2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab belum diketahui tetapi diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering
terjadi pada anak down syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio pada dinding anus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada menyentrik dan submukosa dinding plexus (Nurarif dan
Kusuma, 2019).
1) Gangguan Migrasi Sel Krista Saraf
Enteric nervous system (ENS) merupakan persarafan pada dinding usus yang
berperan mengatur fungsi normal usus. Pembentukan ENS terjadi dari prekursor sel
krista vagal yang bermigrasi di usus dari rostral ke kaudal, pada usia gestasi 3–8
minggu. Adanya kegagalan selama migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel krista
menyebabkan sel-sel prekursor ENS tidak dapat mengkolonisasi usus bagian distal.
Kegagalan tersebut mengakibatkan tidak adanya sel-sel ganglion, atau
aganglionik, pada pleksus saraf, sehingga terjadi aktivitas berlebihan pada usus dengan
pelepasan asetilkolin secara persisten. Hal ini mengakibatkan kontraksi terus-menerus
pada bagian usus aganglionik, biasanya di kolon bagian distal, dan dilatasi sekunder
progresif pada kolon proksimal yang sehat.[4,5,7]
2) Faktor Genetik
Berbagai faktor trofik, reseptor sel, faktor transkripsi, dan pensinyalan antar
molekul diperlukan agar ENS dapat berkolonisasi pada usus janin. Oleh sebab itu, defek
genetik merupakan faktor predisposisi terjadinya Hirschsprung disease.
Beberapa gen yang diduga berhubungan dengan Hirschsprung disease, dan telah
banyak diteliti, antara lain RET, GDNF, dan GFRα1. Gen RET merupakan proto-
onkogen, yang mengkode reseptor tirosin kinase RET. Gen GDNF mengkode protein
GDNF, yang merupakan ligand bagi RET. GDNF dan GFRα1 akan membentuk
kompleks, yang mengaktifkan RET. Selanjutnya, RET akan mengalami autofosforilasi,
dan mengaktifkan jalur RET yang mengatur peran embrionik dari sel krista saraf
enterik, termasuk migrasi, pertahanan, proliferasi, dan diferensiasi.
Pada keadaan normal, GDNF diekspresikan pada mesenkim usus yang sedang
berkembang, dan memberi sinyal kepada RET dan GFRα1. Ekspresi GDNF terjadi ke
arah kaudal, sehingga sel krista enterik dapat mengkolonisasi usus. Terjadinya mutasi
pada salah satu gen tersebut menyebabkan sel krista saraf tidak bisa bermigrasi dan
berkembang dengan normal.
3. PATOFISIOLOGI
Penyakit Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan migrasi kranio-kaudal dari cikal
bakal sel ganglion sepanjang usus pada minggu ke 5 sampai minggu ke 12., yang
mengakibatkan terdapatnya segmen aganglionik. Dalam segmen ini, peristalsis propulsif
yang terkoordinasi akan hilang dan sfingter anal internal gagal untuk mengendor pada saat
distensi rektum. Hal ini menimbulkan obstruksi, distensi abdomen dan konstipasi. Segmen
aganglionik distal tetap menyempit dan segmen ganglionik proksimal mengalami dilatasi.
Hal ini tampak pada enema barium sebagai zona transisi. (Fardah,2006)
Aganglionosis bawaan dari usus distal mendefinisikan penyakit Hirschsprung.
