Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Rheumathoid arthritis (RA) adalah kelainan autoimun yang
mempengaruhi sendi kecil tubuh, yang mempengaruhi banyak jaringan
dan organ, namun pada prinsipnya merusak sendi-sendi sinovial.1 Rasa
nyeri pada penderita RA pada bagian sinovial sendi, sarung tendo, dan
bursa akan mengalami penebalan akibat radang yang diikuti oleh erosi
tulang dan destruksi tulang disekitar sendi.2 Banyak orang
menganggap sepele rheumatoid arthitis dan menganggap penyakit itu
sebagai radang sendi biasa, sehingga mereka terlambat melakukan
pengobatan. Rheumatoid Artritis tidak boleh diabaikan karena
termasuk kategori penyakit autoimun. Penyakit autoimun tersebut
bersifat progresif yang bisa menyerang fungsi organ tubuh lainnya
dalam waktu yang cepat.3
Di Indonesia prevalensi rheumatoid arthritis 23,3%- 31,6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2007 lalu, jumlah pasien ini
mencapai 2 juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali
lebih banyak dari pria. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga
tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami
kelumpuhan.3Pasien atau penderita rheumathoid arthritis,biasanya
merasakan nyeri, kaku sendi,penurunan kekuatan otot dan lain- lain.
Nyeri merupakan salah satu masalah atau keluhan pada penderita
reumathoid arthritis, Rasa nyeri pada penderita rheumathoid arthritis
didapatkan skala nyeri rata-rata adalah nyeri sedang. Untuk
mengurangi rasa nyeri biasanya menggunakan terapi analgetik dan
terapi relaksasi. Terapi relaksasi dapat menurunkan emosi dan fisik
individu dari kecemasan, ketegangan dan stres. Salah satu terapi
relaksasi adalah dengan menggunakan terapi guide imagery. Guide
imagery merupakan tehnik relaksasi yang bertujuan agar seseorang
dapat mencapai suatu efek positif tertentu dengan cara mengosongkan
pikiran dan memenuhi pikiran mereka dengan menggunakan hal-hal
yang membuatnya merasa damai dan menenangkan.4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mampu mengaplikasikan intervensi
kesehatan dengan terapi guided imagery terhadap nyeri pada
penderita rheumathoid arthritis.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian guided imagery
2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara kerja terapi guided
imagery
3. Mahasiswa mampu mempraktikkan cara kerja terapi guided
imagery
C. Manfaat
1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai terapi
guided imagery yang memiliki manfaat dalam mengatasi
nyeri pada pasien rheumathoid arthritis.
2. Masyarakat mampu menerapkan ilmu yang diperoleh untuk
mengobati secara mandiri ketika dirumah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Rheumathoid Arthritis
1. Definisi rheumathoid arthritis
Rheumathoid arthritis (RA) adalah kelainan autoimun yang
mempengaruhi sendi kecil tubuh, yang mempengaruhi banyak
jaringan dan organ, namun pada prinsipnya merusak sendi-sendi
synovial.1 Rheumathoid arthritis adalah penyakit kronis yang
menyebabkan beberapa tanda dan gejala seperti nyeri, kekakuan,
4
serta fungsi banyak sendi dan gerak mengalami keterbatasan.
Rasa nyeri pada penderita RA pada bagian sinovial sendi, sarung
tendo, dan bursa akan mengalami penebalan akibat radang yang
diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi.2
3. Patofisiologi
Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan
sinovial yang melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya,
dihasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
selanjutnya akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan
merasakan nyeri akibat serabut otot mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya kemampuan elastisitas pada
otot dan kekuatan kontraksi otot.
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman personal dan respon subjektif
yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain. Nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang dapat disebabkan karena kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial. Nyeri merupakan pengalaman sensori
yang tidak menyenangkan, unsur utama yang harus ada untuk
disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak menyenangkan.4
4. Klasifikasi Nyeri
Nyeri diklasifikasikan berdasar beberapa hal, antara lain
a. Berdasarkan waktu durasi nyeri:
1) Nyeri akut: nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan,
mendadak akibat trauma atau inflamasi, tanda respons
simpatis, penderita anxietas sedangkan keluarga suportif.
2) Nyeri kronik: nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan,
hilang timbul atau terus menerus, tanda respons parasimpatis,
penderita depresi sedangkan keluarga lelah.
b. Berdasarkan etiologi:
1) Nyeri nosiseptif: rangsang timbul oleh mediator nyeri,
seperti pada pasca trauma operasi dan luka bakar.
2) Nyeri neuropatik: rangsang oleh kerusakan saraf atau
disfungsi saraf, seperti pada diabetes mellitus, herpes zooster.
c. Berdasarkan lokasi:
1) Nyeri superfisial: nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam,
terlokasi.
2) Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul,
kurang terlokasi.
3) Nyeri visceral: nyeri berasal dari organ internal atau organ
pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal dan kolik
ureter.
4) Nyeri alih/referensi: masukan dari organ dalam pada tingkat
spinal disalahartikan oleh penderita sebagai masukan dari
daerah kulit pada segmen spinal yang sama.
5) Nyeri proyeksi: misalnya pada herpes zooster, kerusakan
saraf menyebabkan nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian
tubuh yang diinervasi oleh saraf yang rusak tersebut sesuai
dermatom tubuh.
6) Nyeri phantom: persepsi nyeri dihubungkan dengan bagian
tubuh yang hilang seperti pada amputasi ekstremitas.
Keterangan :
0: tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan secara obyektif responden dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 : nyeri sedang secara obyektif responden mendesis, menyerngai
dapat menunjukkan lokasi nyeri
7-9 : nyeri berat secara obyektif responden tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri
10 : nyeri hebat secara obyektif rsponden kadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih bisa merespon tindakan.
METODOLOGI EBP
A. Kerangka konsep
Terapi Guided
Imagery
B. Sasaran, Waktu
Sasaran : Pasien di Ruang Vincent, kamar 10 di Rs. Santa Elisabeth
Semarang.
Waktu : 25 - 27 Juli 2021
C. Prosedur kerja
No Aspek
A Pra Interaksi
1 Verifikasi data
B Fase Orientasi
1 Memberi salam/menyapa klien
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan
4 Menjelaskan langkah prosedur
5 Menanyakan kesiapan pasien
C Fase Kerja
1 Mencuci tangan
2 Menjaga privasi pasien
3 Posisikan pasien pada posisi yang paling nyaman.
4 Instruksikan pasien memejamkan mata secara perlahan.
5 Instruksikan pasien agar tenang dan mengendorkan otot-otot
tubuh dari ujung kaki sampai dengan otot wajah , dan rasakan
rileks.
6 Mendorong klien agar rileks, mengosongkan pikirannya dan
memenuhi dengan hal yang dapat membuat menyenangkan.
7 Meminta klien untuk membayangkan tempat yang disukai
(misalnya: pengunungan, pantai, air terjun, atau tempat yang
menyenangkan), tempat yang dapat membuat klien merasa lebih
nyaman dan bebas dari segala gangguan.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Jurnal
B. Pembahasan Penelitian
1. Pembahasan penelitian jurnal
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa
sebelum diberikan terapi guided imageri responden memiliki nyeri
dengan rata-rata ( mean) sebesar 6.20. sedangkan setelah diberikan
terapi guided imageri, responden memiliki nyeri 4.60. Hasil uji statistik
memperlihatkan nilai P value 0,000 yang artinya ada Pengaruh Terapi
Guided Imagery Terhadap Respon Nyeri Pada Penderita Reumathoid
Arthritis Di Gampong.