Anda di halaman 1dari 10

SELF HEALING CONCRETE

OLEH : KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Della Ayu Adinanda 191910301023


2. Ibnu Rahmat Hafidz 181910301180
3. M. Andhika Rafif 191910301133
4. M. Reza Aldi Firdaus 191910301067
5. Retno Dumilah 191910301103
SELF HEALING CONCRETE
DESKRIPSI

Sejak awal tahun 90-an, para peneliti telah mengembangkan suatu metode dimana beton dapat
memperbaiki dirinya sendiri.
Diane Gardner, peneliti dari Cardiff University, Wales, meraih penghargaan saat British Science Festival
atas karyanya, yakni beton yang mampu memperbaiki dirinya sendiri. Gardner yang berasal dari School
of Engineering Cardiff University bergabung dalam kelompok peneliti yang telah berusaha
mengembangkan beton yang mampu mendeteksi dan merespon kerusakan yang ada di dalam
infrastrukturnya.
CARA KERJA

Dalam memperbaiki dirinya sendiri, beton ini bekerja dalam tiga cara utama :
 Celah-celah retakan dikontrol menggunakan serat yang dapat dibuat dari material plastic daur
ulang, seperti botol

 Bakteri ditempatkan pada beton yang akan meremajakan dirinya sendiri dari kerusakan
 Saat mulai terjadi kerusakan, bakteri akan menanamkan semen biologis yang akan mengisi celah-
celah kerusakan,
 Berikutnya, kapsul-kapsul berukuran nano dan mikro yang berisi getah atau “lem penyembuh
keretakan” dilepaskan saat kerusakan terjadi pada struktur yang bersangkutan.
KONSEP KERJA

Bakteri yang direkayasa secara genetik itu


diprogram untuk menemukan retakan pada
beton. Kemudian, setelah mendapatkan titik
yang dicari, bakteri tersebut memproduksi
kalsium karbonat dan “lem bakteri”.
Perekat ini bersinergi dengan sel-sel
filamen bakteri yang dapat mengembalikan
kekuatan beton yang retak dan pada
dasarnya "menjahit" beton tersebut
kembali ke kondisi semula.
TUJUAN

Menurut Dr. Jennifer Hallinan yang merupakan seorang instruktur mahasiswa dan peneliti di
Newcastle University, pengembangan agen perekat itu bertujuan untuk memperpanjang usia
struktur bangunan dengan mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
Ia juga mengatakan bahwa pengembangan bakteri perekat ini sangat berguna di daerah
rawan gempa bumi. Setelah terjadi gempa, ratusan bangunan harus dirobohkan sebab hingga
saat ini belum ada cara yang mudah untuk memperbaiki retakan pada beton dan
mengembalikannya menjadi struktur yang benar-benar aman.
KEKURANGAN
PROSES PERBAIKAN TERSEBUT HANYA BERLAKU DI RETAKAN-RETAKAN DALAM. PROSES
PENIMBUNAN KAPUR DARI BAKTERI TIDAK AKAN SAMPAI KE PERMUKAAN BETON SEBAB
BAKTERI TERSEBUT AKAN MATI SAAT TERPAPAR SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG.
DI INDONESIA

Hal serupa juga pernah dilakukan oleh dua mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung bernama Rhesa
Avila Zainal dan Corwin Rudly yang telah menciptakan rekayasa teknologi baru bernama “beton
hidup”. Rhesa dan Corwin memanfaatkan mikroorganisme ke dalam campuran semen sebagai bahan
baku pembuatan beton. Mikroorganisme yang cocok adalah bacillus yang dimasukkan dalam bentuk
spora sehingga tahan lama karena sifatnya yang tidak aktif. Bakteri tersebut dipilih karena dapat
mengeluarkan kotoran berupa zat kapur yang merupakan bahan baku semen.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai