Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KEPADA IBU YANG BERDUKA DAN


KEHILANGAN OLEH KARENA RIWAYAT OBSTETRI YANG BURUK

Diajukan untuk Memenuhi Kepanitraan Umum Profesi

Asuhan Kebidanan Holistik Pra Konsepsi

Dosen Pembimbing:

Yuniasih Purwaningrum, S.SiT., M.Kes

Disusun oleh :

Agustin Daianawati P17312205070


Wima Urfi Shakhihania P17312205079
Komang Enggar Dianti P17312205080
Alfiah Nurus Shobah p17312205084
Wiwik Daniatul Maula P17312205090
Maurizki Putri Wulansari P17312205094
Aulia Indah Wardani P17312205105

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Dukungan psikososial kepada ibu yang
berduka dan kehilangan
Sub Pokok Bahasan : 1. Dukungan Sosial,
2. Kehilangan dan berduka

Sasaran : Ibu yang berduka dan kehilangan


Hari/Tanggal : Menyesuaikan
Waktu : 62-71 Menit
Tempat : Menyesuaikan

A. Latar Belakang
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari
yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
bidan apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi
diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan kebidanan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus
pada informasi yang salah, sehingga intervensi yang tidak tetap.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Bidan membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang
sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial
yang serius.besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan dukungan pada ibu yang berduka dan kehilangan ?

2
C. Prioritas Masalah
Membantu klien dalam pembentukan koping sehingga klien bisa melewati
duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar yaitu masalah
emosi, mental dan sosial yang serius
D. Tujuan Instrusional Umum (TIU )
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dan keluarga mampu mengelola dan
menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan termotivasi
untuk berubah kearah yang positif.
E. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dapat :
a. Menjelaskan Pengertian Dukungan Sosial
b. Menyebutkan 3 dari 4 Bentuk Dukungan Sosial dengan benar
c. Menjelaskan Pengertian Kehilangan dan Berduka
d. Menyebutkan 2 dari 3 Proses Berduka
e. Menyebutkan 4 dari 5 Rentang Respon Kehilangan
f. Menyebutkan 2 Dampak kehilangan
g. Menyebutkan 2 Pencegahan Dampak akibat kehilangan
h. Menyebutkan 4 dari 6 Penatalaksanaan Dukungan sosial ibu berduka
F. Materi Dukungan psikososial kepada ibu yang berduka dan kehilangan
a. Pengertian Dukungan Sosial
b. Bentuk Dukungan Sosial
c. Pengertian Kehilangan dan Berduka
d. Proses Berduka
e. Rentang Respon Kehilangan
f. Dampak kehilangan
g. Pencegahan Dampak akibat kehilangan
h. Penatalaksanaan Dukungan sosial ibu berduka
G. Metode Pembelajaran
a. Ceramah Tanya Jawab
H. Media
1. Leaflet
2. X-Banner
I. Proses Pelaksanaan

3
Kegiatan/
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Waktu
Pembukaan Memberi salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Memperhatikan dan bertanya
8 menit ( 5 % )
Melaksanakan Pre Test Mengerjakan soal pre test
Pelaksanaan Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan
48-54 menit Dungan social,Bentuk memperhatikan
80-90%) Dukungan Sosial,
Pengertian Kehilangan dan
Berduka, Proses Berduka,
Rentang Respon
Kehilangan, Dampak
kehilangan, Pencegahan
Dampak akibat kehilangan,
Penatalaksanaan Dukungan
sosial ibu berduka
Meminta beberapa peserta Peserta menjawab dan
untuk menyebutkan menyebutkan sebagian materi
beberapa materi yng sudah yang sudah di sampaikan.
di jelaskan.
Menyimpulkan jawaban Mendengarkan dan
memperhatikan
Evaluasi dan Membuat rangkuman Membuat rangkuman
tahap bersama peserta
Melaksanakan evaluasi Mengerjakan /menjawab
terminasi 6-9
pemebelajaran secara umum evaluasi yang diberikan oleh
menit (10-15
(Post Test) fasilitator (Post Test)
%)
Table 1. Tahapan Penyuluhan

J. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pemberian penyuluhan diberikan. Aspek lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mempenagruhi dalam pemberian

