Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MEDIK &

MANAJEMEN TRAUMA

OLEH:

LUH PUTU AYU KRISTIANA DEWI (KP1522034)

PRODI D-III KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IX/UDAYANA

DENPASAR

2023-2024
KASUS:
1. Tn. A datang ke IGD diantar oleh polisi pasca kecelakaan , anamnesa awal pasien
mengalami penurunan kesadaran dg hasil pemeriksaan GCS diantaranya:
pasien membuka mata disaat diberi rangsangan nyeri , mengerang, dan juga menarik tangan
dari rangsangan nyeri, kemudian pasien tampak gelisah , luka pada paha kanan, lebam,
bengkak dan dicurigai fraktur femur, tdk terdapat luka pada wajah, kepala, leher dan dada

2. Ny. W umur 75 th diantar oleh anaknya ke rumah sakit. Di IGD, anamnesa awal ditemukan
data pasien tampak mengalami penurunan kesadaran, hasil pemeriksaan GCS: saat dipanggil
pasien membuka mata kemudian menutup lagi, saat diajak berdiskusi pasien tidak mampu
menjawab secara rasional & kata kata cenderung tidak beraturan, pasien tampak mampu
mengikuti perintah dalam menggerakkan motorik, setelah diajak berdiskusi pasien tampak
seperti mengantuk dan cenderung tidak fokus. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki
riwayat penyakit gagal jantung.

TUGAS:
a. Tentukan nilai GCS pasien!
b. Tentukan kualitas kesadaran pasien!
c. Sebutkan penyebab gangguan kesadaran pada pasien!
d. Sebutkan diagnosa keperawatan (minimal 3)!
e. Tentukan luaran dan intervensi pasa diagnosa tersebut!

JAWABAN
1. a. E:2 V:2 M:4 GCS:8
b. Kesadaran Delirium
c. Penyebab gangguan kesadaran pada pasien adalah karena adanya syok neurogenic akibat
luka pada paha kanan, lebam, bengkak yang dicurigai adanya fraktur femur
d.- Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif d.d adanya lebam dan bengkak
- Nyeri Akut b.d pencedera fisik d.d pasien pasca kecelakaan, bersikap protektif (menarik
tangan dari rangsangan nyeri) dan gelisah
- Gangguan Integritas Kulit/Jaringan d.d kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit dibuktikan
dengan hematoma
e. 1.) Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif d.d adanya lebam dan bengkak
a) Luaran Perfusi Serebral [L.02014] : Setelah dilakukan intervensi selama 5 jam, maka
Perusi Serebral meningkat, dengan kriteria hasil:
(1) Tingkat kesadaran meningkat
(2) Gelisah menurun
b) Intervensi [I.06194] 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Gangguan
metabolisme)
2. Monitor MAP
3. Monitor status pernapasan
4. Monitor intake dan output cairan
5. Minimalkan stimulus dengan menyediaka lingkungan yang tenang
6. Berikan posisi semi fowler
7. Pertahankan suhu tubuh normal
8. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
9. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
2) Nyeri Akut b.d pencedera fisik dibuktikan dengan pasien pasca kecelakaan, bersikap
protektif (menarik tangan dari rangsangan nyeri) dan gelisah
a) Luaran Kontrol Nyeri [L.08063] : Setelah dilakukan intervensi selama 5 jam, maka
Kontrol Nyeri meningkat, dengan kriteria hasil:
(1) Keluhan Nyeri menurun
b) Intervensi Utama: Pemberian Analgesik [I.08243] (1) Identiikasi karakteristik nyeri
(2) Identifikasi Riwayat alergi obat
(3) Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan tingkat keparahan nyeri
(4) Monitor TTV sebelum dansesudah pemberian analgesic
(5) Perttimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
(6) Tetapkan target efektifitas analgesic untk mengoptimalkan respon pasien
(7) Dokumentasikan respon teradap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
(8) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
(9) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
3) Gangguan Integritas Kulit/Jaringan ditandai dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan
kulit dibuktikan dengan hematoma
a.) Luaran: Integritas Kulit dan Jaringan [L.14125] Setelah dilakukan intervensi selama 5
jam, maka Perusi Serebral meningkat, dengan kriteria hasil:
(1) Hematoma menurun
b) Intervensi: Manajemen Nyeri [I.08238] (1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri pada hematoma, yakni dengan kompres hangat/dingin