Aganglionosis dimulai dengan anus, yang selalu terlibat, dan terus proksimal untuk jarak
variabel. Baik myenteric (Auerbach) dan pleksus submukosa (Meissner) pleksus tidak hadir,
sehingga peristaltik usus berkurang dan fungsi. Mekanisme yang tepat yang mendasari
perkembangan penyakit Hirschsprung tidak diketahui. sel ganglion enterik berasal dari
puncaksaraf. Dalam perkembangan normal, neuroblasts akan ditemukan di usus kecil pada
ke-7 kehamilan dan akan mencapai usus besar pada minggu 12 gestation. Satu etiologi
yang mungkin untuk penyakit Hirschsprung adalah sebuah cacat dalam migrasi ini
neuroblasts menyusuri jalan setapak mereka usus distal. Atau, migrasi yang normal dapat
terjadi dengan kegagalan neuroblasts untuk bertahan hidup, berkembang biak, atau
membedakan di segmen aganglionik distal. distribusi abnormal di usus yang terkena
komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan neuronal dan pembangunan, seperti
fibronektin, laminin, sel saraf adhesion molecule (NCAM), dan faktor neurotropik,
mungkin bertanggung jawab untuk teori ini. Selain itu, pengamatan bahwa sel-sel otot
polos usus aganglionik adalah elektrik tidak aktif ketika menjalani studi elektrofisiologik
juga menunjukkan komponen myogenic dalam pengembangan Hirschsprung disease.
Akhirnya, kelainan pada sel-sel interstitial, sel saraf enterik menghubungkan alat pacu
jantung dan usus halus otot, juga telah didalilkan sebagai factor. Kontribusi penting Tiga
pleksus saraf usus innervate: yang submukosa (yaitu, Meissner) pleksus, (yaitu, Auerbach)
intermuskularis pleksus, dan mukosa pleksus lebih kecil. Semua pleksus yang halus
terintegrasi dan terlibat dalam semua aspek fungsi usus, termasuk penyerapan, sekresi,
motilitas, dan aliran darah (Lee,2009).
Motilitas normal terutama di bawah kendali neuron intrinsik. fungsi usus
memadai, meskipun kehilangan persarafan ekstrinsik. ganglia ini mengontrol kontraksi dan
relaksasi otot polos, dengan relaksasi mendominasi. kontrol ekstrinsik terutama melalui
serat kolinergik dan adrenergik. Serat kolinergik menyebabkan kontraksi, dan serat
terutama menyebabkan inhibisi adrenergik. Pada pasien dengan penyakit Hirschsprung,
sel-sel ganglion tidak hadir, yang mengarah ke peningkatan yang ditandai dalam usus
persarafan ekstrinsik. Persarafan dari kedua sistem kolinergik dan sistem adrenergik 2-3
kali dari persarafan normal. Sistem (rangsang) adrenergik diperkirakan mendominasi atas
sistem (penghambat) kolinergik, menyebabkan peningkatan nada otot polos. Dengan
hilangnya penghambatan saraf intrinsik enterik, nada yang meningkat
4. PATHWAY
o
Hisprung
6. GEJALA KLINIS
Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
1) Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti pita.
2) Obstruksi usus dalam periode neonatal
3) Nyeri abdomen dan distensi
4) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
meconium
5) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema
6) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
7) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
8) Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
9) Gejala hanya konstipasi ringan
Manifestasi klinis penyakit hirschsprung terbagi menjadi dua periode, yaitu periode neonatal
dan periode anak-anak.
a) Periode Neonatal.
Trias gejala klinis yang sering ditemukan pada penyakit hirschsprung yaitu,
pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau, dan distensi abdomen. Muntah
hijau dan distensi abdomen biasanya dapat dikeluarkan segera. Pengeluaran mekonium
yang terlambat lebih dari 24 jam merupakan tanda klinis yang signifikan pada
HSCRNamun, pengeluaran normal mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan
didapatkan pada sebagian besar kasus TCA, yang mana tidak menunjukkan gejala
klasik seperti seharusnya sesuai dengan jenis HSCR lainnya (Setiadi, Haikal, &
Sunanto, 2021).
b) Periode Anak-anak.
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi
kronis dan gizi buruk (failure to thrive)Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di
dinding abdomen, jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feses biasanya keluar
menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau busuk, penderita biasanya buang air
besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi
(Setiadi, Haikal, & Sunanto, 2021).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto polos abdomen dan khususnya barium enema
merupakan pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi PH secara dini pada neonatus.
