Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan dini merupakan salah satu ancaman bagi pencapaian target


Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan
kerjasama dari berbagai pihak untuk mengupayakan pencegahan peningkatan angka
kejadian pernikahan dini sebagai upaya preventif untuk menurunkan gangguan dan resiko
yang dapat terjadi akibat pernikahan dini. (Saputri, Ginting and Zendato, 2019) Pernikahan
dini menurut UU perkawinan adalah perkawinan yang diizinkan jika laki-laki mencapai
umur 19 tahun dan perempuan mencapai umur 16 tahun Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi. Beberapa indikator yang
digunakan untuk mengukur adalah akses informasi remaja tentang kesehatan reproduksi,
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sikap dan kontrol perilaku yang dihayati

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan dapat


dilakukan apabila pihak pria berusia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun. Sementara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menetapkan bahwa program yang bertujuan mengendalikan jumlah penduduk yaitu melalui
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang merupakan upaya meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun
bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.2 Permasalahannya, hingga saat ini fenomena perkawinan
dibawah umur merupakan suatu persoalan yang banyak terjadi diberbagai tempat di tanah air
terutama di daerah pedesaan di Indonesia serta meliputi berbagai strata ekonomi dengan
beragam latar belakang(Syamsuddin and Samsiani, 2020).

United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA)


menyebutkan, Indonesia menempati urutan ke-37 sebagai negara dengan jumlah perkawinan
dini terbanyak di dunia. Pada lingkup ASEAN, Indonesia berada di urutan kedua terbanyak
setelah Kamboja. Akibatnya rata- rata kelahiran usia remaja (Age Specific Fertility
Rate/ASFR) yaitu usia 15-19 tahun di Indonesia meningkat dari 35 per 1.000 kelahiran
hidup pada 2007 menjadi 45 per 1.000 kelahiran hidup pada 2012.4-5 Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 mencatat bahwa pada perempuan dengan rentang usia 10-54 tahun;
2,6% diantaranya menikah pertama kali pada usia dibawah 15 tahun dan 23,9% diantaranya
menikah pada rentang usia 15-19 tahun. Insidensi kehamilan pada perempuan dengan
rentang usia 10-54 tahun adalah 2,68%; 0,02% diantaranya terjadi pada usia dibawah 15
tahun dan 1,97% diantaranya terjadi pada usia remaja (15-19 tahun)(Candra Satriawati,
Nugraheny and Kusmiyati, 2020).

Sebagai bagian terbesar dari populasi penduduk dunia, jumlah remaja mencapai 1,2
milyar (18%) atau meliputi 1/5 dari jumlah penduduk di dunia(Nur and Laili, 2020).
Sebanyak 88% diantaranya tumbuh di negara berkembang. Sementara 49% remaja
perempuan di dunia hidup di 6 negara yaitu China, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan dan
AS.7-8 Remaja mengalami perubahan psikologis yang mengarah pada dorongan
seksualitas.9 Hal ini didukung oleh hasil riset yang menyatakan bahwa sekitar 30% dari
warga Indonesia pernah melakukan hubungan seks dan menikah pada usia kurang dari 18
tahun(Kholisotin, Munir and Astutik, 2019).

Daftar Pustaka

Candra Satriawati, A., Nugraheny, E. and Kusmiyati, Y. (2020) ‘The Effect of Combination of

Warm Compression and Chocolate Against Menstrual Pain Reduction (Dysmenorrhea) In Teens

In SMP Negeri 1 Bangkalan INDONESIAN JOURNAL OF NURSING AND MIDWIFERY

brought to you by’, JNKI, 8(1), pp. 36–42. Available at:

https://doi.org/10.21927/jnki.2020.8(1).36-42.

Kholisotin, K., Munir, Z. and Astutik, L.Y. (2019) ‘Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara Di RSIA Srikandi IBI’, Jurnal Keperawatan

Profesional, 7(2), pp. 15–27. Available at: https://doi.org/10.33650/jkp.v7i2.598.

Nur, L. and Laili, N. (2020) Pengaruh pijat oksitosin dengan produksi asi pada ibu menyusui.

2nd edn. Edited by Hida. Yogyakarta: Polkesyo Publisihier.


Saputri, I.N., Ginting, D.Y. and Zendato, I.C. (2019) ‘Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi Asi Pada Ibu Postpartum’, Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 2(1), pp. 68–73. Available

at: https://doi.org/10.35451/jkk.v2i1.249.

Syamsuddin, S.D. and Samsiani, H.N. (2020) ‘Studi Literatur Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi Asi Pada Ibu Nifas’, Jurnal …, 03, pp. 384–391. Available at: https://stikeskjp-

palopo.e-journal.id/JFK/article/download/118/91.

Anda mungkin juga menyukai