2. a.E:3 V:3 M:6 GCS: 12


b. Kesadaran Apatis
c. Penyebab gangguan kesadaran pada pasien adalah karena adanya syok cardiogenic karena
keluarga pasien mengatakan ada Riwayat gagal jantung
d. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
- Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif d.d adanya ada riwyat gagal jantung
-Risiko Penurunan Curah Jantung d.d adanya ada riwyat gagal jantung
- Konfusi Akut b.d usia lebih dari 60 tahun d.d fluktuasi fungsi kognitif, tingkat kesadaran
dan aktifiitas psikomotorik (saat diajak berdiskusi pasien tidak mampu menjawab secara
rasional & kata kata cenderung tidak beraturan, setelah diajak berdiskusi pasien tampak
seperti mengantuk dan cenderung tidak focus)
e. Luaran dan Intervensi
1) Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif dibuktikan dengan adanya ada riwyat gagal jantung
a) Luaran: Luaran Perfusi Serebral [L.02014] : Setelah dilakukan intervensi selama 5 jam,
maka Perusi Serebral meningkat, dengan kriteria hasil:
(1) Tingkat kesadaran meningkat
b) Intervensi [I.06194] 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Gangguan
metabolisme)
2. Monitor MAP
3. Monitor status pernapasan
4. Monitor intake dan output cairan
5. Minimalkan stimulus dengan menyediaka lingkungan yang tenang
6. Berikan posisi semi fowler
7. Pertahankan suhu tubuh normal
8. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
9. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
2) Risiko Penurunan Curah Jantung dibuktikan dengan adanya ada riwyat gagal jantung
a) Luaran: Curah Jantung [L. 02008] Setelah dilakukan intervensi selama 5 jam, maka Curah
Jantung meningkat, dengan kriteria hasil:
(1) Lemah menurun
b) Intervensi: Manajemen Syok Kardiogenik
(1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
(2) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
(3) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
(4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
(5) Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity/deformitas, open
wound/luka terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)
(6) Monitor EKG 12 lead
(7) Monitor rontgen dada (mis: kongesti paru, edema paru, pembesaran jantung)
(8) Monitor enzim jantung (mis: CK, CKMB, Troponin)
(9) Identifikasi penyebab masalah utama (mis: volume, pompa atau irama)
(10) Pertahankan jalan napas paten
(11) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
(12) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
(13) Pasang jalur IV
(14) Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin
(15) Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung, jika perlu
(16) Kolaborasi pemberian inotropik (mis: dobutamine), jika TDS 70 – 100 mmHg tanpa
disertai tanda/gejala syok
(17) Kolaborasi pemberian vasopressor (mis: dopamine), jika TDS 70 – 100 mmHg disertai
tanda/gejala syok
(18) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
(19) Kolaborasi pompa intra-aorta, jika perlu
3) Konfusi Akut b.d usia lebih dari 60 tahun dibuktikan dengan fluktuasi fungsi kognitif,
tingkat kesadaran dan aktifiitas psikomotorik (saat diajak berdiskusi pasien tidak mampu
menjawab secara rasional & kata kata cenderung tidak beraturan, setelah diajak berdiskusi
pasien tampak seperti mengantuk dan cenderung tidak focus)
c) Luaran: Tingkat Konfusi [L.06054] Setelah dilakukan intervensi selama 5 jam, maka
Tingkat Konfusi menurun, dengan kriteria hasil:
(1) Fungsi kognitif meningkat
(2) Tingkat Kesadaran meningkat
(3) Aktifitas psikomotorik meningkat
(4) Fungsi social membaik
d) Intervesi: Manajemen Delirium [I.06189]
(1) Monitor status neurologis dan tingkat delirium
(2) Berikan pencahayaan yang baik
(3) Hindari stimulus sensorik berlebihan (mis: televisi, pengumuman interkom)
(4) Sediakan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang dapat terjadi selanjutnya
(5) Nyatakan persepsi dengan cara yang tenang, meyakinkan, dan tidak argumentative
(6) Fokus pada apa yang dikenali dan bermakna saat interaksi interpersonal
(7) Berikan informasi baru secara perlahan, sedikit demi sedikit, diulang-ulang
(8) Anjurkan kunjungan keluarga, jika perlu
(9) Kolaborasi pemberian obat ansietas atau agitasi, jika perl

Anda mungkin juga menyukai