Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Bapak Luthfi
Amri Wicaksono, S.T.,M.T. serta teman-teman sekalian yang telah membantu,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini (masyarakat desa dan masyarakat kota) sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Jember, 5 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4

1.3 Tujuan.................................................................................................4

BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Pengertian Self Healing Concrete.......................................................5

2.2 Awal Penemuan Self Healing Concrete..............................................5

2.3 Proses Self Healing Pada Retak Beton...............................................6

2.3.1 Prinsip kerja Self Healing Concrete........................................6

2.4 Perkembangan Self Healing Concrete Di Indonesia...........................7

2.5 Kekurangan & Kelebihan Self Healing Concrete...............................7

2.5.1 Kelebihan Se lf Healing Concrete...........................................7

2.5.2 Kekurangan Self Healing Concrete.........................................8

BAB 3. PENUTUP.................................................................................................9

3.1. Kesimpulan...........................................................................................9

3.2. Saran......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

2
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infrastruktur penunjang kehidupan saat ini seperti jalan raya, jembatan,
serta bangunan banyak yang terbuat dari beton. Perlu dilakukan pemeliharaan
berkala terhadap infrastruktur tersebut untuk menjaga agar infrastruktur tersebut
tetap layak digunakan. Masalah yang sering terjadi pada infrastruktur berbahan
beton ialah terjadinya retak beton. Retak yang terjadi dapat menjadi lebar dan
membahayakan jika tidak dilakukan tindakan perbaikan. Perbaikan untuk retak
beton membutuhkan biaya yang tinggi.
Dilain sisi terdapat inovasi yaitu bio concrete, suatu campuran beton
dengan mikroorganisme yang dapat membuat beton dapat memperbaiki dirinya
sendiri (self-healing concrete) ketika terjadi kerusakan seperti retak beton.
Mikroorganisme yang umum digunakan pada campuran beton ini ialah Bacillus
sp. dan Sporosarcina sp. Bakteri tersebut dapat mensekresikan senyawa yang
nantinya dapat membentuk endapan CaCO3 (kalsium karbonat) yang dapat
mengisi retak-retak yang timbul pada beton melalui jalur metabolismenya.
Pengaplikasian teknologi ini sangat penting dilakukan mengingat inovasi
teknologi ini dapat menekan pembiayaan pemeliharaan infrastruktur yang saat ini
masih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Self Healing Concrete?
2. Bagaimana awal penemuan metode Self Healing Concrete?
3. Bagaimana cara kerja Self Healing Concrete pada beton?
4. Bagaimana perkembangan penelitian Self Healing Concrete di Indonesia?
5. Apa kekurangan dan kelebihan Self Healing Concrete ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui aplikasi mikroorganisme pada
teknologi bio concrete dan mekanismenya pada proses self- healing sehingga
diperoleh pemahaman tentang solusi pemeliharaan infrastruktur rendah biaya.

3
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Self Healing Concrete


Bio concrete adalah suatu produk yang dapat melakukan perbaikan secara
mandiri pada retak beton (self-healing concrete) dengan produksi mineral yang
dihasilkan oleh aktivitas mikroba didalam beton. Self-healing concrete dapat
dibedakan menjadi dua, berdasarkan mekanisme perbaikannya, yaitu autogenous
healing dan engineered healing.
Autogenous healing merupakan proses yang terjadi di dalam beton akibat
reaksi kimiawi dari dalam matriks beton, sedangkan engineered healing
didapatkan dengan menambahkan bahan kimia maupun biologi yang spesifik
kedalam campuran matriks beton. Engineered healing dapat dikategorikan
menjadi beberapa macam, salah satunya ialah penggunaan bakteri sebagai agent
healing.

Gambar 2.1 Self healing concrete.

2.2 Awal Penemuan Self Healing Concrete


Sejak awal tahun 90-an, para peneliti telah mengembangkan suatu metode
dimana beton dapat memperbaiki dirinya sendiri. Diane Gardner, peneliti dari
Cardiff University, Wales, meraih penghargaan saat British Science Festival atas
karyanya, yakni beton yang mampu memperbaiki dirinya sendiri. Gardner yang
berasal dari School of Engineering Cardiff University bergabung dalam kelompok

4
peneliti yang telah berusaha mengembangkan beton yang mampu mendeteksi dan
merespon kerusakan yang ada di dalam infrastrukturnya.

