Perletakan/posisi bukaan inlet dan outlet dalam system cross ventilation


dapat dibedakan menjadi dua jenis, sebagai berikut.

Posisi diagonal (cross). Bukaan inlet dan outlet diletakkan dengan


posisi ini apabila angin dating secara tegak lurus (perpendicular) ke
arah bukaan inlet.

Posisi berhadapan langsung. Bukaan inlet dan outlet diletakkan


pada posisi ini mana kala angin dating bersudut/tidak tegak lurus
(obligue) ke arah bukaan inlet.

Namun ada kalanya perletakan bukaan ini tidak dapat disusun


seperti teknik di atas. Hal ini mungkin terjadi karena bidang yang
mengarah ke luar tidak saling berhadapan. Disamping itu, sebab lain yang
mungkin timbul adalah faktor keterbatasan lahan sehingga ruang tersebut
hanya memiliki satu bidang saja yang menghadap kea rah luar bangunan.
Pada kondisi-kondisi semacam ini, cross ventilation tetap dapat dilakukan
yaitu dengan menambahkan sirip-sirip vertikal di tepi bukaan sebagai

pengarah udara untuk masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip vertikal ini
bisa terbuat dari batu bata, kayu, maupun beton.

Pada inlet dan outlet secara vertikal juga harus diperhatikan. Posisi
inlet yang lebih rendah daripada outlet akan mengalirkan udar pada
ketinggian tubuh manusia sehingga tubuh manusia bias merasakan
kesejukan dari udara tersebut. Sebaliknya,posisi inlet yang lebih tinggi
daripada outlet justru akan membuat aliran udara hanya menjangkau
sebagian kecil tubuh manusia bagian atas sehingga kesegaran tidak dapat
dirasakan penghuni rumah tersebut.
etail pemasangan bukaan juga harus diperhatikan agar diperoleh
cross ventilation yang sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet)
sebaiknya berada pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8
m, sementara bukaan outlet sebaiknya dibuat lebih tingggi karena udara
yang akan dikeluarkan dari ruangan itu adalah udara yang panas dan
udara yang panas selalu berada di bagian atas ruangan.

Alternatif

lain

perletakan

outlet

adalah

pada

atap

apabila

menggunakan atap bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan
atap topi pada jack roof dapat diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya
udara (outlet). Posisi outlet pada atap inilebih efektif untuk mengeluarkan
udara panas yang banyak berkumpul di bagian atas ruangan tersebut.

Dimensi atau kecepatan aliran udara dari bukaan inlet dan outlet
juga

harus diperhatikan. Jika bukaan

inlet memiliki dimensi atau

kecepatan aliran udara lebih kecil daripada bukaan outlet maka kecepatan
aliran udara di dalam ruangan akan meningkat 30% dari kecepatan udara
di luar ruang. Namun, jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan
aliran udara lebih besar daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran
udara di dalam ruang akan turun 30% dari kecepatan di luar ruangan.

Dari kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih
kecil dari bukaan outlet atau memakai dimension yang sama besar namun
dengan model yang berbeda (kemampuan alir udara berbeda) lebih
direkomendasikan.

3. Luas Bukaan
Bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya pergantian udara,
dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu, jendela, jalusi, lubang
angin atau lostos atau lupangan, dan lubang-lubang lain yang mungkin
ada pada suatu ruangan.Dalam perencanaan bangunan dihindari suatu
ruang yang gelap dan pengap sehingga perlu adanya suatu penghawaan
alami. Untuk itu perlu adanya penyelesaian dalam perencanaan yang baik
dan

sesuai

dengan

yang

dibutuhkan

serta

semaksimal

mungkin

menggunakan sumber daya yang ada dari alam yang memang telah
tersedia untuk kebutuhan manusia.
Pada kenyataannya, saat ini sulit didapatkan ruang terbuka yang
cukup, terutama di kota besar atau daerah industri, untuk mendapatkan
tangkapan udara segar agar dapat masuk ke dalam ruangan, karena
semua lahan telah yang ada dimanfaatkan untuk bangunan, atau ruang
tertutup. Apalagi adanya polusi udara pada daerah tempat bangunan itu
berada. Untuk itu pemanfaatan lahan yang sempit untuk penghawaan
alami sangat penting untuk dipikirkan dan diteliti agar dapat membantu
kita dalam membuat desain bangunan arsitektur yang bagus dengan
kenyamanan

yang

terjamin.

Atau

bagaimana

memanfaatkan

atau

mengolah udara yang telah kotor dan berdebu sehingga masih dapat
dimanfaatkan untuk penghawaan alami. Karena bagaimanapun juga
dalam suatu ruangan yang misalnya telah menggunakan penghawaan
buatan, masih tetap memerlukan pergantian udara.
Salah satu cara untuk mendapatkan penghawaan alami adalah dengan
membuat bukaan pada atap yang kita buat. Untuk membuat bukaan pada
atap ada banyak cara yang dapat kita gunakan, antara lain adalah seperti
pada gambar-gambar berikut ini. Dalam suatu bangunan di lingkungan
yang produktif dimana lahan menjadi sangat mahal, sering semua tempat
yang ada dipenuhi untuk bangunan demi efisiensi, demikian juga biaya
untuk bangunan bertingkat sangat tinggi. Untuk dapat memanfaatkan
sedikit lahan terbuka yang dapat digunakan pada seluruh ruangan yang
ada, kita dapat membuat lahan terbuka di tengah-tengah bangunan.

Dengan bukaan yang ada di tengah, maka dapat dimanfaatkan pada


semua ruangan yang berada di kanan dan di kiri lahan terbuka tersebut.
Yang dimaksud dinding bernafas adalah dinding pembatas yang
mempunyai lubang-lubang sehingga memungkinkan adanya aliran udara.
Dinding

bernafas

sangat

penting

sebagai

salah

satu

cara

untuk

mendapatkan adanya pergantian udara demi kenyamanan pada ruangan.


Untuk mengarahkan aliran udara atau membelokkan arah angin, perlu
memanfaatkan

adanya

perbedaan

tekanan

udara,

yaitu

dengan

pemberian vegetasi atau dinding.


Pada

daerah

ini

menyelesaikannya

cenderung
perlu

gelap

dibuat

dan

dinding

pengap,
bernafas

maka

untuk

(dinding

yang

mempunyai banyak lubang-lubang), dan pembelokan aliran angin.


Lubang angin sudah sangat umum dipakai pada bangunan sebagai
sarana

untuk

pergantian

udara.

Bahkan

lubang

ini

juga

sering

dimanfaatkan untuk estetika, mendampingi pintu dan jendela.


Salah satu bentuk lubang angin adalah lostos atau lupangan, yang
biasanya diletakkan di atas pintu atau jendela. Selain untuk keindahan,
lubang ini dapat memasukkan atau mengeluarkan udara alami, sehingga
ruangan yang ada di dalamnya menjadi segar dan sehat.Salah satu cara
yang paling mudah untuk mendapatkan aliran udara di dalam bangunan
kita adalah dengan membuka dinding ke arah angin datang. Dalam
keadaan demikian maka kita tinggal mengatur besar kecilnya pembukaan
untuk mengalirkan udara ke dalam bangunan sehingga kita bisa
mendapatkan tingkat kenyamanan yang sesuai dengan keinginan kita.
Tetapi adakalanya kita terpaksa menutup dinding ke arah datangnya
angin. Dalam hal demikian maka kita bisa mengupayakan agar angin
tersebut berbelok dari samping bangunan dan barulah kemudian kita
masukkan ke dalam ruang-ruang dalam bangunan itu.
Angin yang terlalu kencang masuk ke dalam bangunan kita tentu saja
akan terasa kurang nyaman bagi kita. Untuk itu kita dapat memperlambat
kecepatan

angin

perlambatan.

4. Vegetasi

yang

dimaksud

dengan

cara

memasang

tabir-

Vegetasi sangat mempengaruhi aliran udara pada bangunan . vegetasi


dapat membuat angin yang tadinya panas karena adanya campuran hawa
panas dari matahari menjadi sejuk setelah melewati bagian bawah pohon.
Karena seperti yang kita ketahui pada siang hari pohon mengeluarkan
oksigennya . maka dari itu sangatlah baik apabila kita membuat vegetasi
di sekitar rumah . khususnya untuk daerah yang kering.

5. Lokasi
Berdasarkan lokasinya, aliran angina tentu saja berbeda baik dari
lokasi perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan apalagi di kota-kota
besar yang populasi penduduknya sangat tinggi, serta banyaknya
bangunan-bangunan yang tinggi menyebabkan aliran angin menjadi tidak
optimal. Berbeda halnya dengan di pedesaan, aliran angin di pedesaan
cenderung sejuk dan tidak ada yang menhambat . hal ini di sebabkan
karena banyaknya tumbuhan hujai yang berada di daerah pedesaan
dibanding dengan daerah perkotaan yang udaranya sudah tercemar.
Vegetasi-vegetasi alami pada pedesaan juga umumnya masih terjaga
dengan baik di banding dengan daerah perkotaan yang mayoritas wilayah
nya terdiri dari banguna-bangun hingga hampir tidak ada tempat untuk
vegetasinya.
Jadi, dalam merancang sebuah bangunan faktor-faktor seperti ruang
terbuka, orientasi bangunan , bentuk atau luasan bukaan , vegetasi serta
lokasi sangat perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut tentang
kenyamanan bagi pemilik atau orang yang menggunakan bangunan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai