Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PBL MODUL SKENARIO 1

Tutor : dr. Rezky Putri Indarwati, M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 11

11020220271 AZIZAH ALYA SANTOSO

11020220272 MOHAMAD CHAIRUDIN MBUINGA

11020220281 NURUL AINI AQEELA PAKKAWARU

11020220283 SYALIKA ANANTA BAHARUDDIN

11020220291 DEA PUTRI RAMADHANI

11020220296 NUR REZKY WAHYUNI

11020220299 ANDI NUR HIKMA

11020220314 SITI TSARWAH RAMADANI

11020220371 AYATULLAH ACHMAD RIFQIE

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kita semua dapat bergerak dan mengejar cita-cita kita hingga saat ini. Tak lupa kami
panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan kita junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW yang telah menerangi kehidupan yang dulunya gelap dan menjadikan kebodohan
menjadi cerah seperti sekarang ini.
Kami juga berterima kasih kepada pembimbing kami, DOKTER Yang telah membimbing
kami selama diskusi dan memberikan masukan kepada kelompok kami.
Pada program studi kedokteran terdapat agenda kuliah berupa diskusi kelompok, dimana
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia mengadakan diskusi
tentang kasus dalam Skenario.
Kami mohon maaf jika banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini karena kami
hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan.

Makassar, 24 September, 2022

Kelompok11
Kasus I: Berobat ke “Orang Pintar”

Pasien seorang anak usia 10 tahun datang karena post kecelakaan lalu lintas, kaki kanan terdapat luka
terbuka, perdarahan, dan deformitas. Tekanan darah: 100/80 mmHg, heart rate: 120x/m teraba kuat,
Saturasi O2 98%, kesadaran baik (GCS 15) dengan neurovaskular distal yang tidak teraba. Telah
dilakukan pemeriksaan fisik dan foto x-ray, kesan: open segmental fracture tibia dextra, sudah
dikonsultasikan dengan dokter ahli bedah tulang (Sp.OT) untuk operasi segera, kemudian dilakukan
informed consent kepada orang tua pasien. Setelah diberikan waktu untuk berdiskusi, orang tua
memutuskan untuk tidak mau dilakukan tindakan operasi segera dikarenakan orang tua ingin
membawa anak ke “orang pintar” setempat. Tim IGD sudah mencoba mengedukasi berulang kali
mengenai komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak dilakukan operasi segera, namun orang tua tetap
bersikeras untuk membawa anaknya pulang.

A. Kata sulit:

a. Deformitas : perubahan bentuk tubuh atau bagian tubuh secara umum


b. Neurovaskuler distal : berhubungan dengan elemen saraf dan elemen vaskuler atau
berhubungan dengan saraf yang mengendalikan kaliber pembuluh darah yang jauh
dari satu titik pedoman.
c. X-ray : Aplikasi radiasi di bidang medik me- rupakan sumber pajanan publik buatan
yang terbesar yang diterima oleh penduduk dunia. Komite Ilmiah PBB untuk Efek
Radiasi Atom (UNSCEAR) menyatakan bahwa bagian ter- besar dari aplikasi
radiasi di bidang medik ini adalah dari pajanan radiasi sinar-X pada pemeriksaan
rutin radiologi diagnostik Pemeriksaan sinar-X diagnostik pada dasarnya dilakukan
untuk memperoleh citra obyek tubuh yang diperiksa. Kecanggihan teknologi citra
pada saat ini membawa dampak meningkatnya potensi penerimaan dosis radiasi
oleh pasien
d. Informed consent : informed consent adalah persyaratan etis dan hukum untuk
penelitian yang melibatkan peserta manusia. Ini adalah proses di mana peserta
diberitahu tentang semua aspek uji coba, yang penting bagi peserta untuk membuat
keputusan dan setelah mempelajari semua aspek uji coba, peserta secara sukarela
menegaskan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam uji klinis tertentu dan
pentingnya penelitian untuk kemajuan pengetahuan medis dan kesejahteraan sosial.
Konsep persetujuan yang diinformasikan tertanam dalam prinsip-prinsip Kode
Nuremberg. Deklarasi Helsinki dan Laporan Belmont. Informed consent merupakan
persyaratan yang tak terelakkan sebelum setiap penelitian yang melibatkan manusia
sebagai subjek penelitian. Memperoleh persetujuan melibatkan menginformasikan
subjek tentang hak-haknya, tujuan penelitian, prosedur yang akan dilakukan,
potensi risiko dan manfaat partisipasi, durasi studi yang diharapkan, tingkat
kerahasiaan identifikasi pribadi dan data demografis, sehingga partisipasi subjek
dalam penelitian ini sepenuhnya bersifat sukarela.
e. GCS : Glasgow Coma Scale (GCS) telah menjadi standar emas penilaian neurologis
untuk pasien trauma sejak dikembangkan oleh Jennett dan Teasdale pada awal 1970-an.
GCS ditemukan sebagai alat yang sederhana untuk digunakan. Ini menjadi metode
pilihan bagi praktisi perawatan trauma untuk mendokumentasikan temuan neurologis
dari waktu ke waktu dan memprediksi hasil fungsional. Meskipun skala telah terbukti
efektif, banyak penulis telah mengutip kelemahan dalam skala termasuk
ketidakmampuan untuk memprediksi hasil, variasi dalam keandalan antar penilai, dan
penggunaan yang tidak konsisten oleh pengasuh di pra-rumah sakit dan pengaturan
rumah sakit. Artikel ini menguraikan komponen GCS dan bagaimana praktisi dapat
menggunakan skala terbaik, terutama pada pasien yang cedera dan perawatannya
membuat mereka sulit untuk dinilai.
f. Saturasi O2 :
- saturasi : 1. tindakan menjenuhkan atau keadaan jenuh. 2. dalam radioterapi,
pemberian dosis maksimum yang dapat ditoleransi jaringan dalam waktu
singkat, dan kemudian pemeliharaan efek bioiogis ini untuk waktu yang lebih
lama dengan menambahkan dosis-dosis fraksional yang lebih kecil.
- oksigen : ukuran derajat pengikatan oksigen pada hemogiobin, biasa diukur
menggunakan pulse oxymeter, yang dinyatakan dalam persentase yang
dihitung dengan membagi kapasitas oksigen maksimum dengan kandungan
oksigen sebenarnya dan dikalikan 100.
g. Open segmental fracture tibia dextra : segmental terbuka adalah cedera sulit yang
penuh dengan potensi kompleks yang terkait dengan kerusakan jaringan lunak yang
signifikan yang sulit diobati. Penundaan atau salah langkah dalam perawatan dan
cakupan jaringan lunak dapat menyebabkan hasil yang buruk. kompleks yang terkait
dengan kerusakan jaringan lunak yang signifikan yang sulit diobati.

B. Kalimat kunci

1. Kaki kanan terdapat luka terbuka, pendarahan dan deformitas.


2. Kesadaran baik GCS 15 dengan neurovaskuler distal tidak teraba.
3. Anak 10 tahun datang karena post kecelakaan lalu lintas.
4. Informed consent kepada orang tua pasien
5. Orang tua memutuskan tidak dilakukan Tindakan operasi segera dan ingin
membawa anak ke orang pintar.
6. Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak dilakukan operasi segera.

C. Pertanyaan

1. Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini


2. Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana pada satu pihak
anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai keluarga korban .
3. Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik,
Etika Klinik Jonsen Siegler “The Four Box Method” (gunakan tabel kriteria KDB &
pertanyaan etik klinik Jonsen S)
4. Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam perspektif Humaniora
dan perspektif Islam.
D. Jawaban
1. -Dokter ingin menyelamatkan namun tidak mendapat persetujuan pasien
ataupun keluarganya.
-Pasien memiliki luka terbuka, pendarahan dan deformitas.
-Pasien mungkin tidak memiliki biaya yang cukup untuk pengobatan.
-Pasien tidak mengikuti saran dari dokter untuk melakukan operasi karena
keluarga pasien tidak setuju.
-Pasien memiliki pemikiran yang kuno (factor religius)
2. Dilema etik pada dokter :
-Jika dokter mengikuti pilihan orangtua pasien, maka dokter sepenuhnya
menyerahkan pasien ke orang tuanya
-jika dokter tidak mengikuti pilihan orang tua pasien, pasien akan dokter
melanggar etika medis kedokteran dan harus menghadapi resiko pelanggaran
disiplin kedokteran atau hukum.
 
