Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

HIRSCHPRUNG DISEASE
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah :Asuhan Keperawatan Anestesi
Pembedahan Khusus Dosen Pengampu : Made Suandika, S.Kep., Ns., M.Kep.,
Ph.D

Oleh
Kelompok 1A:
ACHMAD ALFAN A. 210106003 DEWI UMAYAH NUR R. 210106038
AILEN FITRIA 210106006 DILLA PUSPITA SARI 210106043
ALFINA INAYAH P. 210106011 DYAH TRI WULAN 210106046
AMANDHA CRISTIANI H. 210106014 ESA DAHAN PRAYOGA 210106051
ARDANDA SATRIA W 210106019 FAIKA KUM 210106054
BIMA BAYU NINGRAT 210106027 FEBBY FEBRIAN DENNI 210106059
CHANDRA AHMAD 210106030 FEBRIANTI 210106062
CLARESTA DOVEL D 210106035 FUTUH EL HALAWAH 210106067
HABIBIE AULIA 210106070

KELAS B
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJA
NA TERAPAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2023
A. Pengkajian
Anamnesis
a) Identitas Pasien
Nama : An. P
Usia : 1 tahun
Jenis kelami : perempuan
No. CM :
Agama :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Diagnosa madis : hirschprung disease
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Usia :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :

c) Anamnesis Pre Anestesi


1) Keluhan utama
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak dapat
buang air besar sejak lahir.
2) Riwayat
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen
dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami
konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan
demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
3) Pemeriksaan fisik B1-B6
4) Status Gizi
5) Pemeriksaan penunjang
a. Sistem kardiovaskuler
b. Sistem pernafasan
c. Sistem pencernaan
d. Sistem saraf
e. Sistem musculoskeletal
f. Sistem endokrin
g. Sistem integument
h. Sistem pendengaran

d) Pertimbangan anestesi
1) Penyulit: fisiologi bayi yang berbeda dengan orang dewasa
2) Jenis anestesi: Anestesi inhalasi
3) Teknik anestesi: Anestesi umum

B. Tahap Pre Anestesi


Evaluasi Pre Anestesi
1) Kardiovaskular : Kelainan jantung bawaan asianotik PDA dan TR mild
- Respirasi : 30-60x/mnt
- Endokrin : Tidak Ada Kelainan
- Gastrointestinal :
 Obstruksi usus neonatal = Suatu penyakit Obstruksi usus sendiri
dapat diartikan sebagai adanya sumbatan mekanik yang terjadi di
usus
 Obstipasi = Suatu keadaan feses yang tidak bisa dikeluarkan
- Neurologi (GCS) : (E4, V5, M6) = 15/Normal Sadar Penuh
- Alergi : Tidak Ada
- Jalan Nafas : jalan napas pada anak-anak yang memiliki kepala dan lidah
relatif lebih besar
- Riwayat masalah anestesi : Tidak Ada
- Klasifikasi ASA : III = Pasien dengan gangguan sistemik berat
2) Rencana Tindakan Anestesi : Anestesi Inhalasi (Induksi)
3) Kelengkapan Administrasi
 Inform Consent : Proses yang dirancang untuk menunjukkan
bahwa pasien memahami risiko dan manfaat dari dan bersedia
untuk berpartisipasi dalam prosedur klinis
 Surat Izin OP & Anestesi : Surat untuk memberikan persetujuan
untuk dilakukannya tindakan operasi atau anestesi
 Pemeriksaan Lab : Pemeriksaan rutin untuk mencari tahu kondisi
Kesehatan tubuh. Lewat hasil pemeriksaan laboratorium ini dokter
akan mendiagnosis kondisi medis, merencanakan atau
mengevaluasi perawatan, serta memantau penyakit

NAMA HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN KET


PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12..4 g/dl 11.7-15.5 -
Leukosit 6.500 mm3 4000 - 10000 -
Hematokrit 39 Vol% 40 - 54 L

 Penunjang & Konsultasi : Untuk memastikan pasien berada dalam


kondisi optimal untuk menjalani proses pembiusan atau
pembedahan
4) Persiapan alat anestesi
 Mesin anestesi harus diperiksa terlebih dahulu (gas anestesi,intasalai
O2,N2O) dan ventilator diatur sesuai tubuh pasien, ukuran face mask
yang sesuai, dan juga persiapan STATICS.
 Laringoskop harus di cek apakah berfungsi dengan baik,dan ukuran
blade yang sesuai harus dipersiapkan.
 Peralatan untuk resusitasi, obat-obat emergensi juga harus
dipersiapkan.
 Alat pemantauan fungsi vital.

