Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka Campak dan Rubella

1) Pengertian
Campak atau yang disebut juga dengan rubeola, morbilli, atau measles adalah
penyakit sangat menular baik melalui droplet ataupun kontak dengan penderita yang
disebabkan oleh virus. Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah kasus
campak terbesar di dunia.(Global MR Initiative.org, 2016).
Rubela adalah penyakit akut dan mudah menular yang sering menginfeksi anak
dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan
masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil
pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama awal
kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital
(Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.
2) Angka kejadian
Pada tahun 1980 sebelum imunisasi campak dilakukan secara global diperkirakan
lebih dari 20 juta orang terkena penyakit campak dan 2,6 juta kematian setiap tahun yang
sebagian besar anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu
miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah mendapatkan imunisasi campak,
sehingga pada tahun 2013 kematian akibat campak global telah mengalami penurunan
sebesar 75%.
Sebelum dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara 0,1-0,2/1000
kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran hidup selama
periode epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada negara yang belum mengintroduksi
vaksin rubella diperkirakan cukup tinggi. Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 22.000
anak lahir dengan CRS di regio Afrika, sekitar 46.000 di regio Asia Tenggara dan 12.634
di regio Pasifik Barat. Insiden CRS pada regio yang telah mengintroduksi vaksin rubella
selama tahun 1996-2008 telah menurun.
Angka penemuan kasus dan kematian karena campak dan rubela di Indonesia
pada tahun 2014-2018 yang dilaporkan adalah 89.127 suspek campak dengan 22
kematian , sedangkan hasil laboratorium adalah 19.392 positif campak dan 14.192 positif
rubela. (Kemenkes, 2019) Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 89% kasus campak
diderita oleh anak usia di bawah 15 tahun. Sedangkan untuk rubela, kurang lebih 77%
penderita merupakan anak usia di bawah 15 tahun.

3) Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh virus dengan rantai tunggal RNA dari genus
Morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Virus tersebut mudah mati karena panas
dan cahaya. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami bagi penyakit ini
Rubela adalah penyakit yang disebabkan oleh togavirus jenis rubivirus dan
termasuk golongan virus RNA. Virus rubela cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan
kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus rubela dapat menembus sawar placenta dan
menginfeksi janin. Akibat hal tersebut dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin, antara
lain: abortus, lahir mati atau cacat berat kongenital (birth defects) yang dikenal sebagai
penyakit Congenital Rubella Syndrome (CRS).
4) Faktor risiko
1. Campak
a. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi BIAS campak berpengaruh terhadap kejadian campak anak usia
sekolah dasar. Siswa yang tidak melakukanimunisasi BIAS campak memiliki
peluang13,716 kali untuk terkena campak.
b. Riwayat kontak dengan penderita campak
Riwayat kontak dengan penderita campak berpengaruh terhadap kejadian campak
anak usia sekolah dasar. Siswa yang memiliki riwayat kontak dengan penderita
campak memiliki peluang 4,141 kali untuk terkena campak.
c. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian berpengaruh terhadap kejadian campak anak usia sekolah dasar.
Anak yang tinggal dirumah kepadatan hunian yang padat memiliki peluang 1,379
kali untuk terkenacampak.
d. Ventilasi rumah
Ventilasi rumah berpengaruh terhadap kejadian campak anak usia sekolah. Siswa
tinggal dirumah dengan ventilasi kurang memiliki peluang 1,279 kali untuk terkena
campak.
2. Rubella
a. Anggota keluarga lebih dari lima
Anak-anak yang tinggal dengan lebih dari lima anggota keluarga memiliki
kemungkinan 2,4 kali lebih besar untuk terinfeksi rubella dibandingkan mereka
yang memiliki lebih sedikit anggota keluarga.
b. Ventilasi rumah
Kemungkinan terinfeksi rubella untuk anak-anak yang tinggal di rumah yang tidak
berventilasi baik adalah 3,4 kali lebih tinggi daripada anak-anak yang tinggal di
rumah yang berventilasi baik.
c. Kontak dengan orang dengan ruam
Melakukan kontak dengan orang dengan ruam meningkatkan kemungkinan infeksi
rubella sebesar 2,2 jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat
kontak.
d. Diare
Tidak diare dalam 14 hari terakhir mencegah risiko infeksi rubella sebesar 25%
dibandingkan dengan diare.
e. Vitamin A
Kemungkinan terinfeksi rubella untuk anak-anak yang tidak menerima vitamin A
dalam enam bulan terakhir adalah 2,9 kali lebih tinggi daripada anak-anak yang
menerimanya
5) Perjalanan penyakit
1. Campak
Virus campak ditularkan melalui droplet yang keluar dari hidung, mulut atau
tenggorokan orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau
melalui sekresi hidung. Masa penularan adalah empat (4) hari sebelum timbul rash
sampai dengan empat (4) hari setelah timbul rash.
Infeksi campak dibagi menjadi 4 fase yaitu: inkubasi, prodormal (kataral),
eksentematosa (ruam), dan fase penyembuhan. Masa inkubasi adalah sekitar 8-12 hari
dari saat pajanan sampai terjadinya gejala atau 14 hari setelah pajanan sampai
terjadinya ruam. Manifestasi klinis yang terjadi pada 3 hari fase prodormal adalah
batuk, pilek, konjungtivitis, dan tanda patogonomonik bercak Koplik (Koplik Spof)
(bintik putih keabuan, di mukosa bukal sisi berlawanan dari molar bawah) yang dapat
ditemukan hanya terjadi selama 12-24 jam. Pada konjungtiva timbul garis radang
transversal sepanjang pinggir kelopak mata (garis Stimson). Gejala klasik campak
berupa batuk, pilek, dan konjungtivitis yang makin berat timbul selama viremia
sekunder dari fase eksantematosa yang seringkali diikuti dengan timbulnya demam
tinggi (40°C – 45°C). Ruam makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian
bawah garis rambut) dan menyebar kesebagian besar tubuh dalam waktu 24 jam
dengan arah distribusi dari servikal ke kaudal. Ruam seringkali berkonfluensi. Ruam
akan menghilang dengan pola yang sama. Tingkat keparahan penyakit dikaitkan
dengan luasnya penyebaran ruam. Kadangkala disertai dengan adanya petekie ataupun
perdarahan (campak hitam/black measles). Saat ruam menghilang terjadi perubahan
warna ruam menjadi kecoklatan kemudian mengalami deskuamasi.
Limfadentis servikal, splenomegali, limfadenopati mesenterika, yang disertai
nyeri abdomen, dapat ditemukan bersamaan dengan timbulnya ruam. Otitis media,
pneumonia dan diare lebih sering terjadi pada bayi. Gangguan liver lebih sering
ditemukan pada pasien dewasa.
Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari
pertama sakit.Masa inkubasi penyakit campak adalah 7 – 18 hari, ratarata 10 hari.

