Bangunan
Pada lingkungan tropis Indonesia sinar matahari melimpah, Angin
senantiasa berhembus. Tumbuhan penghasil oksigen tumbuh lebat,
sehingga udara lingkungan bersih. Perbedaan suhu udara antara musim
panas dan dingin tidak terlalu mencolok. Suhu terendah sekitar 23 oC, dan
suhu tertinggi sekitar 38 oC.
Penghawaan buatan (AC) mengakibatkan angaran bangunan dan
pemeliharaan jadi besar, penggunaan energi listrikpun besar. Gangguan
kesehatan bisa timbul bila berada lama atau sering keluar masuk ruangan
ber AC.
Dengan demikian Orientasi pemukiman yang sehat di Indonesia
selayaknya berorientasi kepada pencahayaan dan penghawaan alami.
Untuk pengkondisian ruangan yang alami Perlu diperhatikan :
1. Orientasi bangunan.
2. Bukaan Ventilasi Silang.
3. Bukaan untuk pencahayaan.
Perletakkan ruang-ruang dengan tepat terhadap arah datangnya sinar
matahari, bentuk denah dan konstruksi bangunan yang tepat serta
pemilihan bahan yang sesuai dapat membuat ruangan menjadi nyaman
tanpa harus dengan bantuan peralatan mekanis.
1. Ruang Terbuka
Untuk menciptakan suatu pengudaraan alami yang optimal haruslah
didukung oleh tersedianya ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau ini
berfungsi sebagai sumber masuk dan keluarnya udara sehingga dapat
terjadi ventilasi silang. Hal ini berbeda dengan rumah yang tidak
menyediakan ruang terbuka hijau sedikitpun dan hampir seluruh
lahannya didirikan bangunan. Pada rumah semacam ini udara tentunya
sangat sulit mengalir sehingga ruanganpun akan menjadi pengap
karena tidak terjadi pertukaran udara.
2. Orientasi Bangunan
Jendela kaca nako juga memiliki fungsi dan kemampuan mirip dengan
jalusi pada jendela.
Jika jendela atau pintu rumah sudah berjalusi, perlu ditambahkan
lubang di bagian para / langit-langit rumah sebagai alternatif jalur udara
keluar di samping lubang angin di bagian atas dinding / kusen. Namun,
tindakan melubangi para / langit-langit rumah tersebut harus disertai
penempatan unit kipas angin di atas langit-langit rumah. Mengapa?
Kondisi kelembaban di ruang bagian atas langit-langit (di bawah
genteng rumah) memiliki tingkat lebih tinggi daripada di area di bawah
langit-langit. Kelembaban di area atas langit-langit akan lebih dulu
terbentuk dan menjadi jenuh saat terjadi penggantian suhu dan cuaca.
Kondisi lubang ventilasi yang memadai di area atas langit-langit untuk
rumah siap huni jarang dipikirkan, bahkan seringkali ditiadakan.Mungkin
keberadaan area ini dianggap kurang penting manfaat dan fungsinya.
Dengan tingginya tingkat kelembaban di area (bagian atas plafon)
tersebut, secara otomatis, akan menahan semua aliran udara dari bawah.
Bahkan, bisa terjadi kondisi sebaliknya, yaitu kelembaban di area tersebut
mengalir turun melalui lubang ventilasi yang sedianya kita buat untuk
membuang udara dalam ruangan. Sehingga, jika kita hendak
menyalurkan udara dari bawah ke area plafon, kita harus membuat udara
di area tersebut dalam kondisi dinamis / bergerak. Udara yang bergerak
akan mengurangi tingkat kelembaban.
Satu-satunya cara agar kelembaban di area itu bisa berkurang /
dikurangi tanpa kita harus memodifikasi bentuk bagian atap rumah adalah
dengan menggunakan kipas angin. Hembusan udara yang diputar oleh
kipas angin akan mempercepat proses penguapan kandungan air dalam
udara. Selain itu, kipas angin mampu memaksa udara lembab mengalir
melalui celah-celah genteng.Memasang turbin angin untuk membuat
pergerakan udara di area tersebut, tidak sepenuhnya dapat kita andalkan.
Turbin angin akan berfungsi dengan baik dalam kondisi cuaca ber-angin
cross
ventilation
atauventilasi
silang
adalah
system
udara
di
(karbondioksida)hasil
dlaam
ruangan
aktivitas
ini
penghuni
banyak
mengandung
ruangan
seperti
CO 2
bernapas,
harus
disesuaikan
dengan
arah
datangnya
angin.
pengarah udara untuk masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip vertikal ini
bisa terbuat dari batu bata, kayu, maupun beton.
Pada inlet dan outlet secara vertikal juga harus diperhatikan. Posisi
inlet yang lebih rendah daripada outlet akan mengalirkan udar pada
ketinggian tubuh manusia sehingga tubuh manusia bias merasakan
kesejukan dari udara tersebut. Sebaliknya,posisi inlet yang lebih tinggi
daripada outlet justru akan membuat aliran udara hanya menjangkau
sebagian kecil tubuh manusia bagian atas sehingga kesegaran tidak dapat
dirasakan penghuni rumah tersebut.
etail pemasangan bukaan juga harus diperhatikan agar diperoleh
cross ventilation yang sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet)
sebaiknya berada pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8
m, sementara bukaan outlet sebaiknya dibuat lebih tingggi karena udara
yang akan dikeluarkan dari ruangan itu adalah udara yang panas dan
udara yang panas selalu berada di bagian atas ruangan.
Alternatif
lain
perletakan
outlet
adalah
pada
atap
apabila
menggunakan atap bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan
atap topi pada jack roof dapat diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya
udara (outlet). Posisi outlet pada atap inilebih efektif untuk mengeluarkan
udara panas yang banyak berkumpul di bagian atas ruangan tersebut.
Dimensi atau kecepatan aliran udara dari bukaan inlet dan outlet
juga
kecepatan aliran udara lebih kecil daripada bukaan outlet maka kecepatan
aliran udara di dalam ruangan akan meningkat 30% dari kecepatan udara
di luar ruang. Namun, jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan
aliran udara lebih besar daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran
udara di dalam ruang akan turun 30% dari kecepatan di luar ruangan.
Dari kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih
kecil dari bukaan outlet atau memakai dimension yang sama besar namun
dengan model yang berbeda (kemampuan alir udara berbeda) lebih
direkomendasikan.
3. Luas Bukaan
Bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya pergantian udara,
dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu, jendela, jalusi, lubang
angin atau lostos atau lupangan, dan lubang-lubang lain yang mungkin
ada pada suatu ruangan.Dalam perencanaan bangunan dihindari suatu
ruang yang gelap dan pengap sehingga perlu adanya suatu penghawaan
alami. Untuk itu perlu adanya penyelesaian dalam perencanaan yang baik
dan
sesuai
dengan
yang
dibutuhkan
serta
semaksimal
mungkin
menggunakan sumber daya yang ada dari alam yang memang telah
tersedia untuk kebutuhan manusia.
Pada kenyataannya, saat ini sulit didapatkan ruang terbuka yang
cukup, terutama di kota besar atau daerah industri, untuk mendapatkan
tangkapan udara segar agar dapat masuk ke dalam ruangan, karena
semua lahan telah yang ada dimanfaatkan untuk bangunan, atau ruang
tertutup. Apalagi adanya polusi udara pada daerah tempat bangunan itu
berada. Untuk itu pemanfaatan lahan yang sempit untuk penghawaan
alami sangat penting untuk dipikirkan dan diteliti agar dapat membantu
kita dalam membuat desain bangunan arsitektur yang bagus dengan
kenyamanan
yang
terjamin.
Atau
bagaimana
memanfaatkan
atau
mengolah udara yang telah kotor dan berdebu sehingga masih dapat
dimanfaatkan untuk penghawaan alami. Karena bagaimanapun juga
dalam suatu ruangan yang misalnya telah menggunakan penghawaan
buatan, masih tetap memerlukan pergantian udara.
Salah satu cara untuk mendapatkan penghawaan alami adalah dengan
membuat bukaan pada atap yang kita buat. Untuk membuat bukaan pada
atap ada banyak cara yang dapat kita gunakan, antara lain adalah seperti
pada gambar-gambar berikut ini. Dalam suatu bangunan di lingkungan
yang produktif dimana lahan menjadi sangat mahal, sering semua tempat
yang ada dipenuhi untuk bangunan demi efisiensi, demikian juga biaya
untuk bangunan bertingkat sangat tinggi. Untuk dapat memanfaatkan
sedikit lahan terbuka yang dapat digunakan pada seluruh ruangan yang
ada, kita dapat membuat lahan terbuka di tengah-tengah bangunan.
bernafas
sangat
penting
sebagai
salah
satu
cara
untuk
adanya
perbedaan
tekanan
udara,
yaitu
dengan
daerah
ini
menyelesaikannya
cenderung
perlu
gelap
dibuat
dan
dinding
pengap,
bernafas
maka
untuk
(dinding
yang
untuk
pergantian
udara.
Bahkan
lubang
ini
juga
sering
angin
perlambatan.
4. Vegetasi
yang
dimaksud
dengan
cara
memasang
tabir-
5. Lokasi
Berdasarkan lokasinya, aliran angina tentu saja berbeda baik dari
lokasi perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan apalagi di kota-kota
besar yang populasi penduduknya sangat tinggi, serta banyaknya
bangunan-bangunan yang tinggi menyebabkan aliran angin menjadi tidak
optimal. Berbeda halnya dengan di pedesaan, aliran angin di pedesaan
cenderung sejuk dan tidak ada yang menhambat . hal ini di sebabkan
karena banyaknya tumbuhan hujai yang berada di daerah pedesaan
dibanding dengan daerah perkotaan yang udaranya sudah tercemar.
Vegetasi-vegetasi alami pada pedesaan juga umumnya masih terjaga
dengan baik di banding dengan daerah perkotaan yang mayoritas wilayah
nya terdiri dari banguna-bangun hingga hampir tidak ada tempat untuk
vegetasinya.
Jadi, dalam merancang sebuah bangunan faktor-faktor seperti ruang
terbuka, orientasi bangunan , bentuk atau luasan bukaan , vegetasi serta
lokasi sangat perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut tentang
kenyamanan bagi pemilik atau orang yang menggunakan bangunan
tersebut.