Dilema etik pada pasien :
-keluarga pasien mengalami dilemma yaitu lebih memercayai “orang pintar”
daripada pengobatan medis dan saran dari dokter yang sumbernya jelas.
3. BAHAN DISKUSI 1 :
KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM
BERPRAKTIK )
BENEFICENCE
Kriteria Ada Tidak ada
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, 
rela berkorban untuk kepentingan orang lain.
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia. 

3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh 


Menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak 
dibandingkan dengan keburukannya.
5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying 

6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia 

7) Pembatasan goal-based. 
8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien. 
9) Minimalisasi akibat buruk. 

10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat. 

11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan. 

12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan. 


13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan. 
14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus. 
15) Memberikan obat berkhasiat namun murah. 
16) Menerapkan Golden Rule Principle. 

KESIMPULAN

Pada kasus ini menerapkan kaidah beneficence karena prinsip moral dari benefincence
mengutamakan tindakan demi kebaikan pasien atau penyedian keuntungan untuk
meminimalilasi akibat buruk.
BAHAN DISKUSI 2 :

NONMALEFICENCE
Kriteria Ada Tidak ada

1) Menolong pasien emergensi. 

2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : 


pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko
hilangnya sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup
mencegah bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan
kedokteran teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien >
kerugian dokter atau hanya mengalami risiko minimal.

3) Mengobati pasien yang luka. 

4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia). 

5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien. 

6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek. 

7) Mengobati secara tidak proporsional. 

8) Tidak mencegah pasien dari bahaya. 

9) Menghindari misrepresentasi dari pasien. 

10) Tidak membahayakan kehidupan pasien 


karena kelalaian.

11) Tidak memberikan semangat hidup. 

12) Tidak melindungi pasien dari serangan. 


13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang 
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien
dan Keluarganya.

KESIMPULAN : Pada kasus diatas termasuk kasus emergency dimana masuk pada
kaidah non malefincence dimana prinsip non maleficence sendiri adalah tindakan yang
tidak memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi
pasien.

BAHAN DISKUSI 3 :

AUTONOMI
Kriteria Ada Tidak ada
1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai 
martabat pasien.
2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan 
(pada kondisi elektif).
3) Berterus terang. 

4) Menghargai privasi. 
5) Menjaga rahasia pesien. 
6) Menghargai rasionalitas pasien. 

7) Melaksanakan Informed consent. 

8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil 


keputusan sendiri.
9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien. 
10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam 
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.
11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada 
kasus non emergensi
12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan 
pasien
13) Menjaga hubungan (kontrak). 

KESIMPULAN : Seorang dokter pada kasus di atas memberikan informed consent kepada
orang tua pasien dimana kasus ini masuk pada kaidah autonomy karena pemilihan atau
pengambilan keputusan di serahkan pasien dan orang tua pasien.
BAHAN DISKUSI 4 :

JUSTICE
Kriteria Ada Tidak ada
1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal. 
2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah 
ia lakukan.
3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam 
posisi yang sama.
4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, 
accessibility, availability, and quality).
5) Menghargai hak hukum pasien. 
6) Manghargai hak orang lain. 
7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan). 
8) Tidak melakukan penyalahgunaan. 
9) Bijak dalam makro alokasi. 
10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan 
kebutuhan pasien.
11) Meminta partisipasi pasien sesuai 
dengan kemampuannya.
12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian 
(biaya, beban, dan sanksi) secara adil.
13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang 
tepat dan kompeten.
14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas 
an sah/tepat.
15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan 
penyakit/gangguan kesehatan.
16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, 
status sosial, dan lain-lain.

KESIMPULAN : Dokter semaksimal mungkin menyelamatkan pasien tanpa memandang


status pasien yang ditangani saat ini dan pasien telah mendapatkan hak yang sama tanpa
dibeda-bedakan dengan pasien lain. Maka kasus ini menerapkan kaidah justice .

