HIRSCHPRUNG
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada stase Keperawatan Anak
NPM. 220112190071
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
A. Definisi
Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering
pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis akan menekan feses
hingga ke rectum. Pada penyakit Hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi untuk
mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses tidak
dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis seharusnya (Henna N, 2011). Angka kejadian
penyakit Hirschsprung, sekitar 1 di antara 4400 sampai 7000 kelahiran hidup, dengan
rata-rata 1:5000 kelahiran hidup (Lakshmi,2008). Dengan mayoritas penderita adalah
laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 4:1.
C. Etiologi
Penyakit Hirschsprung adalah kelainan bawaan berupa tidak adanya sel ganglion
parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach)
mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu.
Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini
meyebabkan gangguan peristaltik sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna.
Penyebab penyakit hirschprung tidak diketahui, tetapi ada hubungan dengan kondisi
genetik. Mutasi pada Ret Proto-onkogen telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau
2B pada penyakit hirschsprung familiar. Gen lain yang berhubungan dengan penyakit
hirschsprung termasuk sel neurotrofik ganglial yang diturunkan dari faktor gen, respon gen
endothelin-B dan gen endothelin-3. Penyakit hirschsprung juga terkait dengan Down
syndrome, sekitar 5-15% dari pasien dengan penyakit hirschsprung juga memiliki trisomi
Gambar 1.3 Perbandingan Kolon Sigmoid dan Rektum Hirschsprung dan Normal
Pathway Penyakit Hirschprung
Penyakit Hirschprung
Invasi bakteri
Mual, muntah, kembung
Terjadi peningkatan
anoreksia Lemas, lemah cairan dan elektrolit
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi
Memastikan keberadaan sel ganglion pada segmen yang terinfeksi, merupakan
langkah penting dalam mendiagnosis penyakit Hirschsprung. Ada beberapa
teknik, yang dapat digunakan untuk mengambil sampel jaringan rektum. Hasil
yang didapatkan akan lebih akurat, apabila spesimen/sampel adekuat dan diambil
oleh ahli patologi yang berpengalaman. Apabila pada jaringan ditemukan sel
ganglion, maka diagnosis penyakit Hirschsprung dieksklusi. Namun pelaksanaan
biopsi cenderung berisiko, untuk itu dapat di pilih teknik lain yang kurang
invasive, seperti Barium enema dan anorektal manometri, untuk menunjang
diagnosis(Lorijn,2006;Schulten,2011). Jenis biopsy diantaranya :
Biopsi isap, yakni mengambil mukosa submukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto polos, dapat dijumpai gambaran distensi gas pada usus, tanda obstruksi
usus (Lakhsmi, 2008) Pemeriksaan yang digunakan sebagai standar untuk
menentukan diagnosis Hirschsprung adalah contrast enema atau barium enema.
Pada bayi dengan penyakit Hirschsprung, zona transisi dari kolon bagian distal
yang tidak dilatasi mudah terdeteksi (Ramanath,2008). Pada total aganglionsis
colon, penampakan kolon normal. Barium enema kurang membantu penegakan
diagnosis apabila dilakukan pada bayi, karena zona transisi sering tidak tampak.
Gambaran penyakit Hirschsprung yang sering tampak, antara lain; terdapat
penyempitan di bagian rectum proksimal dengan panjang yang bervariasi;
terdapat zona transisi dari daerah yang menyempit (narrow zone) sampai ke
daerah dilatasi; terlihat pelebaran lumen di bagian proksimal zona transisi
(Schulten,2011).
H. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan Utama
Sering didapatkan adanya keterlambatan pengeluaran mekonium yang
pertama, mekonium keluar >24 jam; adanya muntah bilious (berwarna hijau),
perut kembung, gangguan defekasi/ konstipasi kronis, konsistensi feses yg
encer, gagal tumbuh (pada anak-anak), berat badan tidak berubah bahkan
cenderung menurun, nafsu makan menurun; ibu mengalami polyhidramnion;
adanya riwayat keluarga. (Hidayat M,2009; Lorijn,2006).
Riwayat Kesehatan Sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa
lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi
masalah tersebut.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah sebelumnya pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, serta imunisasi.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ditemui ibu mengalami polyhidramnion serta tanyakan kpada orang
tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.
2. Pemeriksaan fisik
Pada survei umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi
dan takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya
perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipat paha, dan rektum akan
didapatkan.:
a. Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan
rektum dan fases akan didapatkan adanya perubahan fases seperti pita dan
berbau busuk. Terlihat perut kembung atau membuncit di seluruh lapang
pandang. Apabila keadaan sudah parah, akan terlihat pergerakan usus pada
dinding abdomen.
b. Auskultasi : pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, berlanjut
dengan hilangnya bising usus.
c. Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung.
d. Palpasi : teraba dilatasi kolon pada abdominal
I. Potensial Komplikasi
1. Perforasi usus
2. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Defisiensi gizi
4. Enterokolitis.
5. Syok hipovolemik.
6. Sepsis (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014)
J. Penatalaksanaan Medis
Diet rendah serat, tinggi kalori dan protein
Dapat digunakan nutrisi parenteral total (NPT)
K. Asuhan Keperawatan
1. Gangguan eliminasi : konstipasi
Intervensi keperawatan :
Catat jumlah, konsistensi dan warna BAB terakhir
Monitoring tanda-tanda konstipasi
Anjurkan keluarga untuk mencatat warna, jumlah, dan frekuensi BAB
Berikan suposturia bila perlu
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi keperawatan :
Kaji napsu makan
Lakukan pemeriksaan abdomen, adanya distensi, hipoperistaltik
Dokumentasikan input-output. Berikan cairan per oral/ IV sesuai program
Sajikan makanan favorit anak, dan berikan dalam jumlah sedikit namun
sering
Atur posisi anak dengan nyaman (semi fowler)
Timbang BB setiap hari pada skala yang sama
3. Kekurangan volume cairan
Intervensi keperawatan :
Dokumentasi intake dan output
Monitor status hidrasi ( membrane mukosa, nadi, ortostatik, TD)
Monitor hasil laboratorium yang menunjukkan retensi cairan
Monitor keadaan hemodinamik
Monitor vital sign
Monitor status nutrisi
DAFTAR PUSTAKA