5) Obat premedikasi
- Midazolam 0,05 mg/kg iv
Penggunaan midazolam sebagai antiansietas digunakan untuk
mengurangi stimulasi simpatis karena ketakutan, stress, maupun
menangis yang dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan kerja
miokard.
- Ketamin 1 mg/kg
Ketamin memberikan efek yang menguntungkan pada anak-anak
dengan kelainan jantung bawaan dengan mempertahankan SVR dan
kinerja ventrikel, tanpa menimbulkan peningkatan PVR.
- Atracurium 0,4 mg/kg
Diberikan sebagai pelumpuh otot sebelum dilakukan pemasangan pipa
endotracheal No. 4 cuff kedalaman 12 cm untuk mencegah aspirasi
dengan miller blade 1,5.
- Sulfas atropine dengan dosis 0,01 mg/kg
Mengurangi sekresi lendir dan menurunkan efek bronchial dan kardial
yang berasal dari perangsangan parasimpatis akibat obat anestesi atau
tindakan operasi.
6) Persiapan pasien
- Lama puasa yang harus dipersiapkan pasien adalah stop susu 4 jam
dan pemberian air gula 2 jam sebelum anestesi untuk umur < 6 bulan.
Stop susu 6 jam dan pemberian air gula 3 jam sebelum anestesi untuk
umur 6-36 bulan.

C. Tahap Intra Anestesi


1) Tindakan operasi : Transanal endoreral pull-through (TAERPT)
2) Jenis Anestesi : General anestesi intubasi
3) Teknik Anestesi : Anestesi intubasi (induksi)
4) Mulai anestesi : sulfas atropine 0,01mg/kg, , fentanyl 1 mcg/kg
intravena, ketamin 1 mg/kg dan sevofluran 0,5 v%, atracurium 0,4
mg/kg
5) Mulai Operasi : sevofluran 1,8 vol%, oksigenasi 3 lpm dan N2O 2
lpm, fentanyl 1 mcg/kg/jam, atracurium 10 mcg/kg/menit secara
intravena kontinyu
6) Posisi : Supinasi
7) Premedikasi preempative analgesic: intravena midazolam 0,05 mg/kg
dan ketamin 1mg/kg dan fentanyl 1mcg/kg intravena
8) Perdarahan : sebanyak 20ml
9) Kebutuhan cairan (cairan masuk dan keluar ml )
1. Masuk : kristaloid D5 ½ NS sebanyak 4 ml/kg
D. Tahap Post Anestesi (Bromage, Alderete, Steawerd Skor)
Steward Score (anak-anak)
Pergerakan:
·         Gerak bertujuan (2)
·         Gerak tak bertujuan (1)
·         Tidak bergerak (0)
Pernafasan:
·         Batuk, menangis (2)
·         Pertahankan jalan nafas (1)
·         Perlu bantuan (0)
Kesadaran:
·         Menangis (2)
·         Bereaksi terhadap rangsangan (1)
·         Tidak bereaksi (0)

Jika jumlah > 5, pasien dapat dipindahkan ke ruangan.


Prosedur Pemeriksaan
1.Catat waktu masuk ruang pulih dalam lembar pemantauan anestesi.
2.Lakukan pencatatan data kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi nafas, saturasi oksigen dan skor nyeri VAS tiap 15 menit dan
minimal sampai dengan 2 jam pertama.

Steward score di atas 5 (lima): pasien anak boleh pulang.


Steward score 10 (sepuluh) : pasien bayi dan anak menangis kuat,bisa
makan minum bebas,muntah – muntah,bisa mobilisasi bebas dan dapat
menoleransi nyeri
(pasien boleh pulang)
Bila ditemukan penyulit (menggigil, mual, atau muntah, hipotensi,
kesakitan ) selama di ruang pemulihan, lapor DPJP anastesi dan catat terapi
yang diberikan dalam lembar pemantauan anastesi. Catat waktu pemindahan
dari ruang pulih dalam lembar pemantauan anastesi.

E. Analisis Data
a. Pre Anestesi datda subyektif dan obytektif
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi
abdomen
Symptom Etiologi Problem
DS : Orang tua pasien Faktor situasional Gangguan rasa nyaman
mengatakan bahwa
anaknya tidak dapat
buang air besar sejak
lahir

DO : Ekspresi wajah
terlihat

TD : 82/43 mmHg

Sp02 : 98%

Nadi : 155 x permenit

b. Intra anestesi data subyektif dan obyektif


1. Resiko aspirasi berhubungan dengan efek obat anestesi.
Symptom Etiologi Problem
DS : Pasien dalam efek obat Obat Anestesi Resiko aspirasi
anestesi general
DO: Pasien terpasang ETT nasal, nafas
dibantu dengan O2 pasien tidak dapat
nafas spontan, hasil pemeriksaan
didapatkan
TD : 110/76
mmHg
S : 36°C
N : 87 x per
menit
RR : 22 x per
menit

c. Post anestesi data subyektif dan obyektif


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (Prosedur
anestesi)
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan

symptom etiologi promlem


DS: pasien mengalami Efek anestesi Nyeri akut
nyeri hebat pasca
bedah

DO: pasien terlihat


tidak nyaman
TD: 100/ 50 Mmhg
Nadi: 80/ 100 x per
menit
RR: 50 Spo2O
DS: Pasien mengalami Perdarahan berlebihan Kekurangan volume
perdarahan pasca cairan
bedah
DO: pasien terlihat
pucat
TD: 100/ 50 Mmhg
Nadi: 80/ 100 x per
menit
RR: 50 Spo2O

F. Intervensi Keperawatan Anestesi

a. Pre Anestesi
No Problem Tujuan Intervensi
(Masalah)
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan asuhan keperawatan, Observasi:
adanya distensi abdomen. diharapkan tingkat - Identifikasi
nyeri menurun, lokasi,
dengan kriteria karakteristik,
hasil: durasi,
- Kebutuhan frekuensi,
rasa nyaman intensitas
terpenuhi nyeri
dengan - Identifikasi
kriteria skala nyeri
tenang, Kolaborasi
- tidak -Kolaborasi
menangis, pemberian obat
- tidak analgetik bersama
mengalami dokter anestesi.
gangguan
pola tidur.

1 Kekurangan cairan tubuh Setelah dilakukan - Pantau status


berhubungan dengan asuhan keperawatan, dehidrasi,
kekurangan cairan aktif diharapkan cairan - Monitor intake
tubuh bisa terpenuhi, cairan dan output
(muntah) dengan kriteria cairan
hasil: Berikan terapi IV,
- Mukosa bibir sesuai program
lembap - Pantau tanda-
- Turgor kulit tanda vital
elastis sesuai
- TTV dalam kebutuhan.
batas normal
- Tidak ada
tanda-tanda
dehirasi
- Intake dan
output cairan
seimbang

b. Intra Anestesi

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi


(masalah)
Tujuan Intervensi
1. Resiko aspirasi Setelah Mandiri : Mandiri : S : Pasien
berhubungan dilakukan 1. Kaji 1. Mengkaji dalam efek
dengan efek obat tindakan monitor monitor TTV anestesi
anestesi. kepenataan TTV 2. Mengkaji general
anestesi 2. Kaji bunyi nafas
diharapkan bunyi tambahan O:
resiko aspirasi nafas karena sekret Pernafasan
pasien dapat tambahan atau yang pasien
teratasi dengan karena lainnya spontan.
kriteria hasil : sekret atau 3. Memastikan Monitor
1. Pasien dapat yang ETT terpasang TTV stabil
bernafas lainnya. dengan benar dengan
spontan. 3. Pastikan dan fiksasi hasil
2. Tidak ada ETT dengan kuat. TD:82/43m
sekret yang terpasang 4. Memastikan mHg
menghalangi dengan pola nafas N:155x/
jalan nafas. benar dan baik. menit
3. Tidak terjadi fiksasi Kolaborasi : RR:22x/
Apnea dengan 1. 1 menit
kuat pola S: 36,7
nafas baik. derajat
Kolaborasi celcius.
: SPO2:98%
1. -Terpasang
Kolaborasi ETT nasal
dengan Obat
dokter durante
terkait operasi:
obat 1.
bronkodila sevofluran
tor. 1,8 vol %
2. fentanyl
1 mcg/kg
3.
atrakurium
10 mcg/kg
4. Oksigen
3 lpm
5. N2O 2
lpm
6.
Perdarahan
20 ml
A: Masalah
teratasi
P:
Pertahankan
kondisi
pasien

c. Post Anestesi

No Problem Rencana Intervensi Implementasi


(Masalah)
Tujuan Intervensi

1. Nyeri akut Setelah a. Kolaborasi a. Berkolaborasi dengan


berhubungan dilakukan dengan DPJP DPJP Anestesi untuk
dengan agen tindakan Anestesi untuk pemberian therapi analgetik
cedera fisik kepenataan pemberian therapi (Ketepropen 50mg)
anesthsia, analgetik.
diharapkan b. Memonitor vital sign
masalah b. Monitor vital setelah pemberian analgetik.
potensial sign setelah
komplikasi nyeri pemberian c. Mengkaji skala nyeri
akut teratasi analgetik. pasien selama di ruang
dengan kriteria pemulihan
hasil : c. Kaji skala nyeri
a. Klien pasien selama di d. Mengobservasi reaksi
mendapatkan ruang pemulihan nonverbal yang menyatakan
terapi analgetik ketidaknyamanan.
double d. Observasi
modalitas dari reaksi nonverbal
DPJP yang menyatakan
Anesthesia ketidaknyamanan.

b.Klien tidak
mengalami nyeri
hebat pasca
bedah

c. Tanda-tanda
vital dalam batas
normal
(Tekanan darah
120/80 mmHg,
respirasi rate :
16-20X/mnt,
nadi
60-100X/menit),
SpO2
2. Resiko Diharapkan - Observasi TTV - Mengobservasi TTV
kekurangan pasien tidak secara rutin secara rutin
volume mengalami - Kaji intake dan - Mengkaji intake dan
cairan kekurangan output cairan output cairan
berhubungan cairan - Kaji keadaan fisik - Mengkaji keadaan
dengan pasien fisik pasien
pendarahan - Kolaborasi - Mengkolaborasikan
pemberian obat pemberian obat

Anda mungkin juga menyukai