BAHAN DISKUSI 5 :

DINAMIKA KEPUTUSAN KLINIS YANG ETIS ( KONSEP PRIMA FACIE )


General benefit result, most of people Elective, educated, bread-winner, mature
person

AUTONOMI
BENEFICENCE

Vulnerables, emergency, life saving, minor > 1 person, others similarity, community /
social’s rights

NON MALEFICENCE JUSTICE

DAFTAR TILIK PERTANYAAN ETIKA KLINIK JONSEN, SIEGLER DAN


WINSLADE ” THE FOUR BOX METHOD”
1. MEDICAL INDICATION

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Apakah masalah medis pasien ? Riwayat ? Diagnosis ? Pasien seorang anak 10 tahun datang
Prognosis ? karena post kecelakaan lalu lintas
Pendarahan, deformitas, Open
Segmental Fracture Tibia Dextra.
Keadaan buruk
2 Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? kritis ? gawat Akut, Gawat darurat dan masih
darurat ? masih dapat disembuhkan ? dapat disembuhkan

3 Apakah tujuan akhir pengobatannya ? Sembuh total

4 Berapa besar kemungkinan keberhasilnanya ? Cukup besar

5 Adakah rencana lain bila terapi gagal ? Tidak ada, karena satu-satunya cara
adalah melakukan tindakan operasi
6 Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan Pasien diuntungkan dengan
dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari melakukan tindakan operasi, maka
pengobatan dapat dihindari ? pasien terhindar komplikasi yang
mungkin terjadi dan menyebabkan
syok dan bisa menyebabkan
kematian
2. PATIENT PREFERRENCES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten secara Tidak kompeten karena pasien
legal ? apakah ada keadaan yang menimbulkan tersebut masih berumur 10
ketidakmampuan ? tahun.

2 Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai Pasien akan berkompeten
pilihan pengobatannya ? apabila dia sudah remaja atau
paham dan untuk tindakan
persetujuan atau penolakan
ditentukan oleh pasien.
3 Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan Pasien telah diberikan edukasi
dan risikonya, mengerti atau tidak terhadap informasi yang mengenai kasus yang dialami,
diberikan dan memberikan persetujuan ? tetapi pasien bersikeras untuk
tidak melakukan tindakan
operasi
4 Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas Orang tua pasien, pengambilan
menggantikannya ? apakah orang yangberkompoten keputusan sesuai standar
tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam
pengambilan keputusan ?

5 Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang Iya, pasien terlihat lebih tertarik
lebih disukainya? untuk mengganakan jasa orang
pintar daripada menggunakan
jasa dokter.
6 Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk Iya, kemungkinan pasien tidak
bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan ? kalau mampu secara finansial, atau
iya, kenapa? memliki kepercayaan tersendiri
mengenai masalah tersebut.
7 Sebagai tambahan, apakah pasien berhak memilih untuk Iya, dokter menghargai hak
dihormati tanpa memandang etnis dan agama ? autonomy pasien dengan cara
melakukan informed consent
3. QUALITY OF LIFE

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk Apabila dilakukan pengobatan
kembali ke kehidupan normal ? kemungkinan pasien untuk kembali
ke kehidupan normal meningkat.
Sebaliknya, apabila tidak dilakukan
pengobatan maka kondisi pasien
akan memburuk dan bahkan bisa
menyebabkan kematian.
2 Apakah gangguan fisik, mental, dan social yang pasien alami Apabila pasien mengikuti semua
bila pengobatannya berhasil? prosedur yang diberikan oleh dokter
maka tidak ada gangguan fisik
lanjutan pasca pengobatan, apabila
dilingkungan sosialnya dia
dikucilkan atau dengan kata lain
dibully karena fisiknya.
3 Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan kecurigaan Tidak terdapat kecurigaan ,orang tua
terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap kualitas hidup pasien hanya lebih percaya ke orang
pasien ? pintar.

4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah Apabila ditangani oleh “orang
kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti yang pintar” bisa menyebabkan kecacatan
diharapkan? atau bahkan kematian.

5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan Tidak ada alasan rasional untuk
selanjutnya ? pengobatan selanjutnya.

6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan paliatif ? Tidak ada, karena perawatan paliatif
hanya diberikan untuk pasien
terminal seperti tumor dan kanker.

