Anda di halaman 1dari 17

Metode Dewatering pada Pekerjaan SIPIL

Metode Dewatering pada pekerjaan SIPIL


Dalam melaksanakan Dewatering pada pekerjaan sipil dapat menggunakan beberapa metode
yang telah banyak digunakan pada proyek-proyek bangunan sipil. Metode dewatering selalu
berubah-ubah menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Seiring perkembangan teknologi,
maka cara-cara dewatering pun ikut berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Secara
mendasar ada empat metode dewatering, supaya dapat mengontrol air tanah pada proses
pelaksanaan proyek konstruksi. Metode dewatering tersebut adalah:

1. Dewatering dengan metode Open Pumping

2. Dewatering dengan metode Predrainage

3. Dewatering dengan metode Cut Off

4. Dewatering dengan metode Compressed Air

Pada waktu merencanakan bangunan sudah harus memilih salah satu dari empat jenis metode
dewatering tersebut, atau dengan cara melakukan kombinasi diantara empat metode
dewatering tersebut.

Supaya dapat memutuskan metode dewatering (pengeringan) yang layak, baik dalam
perencanaan maupun dalam pelaksanaan, diperlukan informasi dalam berbagai faktor yang
mempengaruhi timbulnya persoalan, yaitu:

Kondisi alam tanah yang bersangkutan

Hidrologi air tanah (ground water hydrology)

Ukuran serta dalamnya galian yang diperlukan


Metode galian dan penahan tanah yang diusulkan

Kedekatan jarak dengan bangunan yang telah ada, dan kedalaman serta tipe fondasi
yang digunakan.

Desain dan fungsi bangunan.

Rencana dan jadwal yang direncanakan

Pencemaran alam pada lokasi

Atas dasar hal-hal di atas, seorang ahli dewatering dapat merencanakan dewatering system
yang akan diusulkan.

Empat metode yang mendasar ini sering tidak dipahami oleh para engineer yang telah
melaksanakan proyek sekalipun, sehingga terkadang terjadi keterlambatan pelaksanaan dan
bahkan sering mengakibatkan kerugian proyek secara finansial. Kesalahan yang diakibatkan
oleh kurang pahamnya terhadap masalah pengendalian ground water ini, dapat
mengakibatkan perubahan desain dan perubahan cara pelaksanaan secara total.

Untuk mencegah hal tersebut sebaiknya dipahami dulu metode-metode dewateing yang
sesuai dengan kondisi aktual proyek yang dikerjakan.

1) Metode Dewatering Cut Off

Pada metode dewatering cut off ini aliran air tanah dipotong dengan beberapa cara, yaitu
dengan menggunakan:

1. Steel Sheet Pile

2. Concrete diaphragm wall

3. Secant piles

4. Slurry Trenches (tidak dapat berfungsi sebagai penahan tanah)


Potongan Metode Cut Off

Tampak Atas Metode Cut Off


Metode Cut Off, digunakan bila:

Sama dengan persyaratan pada Metode dewatering predrainage, kecuali item terakhir
(karena pada metode dewatering Cut Off ini tidak ada penurunan muka air tanah di
sekitarnya).

Dinding Cut Off diperlukan juga untuk struktur penahan tanah.

Gedung sebelah yang ada, sensitif terhadap penurunan muka air tanah.

Tidak tersedia saluran pembuang (saluran drain).

Diperlukan untuk menunjang metode Top Down pada pekerjaan basement.

Pelaksanaan Metode Cut Off:

Prinsip metode dewatering Cut Off ini adalah memotong aliran air dengan suatu dinding
pembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air tanah. Ditinjau dari
pergerakan air tanah, Metode dewatering cut off ini paling baik, karena tidak terjadi aliran air
tanah, dan tidak terjadi penurunan muka air tanah di sekeliling luar daerah galian. Jenis
dinding yang digunakan beserta urut-urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.1 Steel Sheet Pile:


Tetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan, karena steel sheet pile
tersebut juga berfungsi sebagai struktur penahan tanah.

Tetapkan model profil yang terletak pada belokan (biasanya menggunakan profil yang
ada dipotong dan disambung kembali sesuai model yang dikehendaki).

Bila diperlukan, steel sheet pile dapat disambung lebih dulu sebelum dipancang,
dengan memperhatikan agar alur sambungan dengan steel sheet pile yang lain tetap
terjaga.

Steel Sheet Pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman agar
steel sheet pile dapat berdiri sendiri dengan stabil.

Steel sheet pile berikutnya dipancang dengan mengikuti alur sambungan dengan steel
sheet pile yang telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama. Begitu
seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai sepanjang yang kita kehendaki.

Pemancangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu per satu
sampai kedalaman yang dikehendaki. Untuk menjaga agar steel sheet pile tidak keluar
dari interlocking selama proses pemancangan, disarankan menggunakan Vibro
Hammer yang dilayani dengan Crane. Disarankan dipancang bagian tengah lebih
dulu.

Bila pemancangan telah selesai sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki yaitu
sampai pada lapisan impermeable, barulah pekerjaan galian dapat dimulai. Bila
diperlukan steel sheet pile dapat diperkuat dengan strutting yang dipasang bersamaan
mengikuti pekerjaan galian. Bermacam-macam jenis perkuatan dapat dilakukan,
tergantung hal-hal yang mempengaruhinya. Bila galian terlalu lebar, penggunaan
strutting tidak efisien, sebagai gantinya diperlukan bracing.

Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat digunakan
sistem angkur.

Bila pada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable (clay) yang ketebalannya
tidak cukup kuat menahan tekanan air, agar tidak terjadi peristiwa quick sand, di luar
dinding steel sheet pile dipasang pressure relief well (Sumur pelepasan tekanan).
Bila lapisan impervious letaknya sangat dalam, untuk memperkecil hydraulic gradient
(untuk mengurangi tinggi tekanan air) pemancangan steel sheet pile dapat
diperdalam. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya peristiwa quick sand. Air
tidak akan muncul pada dasar galian karena telah kehabisan tinggi tekanan airnya.

1.2 Metode Cut Off dengan Slurry Trenches

Dewatering dengan metode Cut Off bisa juga menggunakan Slurry Trenches, Slurry Trenches
ini sering digunakan untuk :

Untuk Construction Dewatering

Untuk Penjagaan polusi terhadap air tanah

Untuk Pengendalian seepage pada dam/tanggul

Metode pelaksanaan Slurry Trenches adalah sebagai berikut:

1. Parit digali sesuai lebar dan kedalaman desain dengan menggunakan backhoes, clamp
shell atau dragline. Kedalaman galian harus dapat diyakinkan bahwa sudah memotong
atau mencapai lapisan kedap air. Bila perlu pada proses penggalian menggunakan
bentonite untuk menjaga keruntuhan tanah galian dan sambil membentuk lapisan
dinding yang dapat membantu menahan air.

2. Tanah bekas galian yang sudah dibersihkan dari akar-akar dan lain-lain, dicampur
dengan slurry pada permukaan sepanjang parit menggunakan bulldozer atau loader.
Material yang ideal dalam hal ini adalah silty sand.

3. Penimbunan kembali lubang parit dengan material yang sudah dicampur slurry
tersebut, dilakukan dalam dua tahap.

4. Penimbunan tahap pertama menggunakan clamp shell dengan cara meletakkan


material campuran ke dasar parit, agar tidak terjadi segregasi sampai membentuk
lereng timbunan setinggi permukaan.

5. Penimbunan tahap ke dua, menggunakan bulldozzer dengan cara mendorong material


campuran ke dalam lubang parit melalui lereng yang telah terbentuk pada
penimbunan tahap pertama.

6. Setelah penimbunan kembali selesai, bagian atasnya ditutup dengan tanggul tanah
yang dipadatkan.

1.3 Metode Cut Off dengan Secant Piles

Dewatering dengan Metode Cut Off dapat dilakukan dengan menggunakan Secant Piles,
yaitu tiang yang saling bepotongan sehingga membentuk dinding yang rapat.
Prosesnya sama dengan diaphragm wall, tetapi materialnya menggunakan tiang beton
bertulang dan tiang dari semen bentonite, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Di titik yang telah ditetapkan, tanah di bor sedalam desain, kemudian di cor semen
bentonite.

Di sebelahnya, sesuai dengan arah (line) diaphragm wall yang direncanakan, di bor
lagi sedalam desain, dengan jarak as lebih kecil dari 2x diameter lubang, kemudian di
cor semen bentonite. Begitu seterusnya hingga seluruh line diaphragm wall dicapai.
Tiang Bentonite

Tepat di tengah-tengah antara tiang-tiang semen bentonite yang telah selesai di cor
(setelah 3 hari), dilakukan pengeboran tanah dengan diameter dan kedalaman yang
sama. Karena jarak tepi tiang lebih kecil dari diameter, maka selama proses
pengeboran tiang-tiang lama akan tergerus. Kemudian dilakukan pengecoran dengan
semen bentonite. Begitu seterusnya diantara tiang-tiang yang telah di cor, dengan
demikian terbentuklah dinding yang rapat, terdiri dari tiang-tiang yang saling
berpotongan (berjejeran).

