Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton sebagai salah satu material konstruksi yang paling umum


digunakan, memainkan peranan yang sangat penting dalam banyak bidang.
Material ini telah banyak digunakan dalam konstruksi bangunan, bendungan,
tangki penyimpanan, pelabuhan laut, jalan, jembatan, terowongan, jalur kereta
bawah tanah dan infrastruktur lainnya. Beton biasanya merupakan kombinasi dari
air, agregat (kasar dan halus) dan semen. Semen merupakan bagian yang paling
penting dari beton karena semen mengikat agregat dan mengisi kekosongan antara
partikel kasar dan partikel halus. Kekuatan tekan tinggi, ketersediaan, daya tahan,
sifat yang kompatibel dengan batang baja tulangan, harga rendah, persiapan
sederhana dan pencetakan dalam bentuk dan ukuran yang diinginkan membuat
beton menjadi pilihan untuk banyak hal (Seifan, Samani dan Berenjian, 2017).

Meskipun memiliki keuntungan, beton memiliki kecenderungan tinggi


untuk membentuk retakan dibawah tekanan. Retak atau crack merupakan salah
satu penyebab kerusakan dan penurunan daya tahan beton. Retakan dapat
terbentuk dalam fase plastis maupun fase mengeras beton. Gerakan bekisting dan
penyusutan karena cepatnya kehilangan air dari permukaan beton mengakibatkan
pembentukan retak selama fase plastis (Le Metayer-Levrel et al., 1999 dalam
Seifan, Samani dan Berenjian, 2017). Sedangkan, erosi, penyusutan saat kering,
tekanan panas, kesalahan desain, reaksi kimia, kelebihan beban secara konstan,
beban eksternal membantu pembentukan retakan dalam fase mengeras (Van
Tittelboom, 2010 dalam Seifan, Samani dan Berenjian, 2017). Meskipun telah
banyak pengukuran yang diambil, pembentukan retakan cukup sering terjadi
karena kesalahan manusia, tenaga kerja tidak terampil, kondisi cuaca, dll (Wang
et al., 2010 dalam Ghodke dan Mote, 2018). Menurut de Rooij et al. (dalam
Herlambang dan Saraswati, 2017) dibutuhkan biaya yang tinggi untuk perawatan
dan perbaikan infrastruktur yang terbuat dari beton.
Faktor utama yang berperan dalam perbaikan secara mandiri pada
konstruksi beton yang mengalai keretakan ialah formasi dari CaCO3 (Tziviloglou
et al., 2016 dalam Herlambang dan Saraswati, 2017). Berdasarkan hal ini, dapat
digunakan substitusi dari mikroorganisme yang dapat memproduksi senyawa
CaCO3. Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri Bacillus subtilis dan
Bacillus cohnii. Bakteri ini adalah memiliki kemampuan untuk mengendapkan
kalsium karbonat (CACO3) saat terdapat sumber karbonat. Bakteri tersebut
digunakan untuk peningkatan kekuatan spesimen uji beton yang diteliti. Kedua
bakteri tersebut merupakan bakteri spesies basilus dan sama sekali tidak
berbahaya bagi manusia dan dapat menahan segala kondisi suhu.

Teknologi self-healing dengan menggunakan metode kapsulasi dilakukan


dengan mengisolasi agen healing pada kapsul yang berperan sebagai pelindung
agen tersebut. Prinsip metode ini adalah jika terjadi kerusakan pada beton dan
memicu kerusakan kapsul pembawa agent healing, agen tersebut akan terlepas
pada bagian beton yang rusak dan memicu mekanisme self-healing karena adanya
reaksi dengan oksigen, kelembaban, dan suhu serta memanfaatkan komposisi
mineral yang terkandung dalam material semen (Van Tittelboom dan de Belie,
2013 dalam Herlambang dan Saraswati, 2017). Prinsip dasar dari pengaplikasian
endapan CaCO3 untuk self-healing concrete ialah dilakukan pencampuran antara
bakteri dan agen terkait lainnya dengan matriks beton saat proses pengecoran
berlangsung. Jika terjadi keretakan, bakteri yang ada disekitar terjadinya
keretakan akan teraktifkan karena dipengaruhi oleh kelembaban dan adanya O2,
sehingga akan membentuk suatu endapan CaCO3 diakhir proses menggunakan
katalis urease secara hidrolisis yang akan menutup retak pada beton (Wang et al.,
2014 dalam Herlambang dan Saraswati, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan diteliti atau diselesaikan pada Penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus cohnii
terhadap penyembuhan keretakan pada beton dengan umur perawatan 7,
14, 21 dan 28 hari?
2. Bagaimana pengaruh bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus cohnii
terhadap kuat tekan beton?
3. Bagaimana karakteristik fisik dan mekanik beton self-healing setelah
penambahan bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus cohnii?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Penelitian ini, yaitu
1. Menganalisis dan mempelajari pengaruh penambahan bakteri Bacillus
subtilis dan Bacillus cohnii terhadap penyembuhan keretakan pada beton
dengan umur perawatan 7, 14, 21 dan 28 hari.
2. Mengkaji pengaruh penambahan bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus
cohnii terhadap kuat tekan beton.
3. Mendapatkan perbandingan karakteristik fisik dan mekanik beton self-
healing sebelum dan setelah penambahan bakteri Bacillus subtilis dan
Bacillus cohnii.

1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, diantarannya adalah
Bagi Civitas Akademia
1. Menambah bahan literatur dan kajian mengenai pengaruh penambahan
bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus cohnii dalam proses self-healing
concrete.
2. Menambah wawasan mengenai self-healing concrete.
Bagi Masyarakat
1. Menambah inovasi mengenai penyelesaian permasalahan pada keretakan
beton dengan menggunakan bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus cohnii
sebagai media penyembuhan keretakan (self-healing concrete).
1.5 Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan diberikan batasan penelitian dengan tujuan
untuk membatasi agar tidak meluas dan batasannya menjadi jelas. Batasan
dalam penelitian ini yaitu
1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan benda uji berbentuk balok
dengan dimensi 15 cm x 15 cm x 60 cm.
2. Sampel benda uji balok dibuat masing – masing sebanyak 10 buah.
3. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus
cohnii.
4. Metode yang digunakan adalah metode kapsulasi.
5. Variasi umur perawatan yang digunakan adalah 7, 14, 21 dan 28 hari.
6. Perawatan beton dilakukan dengan cara benda uji direndam didalam air.
7. Parameter yang digunakan yaitu parameter fisik dan kuat tekan beton.
8. Pengujian material mengikuti standar SNI dan ASTM.
9. Dilakukan uji SEM (Scanning Electron Microscope) untuk mengetahui
pertumbuhan bakteri didalam beton.
10. Pengujian beton dengan kuat tekan rencana 25 MPa.

Anda mungkin juga menyukai