4 CONTEXTUAL FEATURES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah ada masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi Factor yang memungkinkan
pengambilan keputusan pengobatan ? pengambilan keputusan pengobatan
oleh keluarga yaitu religious
( kepercayaan).
2 Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat) yang Tidak ada masalah dalam sumber
mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ? data klinisi karena pada
pemeriksaan tekanan darah, heart
rate, saturasi O2 dan pemeriksaan
kesadaran terbilang cukup normal.
3 Apakah ada masalah factor keuangan dan ekonomi ? Tidak ada

4 Apakah ada factor relegius dan budaya ? Kemungkinan ada difaktor religius
dimana keluarga pasien sangat
percaya dengan orang pintar
5 Apakah ada batasan kepercayaan ? Tidak ada

6 Apakah ada masalah alokasi sumber daya ? Tidak ada

7 Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan Menurut hukum kedokteran


pengobatan ? pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh orang tua, dokter,
direktur rumah sakit, komite etik
dan hukum serta subkomite etika
dan disiplin profesi.
8 Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ? Tidak ada

9 Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian pengambilan Tidak ada


keputusan didalam suatu institusi ?

DAFTAR TILIK PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM


NO PRINSIP ETIKA ANALISIS

1 Prinsip niat / Intention (qa'idat al qasd)

2 Prinsip kepastian / Certainty (qa'idat al yaqeen)

3 Prinsip kerugian / Harm (qa'idat al dharar)

4 Prinsip kesukaran / Difficulty (qa'idat al mashaqqat)


4. Perspektif humaniora dari kasus diatas adalah

Kita harus meningkatkan kemampuan dalam mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Jadi dalam
kasus diatas harusnya kita mendahulukan yang baik, apalagi keadaan emergency yang notabenenya
harus segera ditangani dengan operasi. Pengetahuan orang yang awam dan kepercayaan terhadap
sesuatu yang bersifat mistis jika di ikuti akan membawa dampak buruk bagi pasien. Lebih baik kita
sebelum mengambil keputusan dipikirkan secara matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di
inginkan. kira-kira apa yang akan terjadi apabila kita salah mengambil keputusan dengan mencari
dasar yang kuat untuk dijadikan pegangan apalagi sekarang sudah hidup dizaman modern.

Perspektif islam

QS. Yusuf Ayat 106


َ‫َو َما يُْؤ ِمنُ اَ ْكثَ ُرهُ ْم بِاهّٰلل ِ اِاَّل َوهُ ْم ُّم ْش ِر ُكوْ ن‬

106. Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya.
QS. Al-Hadid Ayat 22
‫ك َعلَى هّٰللا ِ يَ ِس ْي ۖ ٌر‬
َ ِ‫ب ِّم ْن قَب ِْل اَ ْن نَّ ْب َراَهَا ۗاِ َّن ٰذل‬
ٍ ‫ض َواَل فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ُك ْم اِاَّل فِ ْي ِك ٰت‬
ِ ْ‫ص ْيبَ ٍة فِى ااْل َر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َمٓا ا‬

22. Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah
bagi Allah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Deformitas : Dorland,WAN. 2012, kamus kedokteran Dorland edisi 31, Jakarta, EGC hlm. 563
2. Neurovaskular distal : W. A. Newman Dorland 2012, kamus kedokteran Dorland edisi 31, Jakarta,
EGC (hlm.1477, 242)
3. X-ray : Drs. Dani Gustaman Syarif, M.Eng jurnal sains dan teknologi nuklir Indonesia, volume 16.
No. 2 agustus 2015, (hlm. 72)
4. Informed consent : Nijhawan LP, Janodia MD, Muddukrishna B S, Bhat K M, Bairy KL, Udupa N,
Musmade PB. Informed consent: Masalah dan tantangan. J Adv Pharm Technol Res 2013;4:134-40
5. GCS : Critical Care Nursing Quarterly: February 2001 - Volume 23 - Issue 4 - p 52-58
6. Saturasi O2 : Dorland,WAN. 2012, kamus kedokteran Dorland edisi 31, Jakarta, EGC (hlm. 1946)
7. Open segmental fracture tibia dextra : Y. Ozturkmen et al. Acute treatment of segmental tibial
fractures with the Ilizarov method Injury (2009

Anda mungkin juga menyukai