a. Pendekatan individu
Deteksi dan monitor individu2 yang kontak dengan penyakit serius
Penyakit pes, cacar, TBC, tifus, demam kuning, sifilis
Deteksi gejala pada kesempatan pertama isolasi terhadap kontak penyakit dapat
dikendalikan
Contoh: karantina
Terbatas karena kebebasan terganggu dan adanya stigma
Pada kasus campak- rubella sendiri surveilans melakukan pendekatan dengan cara
mencari dimana bagian atau wilayah yang terdapat kasus sampak pertama kali. Para
surveilans selanjutnya melakukan penyidikan dan melakukan deteksi dini dengan cara
mewawancarai individu yang menjadi suspek maupun orang terdekat suspek. Melihat
dari gejala yang ada, seberapa parah dan disaat sudah ditemukan suspek maka akan
dilakukan karantina dengan tujuan untuk melakukan pemulihan, pengobatan dan agar
tidak meluas ke beberapa wilayah.
Pada tahap pendekatan ini surveilans Melaksanakan surveilans demam dan ruam
maculopapular untuk penemuan kasus suspek campak-rubela, Mencapai discarded rate
campak-rubela ≥2/100.000 penduduk yang merata di setiap kabupaten/kota setiap tahun
dan mempertahankannya, Mencapai konfirmasi laboratorium terhadap kasus suspek
campak (Case Based Measles Surveillance/ CBMS) 100% setiap tahun dan
mempertahankannya, Setiap kasus suspek campak dilakukan penyelidikan epidemiologi
dalam 2 x 24 jam, Setiap KLB suspek campak dilakukan penyelidikan epidemiologi
menyeluruh (fully investigated) dalam 2 x 24 jam, serta melakukan pengambilan
spesimen urin minimal 1 kasus per kab/kota/tahun.
d. Surveilans pasif
Jawab :
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data
penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas
pelayanankesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk
dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit
infeksi yang harusdilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis
perbandingan penyakitinternasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif
dalam mendeteksikecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-
reported, karena tidak semuakasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain
itu, tingkat pelaporan dankelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas
terbagi dengan tanggungjawabutama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu
dibuat sederhana dan ringkas.
e. Surveilans aktif
Jawab :
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala
kelapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya,
puskesmas,klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit
atau kematian,disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus
indeks. Kelebihansurveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan
oleh petugas yangmemang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain
itu, surveilans aktifdapat mengidentifikasi outbreak lokal.
Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebihsulit untuk dilakukan daripada
surveilans pasif.Sistem surveilans dapat diperluas pada levelkomunitas, disebut
community surveilance. Dalam community surveilance, informasidikumpulkan langsung
dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihandiagnosis kasus
bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat membantu parakader kesehatan
mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitaskesehatan tingkat
pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih menggunakandefinsi kasus
lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi laboratorium. Communitysurveilans
mengurangi kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006)