2.3 Proses Self Healing Pada Retak Beton


Dalam memperbaiki dirinya sendiri, beton ini bekerja dalam empat cara
utama :
1. Celah-celah retakan dikontrol menggunakan serat yang dapat dibuat dari
material plastic daur ulang, seperti botol
2. Bakteri ditempatkan pada beton yang akan meremajakan dirinya sendiri
dari kerusakan
3. Saat mulai terjadi kerusakan, bakteri akan menanamkan semen biologis
yang akan mengisi celah-celah kerusakan,
4. Berikutnya, kapsul-kapsul berukuran nano dan mikro yang berisi getah
atau “lem penyembuh keretakan” dilepaskan saat kerusakan terjadi pada
struktur yang bersangkutan.

2.3.1 Prinsip kerja Self Healing Concrete


Bakteri yang direkayasa secara genetik itu diprogram untuk menemukan
retakan pada beton. Kemudian, setelah mendapatkan titik yang dicari, bakteri
tersebut memproduksi kalsium karbonat dan “lem bakteri”. Perekat ini bersinergi
dengan sel-sel filamen bakteri yang dapat mengembalikan kekuatan beton yang
retak dan pada dasarnya "menjahit" beton tersebut kembali ke kondisi semula.

Gambar 2.2 Prinsip kerja Self healing concrete

5
2.4 Perkembangan Self Healing Concrete Di Indonesia
Hal serupa juga pernah dilakukan oleh dua mahasiswa dari Institut
Teknologi Bandung bernama Rhesa Avila Zainal dan Corwin Rudly yang telah
menciptakan rekayasa teknologi baru bernama “beton hidup”.  Rhesa dan Corwin
memanfaatkan mikroorganisme ke dalam campuran semen sebagai bahan baku
pembuatan beton. Mikroorganisme yang cocok adalah bacillus yang dimasukkan
dalam bentuk spora sehingga tahan lama karena sifatnya yang tidak aktif. Bakteri
tersebut dipilih karena dapat mengeluarkan kotoran berupa zat kapur yang
merupakan bahan baku semen.

2.5 Kekurangan & Kelebihan Self Healing Concrete


2.5.1 Kelebihan Self Healing Concrete
a. Sebagai Infrastruktur Rendah Biaya
Biaya perawatan serta perbaikan infrastruktur yang terbuat dari beton
membutuhkan biaya yang tinggi. Penggunaan self-healing juga dapat
mengurangi kebutuhan semen pada proses konstruksi beton. Pada proses

pembuatan beton biasa, biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 2.802.725/m3,


sementara pada beton self- healing hanya menghabiskan biaya Rp

2.359.295/m3. Hal ini menunjukkan, penggunaan self-healing concrete dapat

menurunkan biaya sebesar Rp 442.725/m3, dikarenakan tidak perlu


melakukan perbaikan pada beton jika terjadi keretakan serta menurunkan
penggunaan semen pada konstruksi matriks beton.
b. Ramah lingkungan
Kerugian yang diakibatkan kemacetan yang terjadi akibat perbaikan yang
dilakukan pada infrastruktur yang rusak mencapai lebih dari 10 kali lipat dari
biaya perbaikan. Dari sini terlihat bahwa penggunaan self-healing concrete
dapat menurunkan pembiayaan pada infrastruktur, baik dalam segi
pemeliharaan maupun pada segi konstruksi awal. Sehingga pengaplikasian
teknologi sangat penting untuk dilakukan.

6
2.5.2 Kekurangan Self Healing Concrete
Proses perbaikan tersebut hanya berlaku di retakan-retakan dalam. Proses
penimbunan kapur dari bakteri tidak akan sampai ke permukaan beton sebab
bakteri tersebut akan mati saat terpapar sinar matahari secara langsung.