Keberhasilaan pemerikasaan radiologi pasien neonatus sangat bergantung pada kesadaran
dan pengalaman spesialis radiologi pada penyakit ini, disamping teknik yang baik dalam
memperlihatkan tanda-tanda yang diperlukan untuk penegakkan diagnosis
a. Poto Polos Abdomen
PH pada neonatus cenderung menampilkan gambaran obstruksi usus letak rendah.
Daerah pelvis terlihat kosong tanpa udara (gambar1). Gambaran obstruksi usus letak
rendah dapat ditemukan penyakit lain dengan sindrom obstruksi usus letak rendah, seperti
atresia ileum, sindrom sumbatan mekonium, atau sepsis, termasuk diantaranya
enterokolitis nekrotikans neonatal. Foto polos abdomen dapat menyingkirkan diagnosis
lain seperti peritonitis intrauterine ataupun perforasi gaster. Pada foto polos abdomen
neonatus, distensi usus halus dan distensi usus besar tidak selalu mudah dibedakan. Pada
pasien bayi dan anak gambaran distensi kolon dan gambaran masa feses lebih jelas
dapat terlihat.Selain itu, gambaran foto polos juga menunjukan distensi usus karena
adanya gas.Enterokolitis pada PH dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen yang
ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang
disebabkan oleh oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut
dapat terlihat jelas dengan barium enema.
Penyakit Hirschsprung
dikarakteristikan dengan peningkatan
positif acetylcholinesterase di lamina
propia dan penebalan serabut saraf di
submukosa.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pembedahan pada kasus yang parah atau bayi yang sakit biasanya meliputi
kolostomi sementara pada bagian usus yang memiliki inervasi normal dan pengangkatan
usus aganglionik. Pembedahan korektif definitif (prosedur penyembuhan) dilakukan 3-6
bulan kemudian dan ostomi ditutupPada bayi yang mengalami penyakit Hirscsprung sebagai
penyakit kronis, perawatan pembedahan, medis, dan psikososial yang dilakukan seumur
hidup mungkin diperlukan untuk memperbaiki kualitas hidup(Axton Sharon,2018)
a) Pembedahan Korelatif Prosedur Duhamel
Prosedur ini diperkenalkan Duhamel tahun 1956 untuk mengatasi kesulitan diseksi
pelvik pada prosedur Swenson dalam penanganan penyakit Hirschprung. Pemilihan
prosedur Duhamel pada penanganan hirschprung karena dianggap lebih aman dan
komplikasi pasca operasi lebih minimal Prosedur Duhamel dilakukan pada penyakit
hiresprung tipe klasik atau tipe rektosigmoidprinsip dasar prosedur ini adalah menarik.
kolon proksimal yang ganglionik ke arah anal melalui bagian posterior rektum yang
aganglionik menyatukan dinding posterior rektum yang aganglionik dengan dinding
anterior kolon proksimal yang ganglionik sehingga membentuk rongga baru dengan
anastomose end to side (bagian kolon yang mengalami gangguan diangkat dan dua
bagian yang sehat akan disambungkan kembali) sfingter ani internus. Anastomosis
dilakukan dengan pemasangan 2 buah klem Kocher dimana: dalam jangka waktu 6-8
hari anastomosis telah terjadiStenosis dapat terjadi akibat pemotongan septum yang
tidak sempurnaProsedur Duhamel asli memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sering
terjadi stenosis (penyempitan), inkontinensia dan pembentukan fekaloma (struktur
menyerupai batu) di dalam puntung rektum yang ditinggalkan apabila terlalu panjang.