Pengeboran diantara tiang bentonite

Bila struktur secant pile ini diperlukan juga sebagai struktur penahan tanah selama
proses penggalian, maka untuk tiang yang tahap kedua di cor beton bertulang (sebagai
struktur penahan)

Semen bentonite yang ada di pasaran ada beberapa macam antara lain Indobent
(produksi dalam negeri), dan produksi luar negeri (impor). Sedangkan campuran
semen bentonite dari beberapa trial mix yang pernah dilakukan, telah didapatkan hasil
test laboratorium untuk Unconfined Compressive Strength pada umur 7 hari.
Komposisi Berat
NO Material Campuran Kg/cm2 Keterangan
Campuran

1 Air Cement Bentonite 1000kg, 300kg, 70kg 0.7265 Umur 7 hari

2 Air Cement Bentonite 1000kg, 300kg, 50kg 1,6718 Umur 7 hari

1.4 Concrete Diaphragm Wall pada Metode Cut Off

Diaphragm Wall ini dibuat dari beton yang dicor di dalam tanah membentuk dinding yang
dapat berfungsi sebagai cut off dewatering dan sebagai struktur penahan tanah. Pada proses
penggalian tanah (basement). Metode pelaksanaan diaphragm wall secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Dibuat guide wall dari beton sepanjang diaphragm wall sebagai pedoman penggalian
dan sekaligus difungsikan sebagai lantai kerja (beton bertulang).

GUIDE WALL
Dilakukan galian tanah untuk diaphragm wall, panel demi panel (panel female)
berselang seling dengan menggunakan clampshell, selebar dan sedalam desain. Bila
perlu dengan bantuan lumpur bentonite untuk mencegah keruntuhan dinding galian.

Lubang tanah yang telah selesai digali secara selang-seling kemudian dipasang
pembesian dan pipa, untuk pengecoran panel female.
Galian Female + Pemasangan Pipa

Pengecoran Female
Panel-panel antara galian yang sudah dicor beton, digali seperti panel yang terdahulu
(panel male).

Kemudian panel-panel tersebut dicor beton, sehingga membentuk dinding beton yang
menerus.

2) Metode Dewatering OPEN PUMPING

Pada metode dewatering ini air tanah dibiarkan mengalir ke dalam lubang galian, kemudian
dipompa keluar melalui sumur/ selokan penampung di dasar galian.

Gambar Potongan

Tampak Atas
Metode Open Pumping ini digunakan bila:
Karakteristik tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi

Jumlah air yang akan dipompa tidak besar (debitnya)

Dapat dibuat sumur/ selokan penampung untuk pompa.

Galian tidak dalam.

Pelaksanaan Metode Open Pumping:

Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang dipompa, sejak sebelum penggalian
dimulai.

Penggalian diakukan sampai kedalaman rencana, bila belum sampai pada kedalaman
rencana sudah tergenang air yang cukup mengganggu pekerjaan galian, maka
penggaliannya dilakukan secara bertahap.

Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk tempat pompa
isap.

Pada sumur/ selokan tandon air tersebut, dipasang pompa untuk pengeringan (pompa
submersible lebih baik dibanding pompa biasa).

Bila kedalaman galian melebihi kemampuan isap pompa (suction lift), maka
pemompaan dapat diturunkan

Bila galian sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap. Dan membuat sumur/
selokan di beberapa tempat.

Galian dengan areal yang sangat luas, maka dilakukan penahapan sebagai berikut:

Tanah digali sebatas muka air tanah pada seluruh luasan galian dengan Bulldozer/
Excavator.

Disekeliling tepi galian dibuat galian selokan dengan kedalaman lebih dari elevasi
dasar galian, dengan menggunakan excavator atau clampshell.
Prosedur ini sekaligus dapat mengontrol lateral seepage (rembesan) ke dalam selokan
tandon di sekeliling tepi galian.

3) Metode Dewatering PREDRAINAGE

Pada Metode Dewatering ini muka air tanah (water table) diturunkan terlebih dulu sebelum
penggalian dimulai, dengan menggunakan wells, wellpoints.

Potongan Metode dewatering PREDRAINAGE

Tampak Atas Metode dewatering PREDRAINAGE

Metode Predrainage digunakan bila :

Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan
banyak celah.

Jumlah air yang akan dipompa cukup besar (debitnya).

Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide.
Penurunan muka air tanah tidak mengganggu atau merugikan bangunan di sekitarnya.

Tersedia saluran pembuangan air dewatering.

Pelaksanaan Metode Predrainage :

Prinsip predrainage di sini adalah muka air tanah di daerah galian diturunkan sampai di
bawah elevasi rencana dasar galian, dengan menggunakan wellpoint system atau deep well,
sebelum pekerjaan galian dimulai. Dengan demikian selama proses penggalian tidak akan
tergganggu oleh air tanah.

Urutan pekerjaan dewatering metode predrainage adalah:

Dibuat suatu perencanaan (design wellpoints) untuk memperoleh jumlah wellpoint


yang diperlukan (letak dan jaraknya) dan kapasitas pompa yang akan digunakan.
Jarak tiap-tiap wellpoint biasanya berkisar antara 1 sampai 4 meter, dengan suction
lift (penurunan muka air tanah) antara 5 sampai 7 meter.

Dibuat sumur tes untuk mengetahui lapisan tanah dan tinggi muka air tanah, guna
meyakinkan perencanaan yang ada.

Dipersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa ke dalam saluran
drainase yang ada. Hal ini perlu menjadi perhatian karena debit air yang dibuang
kadang-kadang cukup besar.

Dipasang wellpoint dengan kedalaman dan jarak tertentu dan bagian pengisapnya
(bagian atas) dihubungkan dengan header (pipa penghubung wellpoint). Kemudian
header pipe dihubungkan dengan pompa dengan pipa buangnya disambung dan
diarahkan ke saluran pembuang.

Pada pemilihan sistem predrainage ini harus diperhatikan benar ketersediaan saluran drainase
yang dapat menampung debit air yang harus dibuang per menitnya. Bila tidak tersedia saluran
drainase yang cukup, akan timbul masalah baru, dalam rangka proses pengeringan
(dewatering) dengan sistem predrainage ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasanya air
buangan dimasukkan kembali ke dalam tanah dengan membuat sumur-sumur resapan.

Pada titik kedudukan wellpoint dibor sampai kedalaman tempat bagian atas saringan
wellpoint terletak minimum 100 cm di bawah elevasi dasar galian (untuk tanah yang tidak
UNIFORM).
Bila dasar galian terletak pada tanah lempung (clay), maka bagian atas saringan berjarak
kurang lebih 15 cm dari permukaan clay.

Bila lapisan tanah terdiri dari pasir halus, maka saringan harus diletakkan sampai pada
lapisan butir kasar. Hal ini untuk mencegah agar partikel halus dari tanah tidak ikut tersedot
oleh pompa.

Dalam hal ini installasi pipa-pipa yang ada tidak boleh terjadi kebocoran, karana akan
mengurangi efektifitas pompa yang digunakan.

METODE PELAKSANAAN DEWATERING SISTEM WELL POINT

Pada pembangunan gedung bertingkat saat ini sering dibuat


basement dengan berbagai alasan diantaranya menambah ruang dan alasan lain seperti bila
dijumpai tanah lembek. Untuk melaksanakan basement maka penggalian tidak dapat
dihindarkan dan bilamana muka air tanah tinggi serta pada lapis yang tembus air, maka
pemompaan harus dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan
pelaksanaan konstruksi.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi situasi ini ialah dengan
menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan yang dilakukan dengan sumur titik
( well point system).

PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Tentukan letak titik dan kedalaman rencana pengeboran.

2. Menyiapkan casing pipa PVC dengan urutan sebagai berikut :


Lubangi pipa casing pada bagian ujung yg akan terendam air dengan diameter lubang
sesuai shopdrawing, dengan menggunakan alat bor.

Bungkus lubang-lubang pipa tersebut dengan kawat ayam / plastik filter.

PEMBUATAN LUBANG PADA UJUNG PIPA

MEMBUNGKUS PIPA LUBANG DENGAN KAWAT AYAM

Buat bak penampung air sirkulasi pengeboran berupa galian tanah yang dilapisi
semen.

Laksanakan pengeboran tanah dengan mesin bor, jumlah lubang dan diameter serta
kedalaman galian harus sesuai dengan rencana.

Masukkan pipa PVC yang telah dilubangi kedalam lubang bor secara bertahap.

Isi rongga antara lubang pengeboran dan casing PVC dengan koral gundu.

Buat saluran pembuangan air dari hasil dewatering.


LUBANG HASIL BOR SIAP DIPASANG PIPA/CASING PVC

PIPA CASING PVC DIMASUKKAN DALAM SUMUR

PENGEBORAN TANAH UNTUK DEWATERING


Pasang dan operasikan pompa submersible secara otomatis kedalam casing PVC,
dengan mengatur :

a. Rangkaian pompa submersible dengan pipa galvanis

b. Letak manometer, stop kran, check valve (untuk mengetahui dan mengatur tekanan /
debit air).

c. Letak water level control/elektrode (untuk mengatur tinggi rendahnya permukaan air
di dalam sumur sebagai pengamanan pompa).

d. Letak panel kontrol dan instalasi listrik.

Merk-merk pompa dewatering yang sering digunakan Torishima, Ebara, dll

KONSTRUKSI SUMUR DEWATERING

Anda mungkin juga menyukai