7
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari review mengenai bio concrete ini dapat disimpulkan bahwa


pengaplikasian bio concrete merupakan solusi dari permasalahkan infrastruktur
yang membutuhkan pembiayaan yang tinggi. disisi lain penggunaan material ini
juga ramah lingkungan. Kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih dalam
mengenai teknik-teknik yang lebih baik pada proses pembuatan bio concrete. Hal
ini diokarenakan masih terdapat kelemahan pada teknik pembuatan yang sudah ada
saat ini.

3.2. Saran
1. Self Healing Concrete sangat dianjurkan untuk diterapkan terutama pada
daerah rawan bencana seperti gempa bumi, karena dapat memperbaiki struktur
bangunan dengan efektif.
2. Self Healing Concrete juga dianjurkan sebagai metode pengganti sistem
perbaikan beton konvensional, dikarenakan dapat menekan anggaran secara
signifikan.
3. Self Healing Concrete dapat diterapkan tidak hanya pada bangunan fungsional
berskala kecil, namun dapat juga diterapkan pada bangunan fungsional
berskala besar seperti gedung bertingkat dan lain lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bashir, J.; Kathwari, I.; Twary, A.; & Singh, K., 2016, “Bio Concrete – The Self-
healing Concrete”, Indian Journal of Science and Technology, Vol. 9, hlm. 1-5.

de Rooij, M.R.; Schlangen, E.; & Joseph, C., 2013, “Introduction”, dalam de Rooij,
M.R.; Van Tittelboom, K.; de Belie, N.; & Schlangen, E. (Editor), Self-healing
Phenomena in Cement-Based Materials, hlm. 1-17, New York: Spring

Gat, D., Tsesarsky, M., Shamir, D., & Ronen Z., 2014, “Accelerated Microbial-
Induced CaCO3 Precipitation in a Defined Coculture of Ureolytic and Non-
Ureolytic Bacteria”, Biogeosciences, Vol. 11, hlm. 2561–2569.

Hyun Jung, K.; Hyo Jung, E.; Chulwoo, P.; Jaejoon, J.; Bora, S.; Wook, K.;
Namhyun, C.; In-Geol, C.; & Woojun, P., 2016, “Calcium Carbonate
Precipitation by Bacillus and Sporosarcina Strains Isolated from Concrete and
Analysis of the Bacterial Community of Concrete”, J. Microciol. Biotechnol, Vol.
23 No. 6, hlm. 540-548.

Ivanov, V.; Chu, J.; & Stabnikov, V., 2015, “Basics of Construction Microbial
Biotechnology”, dalam Pacheco Torgal, F.; Labrincha, J. A.; Diamanti, M. V.;
Yu, C. P.; & Lee, H. K. (Editor), Biotechnologies and Biomimetics for Civil
Engineering, hlm. 21-56, New York: Springer.

Khaliq, W. & Ehsan, M. B., 2016, “Crack Healing in Concrete Using Various Bio
Influence Self-healing Techniques”, Construction and Building Materials, Vol.
102, hlm. 349-357.

9
Rochani, I.; Prasetyo, A.; & Kurniawan, A., 2016, “Pemanfaatan Batu Apung
(Pumice) sebagai Agent Perbaikan Kerusakan Retak pada Beton”, Majalah
Geografi Indonesia, Vol. 30 No. 1, hlm. 49-57.

Schlangen, E. & Sangadji S., 2013, “Addressing Infrastructure Durability and


Sustainability by Self Healing Mechanisms - Recent Advances in Self Healing
Concrete and Asphalt”, Procedia Engineering, Vol. 54, hlm. 39-57.

Seshagiri Rao, M. V.; Reddy, V. S.; Hafsa, P. M.; Veena, P.; & Ausha, P., 2013,
“Bioengineered Concrete – A Suistanable Self-healing Construction Material”,
Research Journal of Engineering Science, Vol. 2 No. 6, hlm. 45-51.

Tziviloglou, E.; Wiktor, V.; Jonkers, H. M.; & Schlangen, E., 2016, “Bacteria-based
Self-Healing Concrete to Increase Liquid Tightness”, Construction and Building
Materials, Vol. 122, hlm. 118-125.

10

Anda mungkin juga menyukai