4
penyuluhan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, dukungan
administrasi, pemeliharaan dalam area yang diinginkan. ( terkait
dengan tenaga manusia /bahan-bahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan)
2) Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja bidan dan apakah
bidan dalam memberikan penyuluhan merasa cocok, tanpa tekanan
dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada saat
memberikan penyuluhan ( berkaitan dengan kegiatan- kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan)
3) Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi peserta (audience).
Respons prilaku audience merupakan pengaruh dari penyuluhan dan
akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil( bertambahnya
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga)
K. Referensi/Sumber
1) Benedict, M. M. & Montgomery. (2013). Our Spirits, Ourselves : The
Relationships between Spiritual Intelligence, Self-Compassion, and Life
Satisfaction. A DissertationIn Partial Fulfillment of the Requirements of
the DegreeDoctor of Philosophy. Alliant International University.
September. 2013
2) Carlo, W.A., et al. (2010). Newborn-Care Training and Perinatal Mortality
in Developing Countries. 362:615 Currie, E. R. ( 2014). Parent
Perspectives of Neonatal Intensive Care At The End Of Life And
Subsequent Bereavement And Coping Experiences After Infant Death. A
Dissertation Submitted To The Graduate Faculty of The University of
Alabama At Birmingham,In Partial Fulfillment of The Requirements For
The Degree Ofdoctor of Philosophy. University of Alabama, Birmingham.
2014.
3) Mujahidah, Zakiyah, Achir Yani S. Hamid, and Yossie Susanti EP.
"Pengalaman Kehilangan dan Berduka pada Ibu yang Mengalami
Kematian Bayi di Depok." Jurnal Keperawatan Jiwa 3.2 (2015): 40-52.

5
4) Sari, Rossi Anita, Sari Sudarmiati, and Dwi Susilawati. Pengalaman
Kehilangan (Loss) dan Berduka (Grief) Pada Ibu Preeklampsi Yang
Kehilangan Bayinya. Diss. Faculty of Medicine, 2015.
5) Wardiyah, Aryanti, Yati Afiyanti, and Imami Nur Rachmawati. "Aplikasi
Teori Adaptasi Roy Dan Lost And Grieving Kubler-Rose Pada Kasus Ibu
Hamil Dengan Intra Uterine Fetal Death (Iufd)." Jurnal Dunia Kesmas 6.1
(2017).

Lampiran
MATERI PENYULUHAN

6
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KEPADA IBU YANG BERDUKA
DAN KEHILANGAN

1. Definisi Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah suatu bentuk perhatian, kepedulian, penghargaan,


rasa nyaman, ketenangan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik
secara kelompok maupun individu. Selain itu, dukungan juga bisa menjadi metode
pengobatan bagi seseorang karena dari sebuah dukungan individu tersebut bisa
termotivasi untuk berubah.

Sedangkan menurut (Lahey, 2017). Mengatakan bahwa dukungan sosial


itu adalah suatu peran yang dimainkan oleh seseorang dan peran tersebut bisa
dalam bentuk memberikan nasihat, bantuan, menceritakan masalah-masalah yang
dialaminya. Meskipun dukungan yang diberikan ini kepada anak-anak yang
berkebutuhan khusus tetapi mereka akan mengerti walaupun pemahaman mereka
sangat lambat dan menggunakan cara-cara tertentu untuk membuat mereka
mengerti terhadap ucapan kita.

Sedangkan menurut (Corsini,2010). Dukungan sosial ini berkenaan


dengan keuntungan yang didapat oleh seorang individu dalam hubungan dengan
orang lain dia akan mampu mengelola dan meningkatkan kemampuannya dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

2. Bentuk Dukungan Sosial

Terdapat beberapa bentuk dukungan Sosial.

1) Dukungan emosional

Dukungan ini dapat berupa ungkapan empati, simpati, kasih sayang,


kepedulian seseorang terhadap orang lain. Contohnya guru terhadap muridnya,
bidan terhadap pasiennya dan masih banyak lagi.

2) Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk yang berupa ungkapan yang


diberikan oleh orang tua, guru bahkan orang-orang disekelilingnya dalam hal
membantu anak membangun kompetensi dan mengembangkan harga diri anak.

7
Pemberian dukungan ini dapat juga membantu individu untuk melihat segi-segi
positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang
berfungsi sebagai pembentukan rasa percaya diri dan kemampuan serta merasa
dihargai dan bisa berguna saat individu tersebut dalam tekanan atau masalah.

3) Dukungan Instrumental

Dukungan Instrumental adalah bentuk dukungan yang berupa material dan


lebih bersifat bantuan, sumbangan dana, uang dan lain sebagainya.

4) Dukungan Informasi

Suatu bentuk dukungan, yang lebih bersifat nasihat, memberitahukan hal


yang baik, terhadap apa yang sudah dilakukan oleh individu tersebut.

3. Definisi Kehilangan dan Berduka

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.


Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau
tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.

Berduka Berduka adalah respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik
pada inidividu yang mengalami kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui
proses berduka individu mampu memutus ikatan dengan benda/orang yang

8
terpisah dan berikatan dengan benda/orang baru. Berduka bisa mencakup aspek
fisik/psikologi, kognitif dan perilaku.

4. Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan
untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga
rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran Bidan adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati. Proses berduka dapat dibagi menjadi 3 tahap
yaitu:

1) Fase Awal

Dimulai dengan adanya kehilangan seperti kematian, berlangsung


beberapa minggu. Reaksi yang ditimbulkan dapat berupa syok, tidak yakin atau
tidak percaya, perasaan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung. Perasaan
ini berakhir beberapa hari, kemudian kembali berduka berlebihan, menangis dan
ketakutan

2) Fase Pertengahan

Dimulai kira-kira 3 minggu sesudah kematian, berakhir kurang lebih 1


tahun. Pola tingkah laku yang ditujukkan meliputi perilaku obsesi dimana pikiran
mengulang kembali peristiwa kematian dan suatu pencarian arti dari kematian.

3) Fase Pemulihan

Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun. Individu memutuskan untuk tidak
mengenang masa lalu dan lebih memilih meningkatkan partisipasi pada kegiatan
sosial.

5. Rentang Respon Kehilangan

Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance

1)Fase Pengingkaran (Denial)

9
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi,
dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak
mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
terminal, akan terus mencari informasi tambahan
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat
apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.

2) Fase Marah (Anger)

Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan


terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

3)Fase Tawar-menawar (Bergaining)


Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.

4)Fase Depresi

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.

5)Fase Penerimaan (Acceptance)

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang


selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang

10
obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya
akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.

Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan
kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia
akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.

6.Dampak

1) Avoiding Grief
Individu mengalami kedukaan menarik diri dari lingkungan luar, lebih
banyak tinggal di rumah, dan hanya berhubungan dengan orang-orang yang
mereka percayai. Mereka menghindari segala bentuk situasi yang dapat
mengingatkan mereka pada diskrepansi antara harapan mereka dengan
kenyataan. Mereka kemungkinan mengisi hidup mereka dengan aktifitas yang
membantu mereka untuk melupakan atau menghindar dari kenyataan
mengenai kehilangan yang telah terjadi. Mekanisme seperti ini dapat
melindungi seseorang dari rasa kehilangan yang terlalu menyakitkan dan
kecemasan yang tidak terkendali, namun cara ini justru cenderung menunda
proses menata ulang kehidupan mereka.
2) Getting Through Grief
Mekanisme koping yang kedua ialah dengan mengingat, mengulang, dan
berusaha melalui rasa dukayang dialami. Hal ini membantu individu yang
sedang berduka untuk merefleksikan segala aspek yang ada yang berkaitan
dengan rasa kehilangan mereka, hingga mereka mampu menggabungkannya
ke dalam pandangan yang baru mengenai realitas mereka. Jika mekanisme
koping ini dilakukan, maka individu yang mengalami kehilangan terbantu
untuk menyelesaikan rasa duka mereka sehingga tidak menjadi manifestasi
yang mempengaruhi tahap kehidupan yang berikutnya.

7.Pencegahan

11
1) Emotion-focused coping
Emotion-focused coping yaitu suatu masalah atau usaha untuk
mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan.
Emotion-focused coping ditujukan untuk mendapatkan “perasaan yang lebih
baik,” yakni mengelola atau mengendalikan respon emosional terhadap
situasi yang menekan untuk meredakan dampak fisik atau psikologis dari
situasi tersebut. Contoh dari strategi ini antara lain dengan mengalihkan
perhatian dari masalah, atau menyerah, atau menyangkal bahwa masalah
tersebut ada. Emotion-focused coping cenderung dilakukan apabila individu
tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful,
yang dilakukan individu adalah mengatur emosinya.
Aspek-aspek emotion-focused coping antara lain : seeking social
emotional support, distancing (membuat sebuah harapan positif), escape
avoidance (menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan atau selalu
denial), self-control (mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam
menyelesaikan masalah), accepting responsibility (menerima sambil
memikirkan jalan keluarnya), positive reappraisal (mencoba untuk membuat
suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang
– kadang dengan sifat yang religious).
2) Problem-focused coping
Problem-focused coping yaitu usaha untuk mengurangi stressor, dengan
mempelajari cara atau keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan
mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan. Problem-focused
coping bertujuan untuk menghilangkan, mengendalikan, atau
mengembangkan situasi yang menimbulkan stress. Pada strategi ini hal yang
dilakukan ialah menghadapi dan mencari pemecahan masalah. Oleh sebab itu,
strategi koping ini lebih difokuskan untuk mencari jalan keluar dari masalah
yang sedang dihadapi dan lebih banyak melibatkan proses kognitif.
Aspek–aspek problem-focused coping adalah : seeking informational
support (mencoba untuk memperoleh informasi dari orang lain), confrontive
coping melakukan penyelesaian masalah secara konkret), planful problem-
solving (berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang

12
dihadapi). Setiap individu memiliki strategi yang berbeda-beda dalam
menghadapi masalah kedukaan karena kematian, semuanya tergantung
seberapa baik individu tersebut mengamati perbedaan diantara hubungan
antara situasi yang menekan dengan sumber kekuatan dalam dirinya sendiri.
Dalam pendekatan stress dan coping dinyatakan bahwa reaksi emosional dan
pilihan coping individu tergantung pada bagaimana cara individu memandang
stressor.

8. Penatalaksanaan Dukungan Sosial Ibu Berduka

1) Pada Tahap Penyangkalan (Denial): memberikan kesempatan untuk


mengungkapkan perasaan

(1) Dorong pasien mengungkapkan perasaan duka

(2) Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap,siap mental

(3) Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan menghukum atau


menghakimi

(4) Jelaskan bahwa sikap pasien wajar terjadi

(5) Beri dukungan nonverbal: memegang tangan, menepuk bahu

(6) Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat

(7) Amati respon pasien selama berbicara

(8) Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap

2) Tahap Marah (Anger)

(1) Beri dorongan dan kesempatan pasien mengungkapkan rasa marahnya


secara verbal

(2) Dengarkan dengan empaty, jangan memberi respon yang mencela

(3) Bantu Klien memanfaatkan sumber-sumber pendukung

3) Tahap tawar-menawar (Bergaining) : Bantu pasien mengidentifikasi rasa


bersalah dan rasa takutnya

(1) Amati perilaku klien

(2) Diskusikan bersama pasien tentang perasaan

13
(3) Cegah tindakan merusak diri

4) Tahap Depresi : Mengidentifikasi tingkat depresi, resiko merusak diri dan


membantu pasien mengurangi rasa bersalah

(1) Amati perilaku pasien

(2) Diskusikan bersama pasien mengenai perasaan

(3) Cegah tindakan merusak diri

(4) Hargai perasaan pasien

(5) Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait dengan


kenyataan

(6) Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya bila perlu biarkan ia


menangis sambil tetap didampingi

(7) Bahas pikiran yang selalu timbul bersama pasien

5) Tahap Penerimaan: Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa


dielakkan

(1) Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

(2) Bantu pasien/keluarga berbagi rasa, karena biasanya setiap anggota


keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat bersamaan

(3) Tindakan Asuhan Pada Keluarga : Bidan dapat menjelaskan kepada


keluarga tentang cara merawat pasien dengan berduka.

14
DAFTAR PUSTAKA

Benedict, M. M. & Montgomery. (2013). Our Spirits, Ourselves : The


Relationships between Spiritual Intelligence, Self-Compassion, and Life
Satisfaction. A DissertationIn Partial Fulfillment of the Requirements of
the DegreeDoctor of Philosophy. Alliant International University.
September. 2013

Carlo, W.A., et al. (2010). Newborn-Care Training and Perinatal Mortality in


Developing Countries. 362:615 Currie, E. R. ( 2014). Parent Perspectives
of Neonatal Intensive Care At The End Of Life And Subsequent
Bereavement And Coping Experiences After Infant Death. A
Dissertation Submitted To The Graduate Faculty of The University of
Alabama At Birmingham,In Partial Fulfillment of The Requirements For
The Degree Ofdoctor of Philosophy. University of Alabama,
Birmingham. 2014.

Mujahidah, Zakiyah, Achir Yani S. Hamid, and Yossie Susanti EP. "Pengalaman
Kehilangan dan Berduka pada Ibu yang Mengalami Kematian Bayi di
Depok." Jurnal Keperawatan Jiwa 3.2 (2015): 40-52.

Sari, Rossi Anita, Sari Sudarmiati, and Dwi Susilawati. Pengalaman Kehilangan
(Loss) dan Berduka (Grief) Pada Ibu Preeklampsi Yang Kehilangan
Bayinya. Diss. Faculty of Medicine, 2015.
Wardiyah, Aryanti, Yati Afiyanti, And Imami Nur Rachmawati. "Aplikasi Teori
Adaptasi Roy Dan Lost And Grieving Kubler-Rose Pada Kasus Ibu
Hamil Dengan Intra Uterine Fetal Death (Iufd)." Jurnal Dunia Kesmas
6.1 (2017).

15
Lampiran 1

16
17
Lampiran 2

18

Anda mungkin juga menyukai