2. Rubella
Viremia rubella terjadi pada 4–7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan
diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi
penyakit rubela berkisar antara 14–21 hari.
Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan
viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan
diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash.
Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella
ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai
pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.
Konfirmasi laboratorium dilakukan untuk diagnosis pasti rubella dengan
melakukan pemeriksaan serologis atau virologis. IgM rubella biasanya mulai muncul
pada 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak terdeteksi lagi,
dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi dan puncaknya pada 4 minggu
kemudian dan umumnya menetap seumur hidup. Virus rubella dapat diisolasi dari
sampel darah, mukosa hidung, swab tenggorok, urin atau cairan serebrospinal. Virus di
faring dapat diisolasi mulai 1 minggu sebelum hingga 2 minggu setelah rash.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan
tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella pada wanita dewasa
sering menimbulkan arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada
kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS.
6) Tanda dan gejala
1. Campak
Gejala penyakit campak ditandai dengan:
a. Suhu tubuh seringkali hingga > 38°C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu
atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair;
b. Bercak kemerahan/rash/ruam yang dimulai dari belakang telinga berbentuk
makulopapular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari kemudian (4-7 hari) akan
menyebar ke seluruh tubuh;
c. Tanda khas (patognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih keabuan
dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa bucal)
d. Bercak kemerahan makulopapular setelah 7 – 30 hari akan berubah menjadi
kehitaman (hiperpigmentasi) dan disertai kulit bersisik. Untuk kasus yang telah
menunjukkan hiperpigmentasi maka perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan
apabila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala yang telah
disebutkan sebelumnya maka kasus tersebut merupakan kasus suspek campak.
2. Rubella
Gejala penyakit rubela ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak
merah/rash/ruam makulopapuler disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
(limfe) di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Rubela pada anak
biasanya hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga
sering tidak dilaporkan. Sedangkan rubela pada wanita dewasa sering menimbulkan
arthritis atau arthralgia.

DE, BONG STEVANA. 2013. Pengaruh Reaksi Imunisasi Campak Terhadap Sikap Dan
Perilaku Ibu Dalam Pelaksanaan Imunisasi Campak di Kota Semarang. KARYA TULIS
ILMIAH. Semarang: UNIVERSITAS DIPONEGORO.

Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. 2017. Petunjuk Teknis Kampanye
Imunisasi Measles Rubella (MR). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. 2020. Pedoman Surveilans


Campak-Rubela. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Ardhiansyah, Ferry dkk. 2019. Faktor Risiko Campak Anak Sekolah Dasar pada Kejadian Luar
Biasa diKabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas
(2), 64-72. Semarang: UNIVERSITAS DIPONEGORO.

Abdulkadir, Abdulbari dan Tsegaye Tewelde Gebrehiwot. 2018. Risk Factors for Rubella
Transmission in Kuyu District, Ethiopia, 2018: A Case-Control Study. Hindawi Interdisciplinary
Perspectives on Infectious Diseases Volume 2019, Article ID 4719636, 8 pages

Anda mungkin juga menyukai