(Holschneider & Langer,2019)
2. Penatalaksanaan keperawatan
mencakup memberikan asuhan pasca opersi melaksanaan perawatan ostomidan memberikan
edukasi kepada anak dan keluarga Penatalaksanaan prapembedahan pada klien Hirschsprung
adalah
1) Memantau fungsi usus (peristaltik) dan karakteristik feses
2) Memberikan spooling dengan air garam fisiologis bila tidak ada kontraindikasi
3) Penatalaksanaan medis dalam rencana pembedah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN PADA ANAK PENYAKIT HISFRUNG
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan
tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada
segmen aganglionsis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh
kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan(Ngastiyah,
1997)
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir Trias yang sering ditemukan
adalah meconium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung,
muntah berwarna hijau Gejala lain adalah muntah dan diare.
b) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional Obstruksi total saat lahir
dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi meconium bayi sering
mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga
konstipasi ringan, enterocolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare
berbau busuk dapat terjadi.
c) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hisrchprung.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e) Riwayat Persalinan
Proses persalinan apa yang dilalui seorang bayi apakah aterm atau preterm
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi dilakukan agar anak dapat mencegah virus maupun bakteri ke tubuh anak
yang rentan. 14 imunisasi wajib dilakukan sejak bayi sampai anak-anak
3. Pemeriksaaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum terlihat
lemah dan gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardia dimana menandakan
terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa
didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan didapatkan :
• Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan
rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau
busuk.
• Auskultasi : pada fase awal didapatkan penurunan bisisng usus, dan berlanjut
denganhilangnya bising usus.
• Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung
• Palpasi : teraba dilatasi kolon abdominal
1. Sistem kardiovaskuler
Takikardia
2. Sistem pernafasan
Sesak nafas, distress pernafasan
3. Sistem pencemaan
Umumnya obstipasi. Perut kembung/ perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada
anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan
dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja
yang menyemprot
4. Sistem saraf
Tidak ada kelainan
5. Sistem muskuloskeletal
Gangguan rasa nyaman: nyeri
6. Sistem endokrin
Tidak ada kelainan
7. Sistem integumen
Akral hangat, hipertermi
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a) Konstipasi b.d aganglionik d.d defekasi kurang dari 2 kali semnggu , pengeluaran
feses lama dan sulit , feses keras, peristaltic usus menurun , mengejan saat defekasi,
distensi abdomen , kelemahan umum, dan teraba massa pada rektal
b) Inkontinensia fekal b.d Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rectum d.d tidak
mampu mengontrol pengeluaran feses , tidak mampu menunda defekasi, feses keluar
sedkit- sedikit dan sering, bau feses, dan kulit perianal kemerahan
3. PERENCANAAN
Edukasi : Edukasi :
1) Jelaskan jenis makanan yang 1. Agar klien mengetahui jenis
membantu meningkatkan makanan yang dapat membantu
keteraturan peristaltic usus meningkatkan keteraturan
2) Anjurkan mencatat warna, peristaltic usus
frekuensi,konsistensi, volume feses 2. Untuk mengetahui masalah BAB
3) Anjurkan meningkatkan aktivitas 3. Aktivitas fisik dapat
fisik sesuai toleransi mempengaruhi kinerja tonus otot
4) Anjurkan pengurangan asupan abdomen ,pelvi dan diafragma
makanan yang meningkatkan sehingga dapat membantu
pembentukan gas kelancaran proses defekasi
5) Anjurkan mengonsumsi makanan 4. Gas hasil fermentasi meyebabkan
yang mengandung tinggi serat kembung dan sakit perut
6) Anjurkan meningkatkan asupan 5. Untuk merangsang usus besar
cairan, jika tidak ada kontra untuk bekerja lebih aktif dan
indikasi melunakkan tekstur feses agar
tidak kering dan padat sehingga
mudah di keluarkan
6. Meningkatkan asupan cairan
untuk mempermudah kinerja
usus
Kolaborasi : Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat 1. Untuk mengatasi konstipasi
supositoria anal, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Untuk mencegah dan mengobati
1) Konsultasi dengan tim medis
konstipasi
tentang penurunan / peningkatan
2. Mengolaborasikan pemberian
frekuensi suara usus
obat pada pasien utuk mengobati
2) Kolaborasi peggunaan obat
konstipasi
pencahar, jika perlu
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI