Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMFREHENSIF
DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGI HAPSARI PUTRI (001STYC18)


ANNISA MUZRIAH (002STYC18)
ANNISYA HIRDAYANTI (003STYC18)
DIANA NOVITA (009STYC18)
GUNAWAN FEBRIANTO (021STYC18)
JINAN ESTIDA HAYATI (032STYC18)
UMAJAN
JULIA NINGSIH (033STYC18)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
TAHAP AKADEMIK
2021/2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen yang telah ikut serta dalam
memberikan tugas makalah Keperawatan komprehensif “diabetes melitus”. Makalah ini kami
susun berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal yang telah kami peroleh. Kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan
sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 2 November 2021

Penyusun
Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Penyakit 3
2.1.1 Definisi Diabetes Miletus 3

2.1.2 Etiologi Diabetes Miletus 6

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Miletus 10

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Miletus 17

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Miletus 21

2.1.6 Pathway Diabetes Miletus 23

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Miletus 24

2.1.8 Komplikasi Diabetes Miletus 25

2.1.9. Manajemen Diabetes Melitus 29

2.1.10 Penatalaksanaan Diabetes Miletus 33

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 34


2.2.1 Pengkajian 34

2.2.2 Diagnosa Keperawatan 36

2.2.3 Intervensi Keperawatan 36

2.2.4 Implementasi Keperawatan 39

2.2.5. Evaluasi Keperawatan 40

BAB III PENUTUP 41

3.1 Kesimpulan 41
DAFTAR PUSTAKA 42

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh
kurangnya sensitivitas otot ataupun jaringan terhadap insulin, yang disebut
dengan resistensi insulin ataupun oleh kurangnya hormon insulin atau disebut
dengan defisiensi insulin (Guyton & Hall, 2007). Bahaya diabetes sangat besar
dan dapat memungkinkan penderita menjadi lemah ginjal, buta, menderita
penyakit bagian kaki dan banyak komplikasi serius dan menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi. Penderita DM menghadapi bahaya setiap harinya karena
kadar gula darah yang tidak terkontrol. Glukosa darah mengandung kadar yang
berubah-ubah sepanjang hari terutama pada saat makan, dan beraktifitas
(Pangestu, 2007).
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai
macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya
adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat
dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya
prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang karena peningkatan
kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.
Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-
kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit ganeratif, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono,
2003: 573). (Safitri, 2017)
Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2025, jumlah penderita DM akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo,
2006). Menurut WHO kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta
orang berada pada rangking 4 dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),
dan Amerika Serikat (17,7 juta), dan WHO memperkirakan akan 2 meningkat
pada tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta),

1
dan Indonesia (21,3 juta) (Wild,S., 2004). DM tipe II banyak ditemukan (>90%)
dibandingkan dengan DM tipe I. DM tipe II timbul setelah umur 30 tahun
sedangkan DM tipe I biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Penyakit yang
bersifat menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita,namun kasus
tersebut meningkat pada wanita (Tahitian,2008)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi Diabetes Melitus ?
1.2.2 Apa Etiologi Diabetes Melitus?
1.2.3 Apa saja Klasifikasi Diabetes Melitus ?
1.2.4 Apa saja Manifestasi Klinis Diabetes Melitus ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Diabetes Melitus ?
1.2.6 Bagaimana Pathway Diabetes Melitus ?
1.2.7 Apa saja Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus ?
1.2.8 Apa saja Komplikasi Diabetes Melitus ?
1.2.9 Bagaimana Manajemen Diabetes Melitus ?
1.2.10 Bagaimana Penatalaksanaan Diabetes Melitus ?
1.2.11 Bagaimana Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komprehensif
1.3.2 Untuk mengetahui Definisi Diabetes Melitus .
1.3.3 Untuk mengetahui apa Etiologi Diabetes Melitus.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja Klasifikasi Diabetes Melitus.
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja Manifestasi Klinis Diabetes Melitus.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi Diabetes Melitus.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana Pathway Diabetes Melitus.
1.3.8 Untuk mengetahui apa saja Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus.
1.3.9 Untuk mengetahui apa saja Komplikasi Diabetes Melitus.
1.3.10 Untuk Mengetahui bagaimana Manajemen Diabetes Melitus
1.3.11 Untuk mengetahui bagaimana Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
1.3.12 Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus berasal dari kata yunani, Diabainein, “tembus” atau
“pancuran air”, dan kata latin melitus, “rasa manis” yang umum dikenal
sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan Hiperglisemia
(peningkatan kadar gula darah) yang terus menerus dan bervariasi terutama
setelah makan, setelah makan. Sember lain menyebutkan yang dimaksud
dengan diabetes melitus adalah keadaan Hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran batalis dalam pemerisaan dengan mikroskop elektron..
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang
disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh
sekelompok sel beta dikelenjar pankreas dan sangat berperan dalam
metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam
tubuh tidak bisa disadap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam
sel. Ini yang hanya 1 orang kan akibatnya, seorang akan kekurangan energi,
sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Pada glukosa yang
berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine.
Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seorang banyak
mengeluarkan urine dan selalu merasa haus.
Diabetes melitus diartikan pula sebagai penyakit metabolisme yang
termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau
Hyperglycemia (lebih dari 120 angka/atau 130 MG%). Karena itu DM
sering disebut juga dengan penyakit gula sekarang, penyakit gula tidak
hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme karbohidrat tetapi juga
menyangkut metabolisme protein dan lemak. Akibatnya DM sering
menimbulkan konflik yang bersifat menahun (kronis), terutama pada
struktur dan fungsi pembuluh darah titik jika hal ini dibiarkan begitu saja,

3
akan timbul komplikasi lain yang cukup fatal sama seperti penyakit jantung,
ginjal kebutaan, aterosklerosis, bahkan sebagian tubuh bisa diamputasi.
Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula di dalam darah
lebih tinggi dari biasa/normal (Normal: 60mg/dl sampai dengan 145mg dl),
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan hormon insulin
secara cukup titik perlu diketahui bahwa hormon insulin dihasilkan oleh
pankreas dalam tubuh kita untuk mempertahankan kadar gula agar tetap
normal. Hal ini disebabkan tidak dapat nya gula memasuki sel-sel yang
terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin.
Dengan kata lain, diabetes adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa
(gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara cukup. Sedangkan emailnya sendiri adalah
hormon yang dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan bola
ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai
cadangan energi.
Karena itu, jumlah glukosa pada tubuh sebaiknya sejak dini harus selalu
dikontrol dengan cermat. Tubuh biasanya mendapatkan glukosa dari
makanan yang dikonsumsi baik secara langsung dari makanan yang manis
atau karbohidrat maupun secara tidak langsung dari jenis makanan lain titik
diserap ke dalam aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh sel-
sel dalam tubuh dimana ya dapat digunakan sebagai energi titik bila jumlah
glukosa dalam darah terlalu banyak dan tidak segera dibutuhkan untuk
membentuk energi, maka ia dapat diubah dan kemudian disimpan dengan
dua cara yaitu sebagai tepung dalam hati komandan sebagai lemak titik
untuk mengubah glukosa menjadi energi atau menyimpan glukosa, tubuh
memerlukan insulin. Insulin dihasilkan oleh sekelompok sel pada pankreas
yang dinamakan pulau-pulau langerhans.
Dengan kata lain, pada orang yang sehat, karbohidrat dalam makanan
yang dimakan akan diubah menjadi glukosa yang akan didistribusikan ke
seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin titik pada
orang yang menderita diabetes glukosa sulit masuk ke dalam sel karena

4
sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh akibatnya kadar glukosa
dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping
yang bersifat negatif atau merugikan. Secara normal glukosa masuk ke
dalam sel-sel dan kelebihannya dibersihkan dari darah dalam waktu 2 jam.
Jika tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau
munculnya yang tersedia tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka sel-sel
tidak dapat terbuka, dan ini akan menyebabkan glukosa terkumpul dalam
darah sehingga terjadilah diabetes melitus. Penyakit diabetes melitus jika
tidak segera diobati maka meningkatkan risiko serangan jantung stroke
gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer dapat juga sebagai
penyebab utama dari kebutaan pada orang dewasa.
Selain itu, kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni titik
Dengan demikian air seni penderita diabetes akan mengandung gula
sehingga sering di Lembang atau dikerubuti semut. Selanjutnya orang
tersebut akan kekurangan energi/tenaga, mudah lelah lemas, mudah haus
dan lapar sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan
sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah
lebih dari 126 mg/dan saat tidak puasa sa atau normal lebih dari 200 mg/dl.
Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60 sampai 120 mg/d l.
Diabetes melitus sering disebut dengan The Great Imitator, ya itu
penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai keluhan titik penyakit ini timbul secara langsung sehingga
seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya.
Perubahan seperti minum menjadi lebih banyak buang air kecil menjadi
lebih sering dan berat badan yang terus menurun, berlangsung cukup lama
dan biasanya cenderung tidak diperhatikan sehingga seseorang pergi ke
dokter dan memeriksa kadar glukosa darahnya. Diabetes adalah suatu
kondisi yang berjalan lama, yang disebabkan oleh kadar gula yang tinggi
dalam darah titik d betis dapat dikontrol. Kadar gula dalam darah akan
kembali seperti biasa atau normal dengan beberapa kebiasaan hidup
seseorang.

5
Diabetes memang pembunuh yang jahat. Ia tak punya cukup nyali untuk
membunuh anda yakin isiannya yang tangguh dengan sendirian titik dia
akan meminta bantuan teman-teman lainnya. Berdasarkan penelitian murai
tahun 2000 disebutkan:
a. Tiap 19 menit ada 1 orang di dunia yang terkena stroke akibat komplikasi
diabetes.
b. Tiap 90 menit ada 1 orang di dunia yang buta akibat komplikasi diabetes.
c. Tiap 12 menit ada 1 orang jadi ini yang terkena serangan jantung akibat
komplikasi diabetes.
d. Tiap 90 menit ada 1 orang di dunia yang harus cuci darah akibat
komplikasi diabetes.
e. Tiap 19 menit aja satu orang di dunia yang diamputasi akibat komplikasi
diabetes.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi di mana akan meningkat
setelah makan dan kembali nomor dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah
yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa (atau
belum makan) adalah 70 sampai 110 mg/dl darah. Kadar gula darah
biasanya kurang dari 120 sampai 140 mg/dll ada 2 jam setelah makan atau
minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat kayu. Kadar gula
darah yang normal cenderung meningkat secara ringan, tetapi progresif
(berharap setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif
bergerak.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang
pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar
gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun
secara perlahan. Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu
dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot
menggunakan glukosa dalam darah untuk dijadikan. (Maulana Mirzan,
2015)
2.1.2. Etiologi Diabetes Melitus
Produksi insulin diabetes melitus tipe 1 yang pertama dikenal atau
kurang sensitif jaringan tubuh terhadap insulin, diabetes melitus tipe 2

6
bentuk yang lebih umum. Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang
juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe
1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan
pengobatan orang dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak
efektif. Diabetes melitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan
sendirinya setelah persalinan.
Pemahaman dan partisipasi pasien sangat penting, karena tingkat glukosa
darah berubah terus, karena kesuksesan menjaga gula darah dalam batasan
normal dapat mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Faktor lainnya yang
dapat mengurangi komplikasi darah: berhenti merokok mengoptimalkan
kadar kolesterol menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol tekanan darah
tinggi, dan melakukan olahraga teratur. Jelasnya, diabetes melitus
disebabkan karena berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah
cukup kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin. Namun jika dirunut lebih lanjut karena
beberapa faktor yang menyebabkan dm sebagai berikut:
a. Genetik atau faktor keturunan. Diabetes melitus cenderung diturunkan
atau diwariskan, bukan ditularkan titik anggota keluarga penderita dm d
betis memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita dm titik
para ahli kesehatan juga menyebutkan dm merupakan penyakit yang
terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kamu laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
b. Virus dan bakteri titik virus penyebab dm adalah rubella, mumps, dan
human coxsackievirus b4. Mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta,
virus ini mengikatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta titik gebetan melitus akibat bakteri masih belum

7
bisa dideteksi titik namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan dm.
c. Bahan toksik atau beracun. Bahan beracun yang mampu merusak sel beta
secara langsung adalah aloksan, pyrinuron (rodentisida), dan
streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal dari singkong.
d. Nutrisi. Nutrisi yang berlebihan overnutrition merupakan faktor risiko
pertama yang diketahui menyebabkan dm titik semakin berat badan
berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar
kemungkinan seseorang terjangkit dm.
e. Kadar kortikosteroid yang tinggi
f. Kehamilan diabetes gestasional, yang akan hilang setelah melahirkan.
g. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
h. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
Jika tak terkontrol dengan baik, diabetes dapat menyebabkan masalah-
masalah dalam beberapa bagian anggota badan titik dengan kata lain,
diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi menyebabkan
terjadinya penyakit lain yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar
gula darah yang tinggi terus-menerus, sehingga akibat rusaknya pembuluh
darah saraf dan struktur internal lainnya.
Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat
penebalan ini aliran darah akan berkurang terutama yang menuju ke kulit
dan syaraf. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung
menyebabkan kadar gula saat berlemak dalam darah meningkat sehingga
mempercepat terjadinya aterosklerosis penimbunan plak lemak di dalam
pembuluh darah titik aterosklerosis ini 2 sampai 6 kali lebih sering terjadi
pada penderita diabetes.
Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar makro bisa
melukai otak jantung dan pembuluh darah kaki macro geopathic sedangkan
pembuluh darah kecil mikro bisa melukai mata ginjal, saraf dan kulit serta
memperlambat penyembuhan luka. Penderita diabetes bisa mengalami

8
berbagai komplikasi jangka panjang jika diameternya tidak dikelola dengan
baik titik komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah
serangan jantung dan stroke. Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa
menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata
retinopati diabetikum. Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal
sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialisa).
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk putih
jika satu saraf mengalami kelainan fungsi maka sebuah lengan atau tungkai
bisa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan
tungkai dan kaki mengalami kerusakan polineuropati diabetikum, maka
pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti
terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih
sering mengalami cedera, karena penderita tidak dapat meledak perubahan
tekanan maupun suhu titik berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa
menyebabkan atau borok dan semua penyembuhan luka berjalan lambat titik
fokus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami inflasi secara masa
penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi. Bila
disimpulkan, tingginya kadar glukosa darah secara terus-menerus atau
berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi diabetes sebagai berikut:
a. Penyakit jantung
b. Serangan otak kamu biasanya diikuti dengan kelumpuhan atau stroke
c. Kerusakan pembuluh pembuluh darah perifer al biasanya mempengaruhi
bagian badan sebelah bawah dan kaki
d. Penyakit mata retinopati ini dapat menyebabkan buta ayam atau buta
total
e. Kerusakan ginjal
f. Kerusakan saraf neuropati kerusakan cara dapat terjadi pada beberapa
bagian dari tubuh kita termasuk jantung, q, dan dapat menyebabkan
impoten dan kelumpuhan paralisis dari perut.
g. Terjadinya borok akibat berkurangnya aliran darah ke kulit sehingga
penyembuhan luka tersebut terhambat. Dan inilah yang kemudian bisa
menyebabkan amputasi pada bagian tersebut

9
Tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, kurang olahraga, dan
merokok memperbesar kemungkinan cepat timbulnya komplikasi-
komplikasi, terutama dengan berkurangnya dan terhambatnya persediaan
darah. Untuk mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi ini,
sangatlah penting melakukan perawatan nonfarmakologis berikut ini:
a. Menjaga agar kadar glukosa (gula) dalam darah tetap normal
b. Tidak merokok
c. Memakan makanan yang seimbang, kadar lemak yang rendah, kadar
garam yang rendah, dan kadar serat yang tinggi (komplek karbohidrat)
d. Agar tekanan darah dan kadar kolesterol maka harus diperiksa secara
teratur oleh dokter.
e. Berolahraga secara teratur, yang merupakan salah satu bagian terpenting
dalam pengelolaan manajemen diabetes tipe ini akan membantu dalam
usaha untuk: menurunkan kadar gula glukosa dalam darah dengan
terpakainya energi olahraga mungkin akan merendahkan kadar glukosa
dalam darah selama 12 sampai 24 jam kemudian. 2 menurunkan tekanan
darah dan kadar kolesterol dalam darah jika sekiranya tinggi:
memperbaiki peredaran darah dalam tubuh: mengurangi stres: dan
mengontrol berat badan.
Sebaiknya, olahraga ringan hendaknya dilakukan sekurang-kurangnya
tiga sampai empat kali seminggu titik jenis olahraga yang dipilih tergantung
pada umur, minat dan kemampuan masing-masing. Beberapa olahraga yang
disarankan adalah: jalan kaki gerak cepat berenang, bersepeda atau menari.
(Maulana Mirzan, 2015)
2.1.3. Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 disebabkan ketidakadaan insulin titik
diabetes tipe ini juga disebut sebagai diabetes melitus dependent insulin
(IDDM), dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada
pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin
dalam tubuh titik akibatnya, individu penderita harus mendapatkan
insulin pengganti titik penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada

10
diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu adanya infeksi virus dalam tubuh, seperti gondongan (mumpa),
rubella, atau sitomegalovirus (CMV) kronis. Diabetes tipe ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa, akan tetapi umumnya
berusia di bawah 30 tahun.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 masih belum ditemukan
pencegahannya titik pada kebanyakan orang tidak menyadari dirinya
mengidap penyakit diabetes melitus tipe 1 sebab umumnya memiliki
kesehatan dan berat badan yang normal. Karakteristik dari tipe diabetes
ini adalah terjadi dalam beberapa tahun sehingga sulit diidentifikasi
faktor pencetus yang pasti. Respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal, terutama pada tahap awal perkembangan penyakit ini. Namun
saat didiagnosis penyakit diabetes melitus tipe 1 ditegakkan umumnya
ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau langerhans. Pada kondisi ini,
pankreas akan sedikit atau tidak mengeluarkan insulin, sedangkan lebih
dari 80% sel beta pankreas telah meningkat. Maka tanpa adanya insulin
glukosa tidak dapat masuk ke sel. Hal ini menyebabkan sel-sel
mengalami kelaparan padahal glukosa darah sangat tinggi.
Faktor yang umum diketahui diabetes melitus tipe 1 dipengaruhi
oleh kelainan genetik yang dibawa sejak lahir sehingga susah diprediksi
dan dicegah. Pengobatan untuk menanggulangi diabetes melitus tipe 1
dilakukan dengan menggunakan insulin dengan pengawasan teliti
terhadap tingkat glukosa darah titik tanpa adanya insulin, ketosis, dan
diabetik ketoasidosis dapat menyebabkan, dan kematian. Selain
pemberian insulin melalui injeksi juga dimungkinkan memberikan
insulin melalui pump sehingga memungkinkan untuk pemberian insulin
24 jam sehari pada dosis yang telah ditentukan. Cara lain dapat
digunakan, yakni pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan ketika
mengonsumsi makanan dan melalui Inhaled Powder. Namun yang perlu
dilakukan juga adalah penyesuaian gaya hidup terutama menjalankan
diet dan olahraga.

11
Perawatan diabetes tipe 1 harus terus-menerus dilakukan. Pada
dasarnya, proses perawatan ini tidak akan mempengaruhi aktivitas
normal dan hidup sehari-hari secara keseluruhan dari penderita apabila
terdapat adanya kesadaran, perawatan yang tepat dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan proses pengendalian tingkat glukosa darah
pada penderita diabetes tipe 1 harus diusahakan sedekat mungkin ke
angka normal, yaitu 80-120mg/dl, 4-6mmol/l. Pada tingkat glukosa darah
di atas 200 mg/dl, 10 mmo/l, sering disertai dengan rasa tidak nyaman
dan produksi urine yang banyak sehingga menyebabkan dehidrasi titik
sementara tingkat glukosa mencapai diatas angka 300 mg/dl, 15 mmol/l,
membutuhkan penanganan perawatan segera mungkin dan dapat
mengarah pada ketoasidosis. Sebaliknya apabila tingkat glukosa darah
rendah yang disebut hipoglikemia dapat menyebabkan penderitanya
kejang dan kehilangan. (Shanty Sandra, 2013)
b. Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang tidak
tergantung pada insulin yang disebabkan antara lain kecacatan dalam
produksi insulin, resistensi terhadap insulin yang melibatkan reseptor
insulin di membran. Pada tahap awal, abnormalitas yang paling utama
adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini,
hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara titik pemberian obat
antidiabetes dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar. Akan tetapi selanjutnya, setelah
penyakit semakin parah, sekresi insulin pun semakin berkurang dan
terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan berkurangnya sensitifitas
jaringan tubuh terhadap insulin titik pankreas pada dasarnya tetap
memproduksi insulin bahkan kadang kadarnya lebih tinggi daripada
normal. Akan tetapi, tubuh membentuk kekebalan tubuh yang
berpengaruh pada respons terhadap insulin tersebut sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif. Diabetes dengan gejala dan penyebab seperti

12
ini umumnya terdapat pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun
mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan tidak aktif titik gejala
pada tipe kedua ini terjadi secara perlahan-lahan. Dengan pola hidup
sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga
secara teratur, biasanya penderita berangsur pulih. Penderita juga harus
dapat mempertahankan berat badan yang normal. Namun, bagi penderita
stadium akhir, kemungkinan akan diberikan suntikan insulin. (Shanty
Sandra, 2013)
c. Diabetes Melitus Tipe III
Diabetes melitus tipe 3 yang baru ditemukan, diabates tipe ini
berkaitan dengan produksi insulin di otak dan berkaitan erat dengan
angka kejadian penyakit alzheimer. Sebuah penelitian yang telah
dilakukan oleh suzanne de la monde bersama rekan-rekannya
menemukan hubungan antara penyakit diabetes dengan alzheimer.
Suzanne menyatakan bahwa insulin yang diproduksi di otak difungsikan
tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup sel-sel otak. Maka, apabila
jumlah insulin kurang dari kebutuhan normal, otak pun akan mengalami
degenerasi. Akibat dari matinya sel-sel di otak, akan meningkatkan risiko
penyakit alzheimer. Hasil penelitian yang dilakukan suzanne diperkuat
setelah dilakukan penelitian pada jaringan otak mayat penderita penyakit
alzheimer. Hasil penelitian tersebut menyebutkan jumlah insulin dan igf-
1 berkurang di daerah korteks, hippocampus, dan hipotalamus.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional (gestasional diabetes melitus/gdm)
juga melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru diabetes
melitus tipe 2 titik jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bisa
juga meningkatk atau lenyap. Meskipun kejadian sementara, diabetes
jenis ini dapat merusak kesehatan janin dan ibu, dan sekitar 20%-50%
wanita yang mengidap diabetes tipe 2 kemungkinan menjalani
kehamilan. Diabetes melitus gestasional terjadi di sekitar 2%-5% dari
semua kehamilan. Diabetes ini sifatnya sementara dan harus ditangani

13
dengan baik karena jika tidak, bisa menyebabkan masalah dalam
kehamilan seperti makrosomia cacat janin, penyakit jantung sejak lahir,
gangguan pada sistem saraf pusat, dan juga caca otot. Bahkan ada
dugaan bahwa hiperbilirubinemia juga diakibatkan oleh hancurnya sel
darah merah akibat meningkatnya kadar gula darah. Bahkan, dalam
kasus yang parah penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.
Selain jenis-jenis diabetes di atas yang umumnya dikenal terdapat juga
varian lain, yaitu diabetes insipidus dan diabetes insipidus nefrogenik.
Diabetes jenis ini berkaitan dengan fungsi hormon antidiuretik dan fungsi
ginjal.
a. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus merupakan suatu kelainan karena kekurangan
hormon antidiuretik sehingga menyebabkan rasa haus yang berlebihan
dan diiringi dengan pengeluaran urin yang sangat encer. Namun tidak
seperti penyakit diabetes tipe lain, urin pada penderita diabetes insipidus
tidak mengandung gula dalam konsentrasi tinggi. Oleh sebab itu jenis
diabetes insipidus tidak dapat digolongkan sebagai kencing manis.
Penyakit ini disebabkan penurunan pembentukan hormon
antidiuretik (Vasopresin Arginin). Hormon antidiuretik secara normal
berfungsi sebagai mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyak.
Hormon ini diproduksi di hipotalamus kemudian disimpan dan
dilepaskan ke dalam aliran darah oleh hipofisis posterior. Secara umum
penyebab terjadinya diabetes insipidus :
1) Malfungsi; hipotalamus sehingga menghasilkan sedikit hormon
antidiuretik
2) Kelenjar hipofisis gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam
aliran darah
3) Hipotalamus mengalami kerusakan akibat pembedahan atau sebab
lainnya
4) Cedera otak
5) Trauma kepala
6) Adanya tumor

14
7) Sarcoidosis atau tuberkulosis
8) Terjadinya penyumbatan arteri yang menuju ke otak meningitis
Kemunculan penyakit ini terjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba
tanpa batas usia. Gejala yang terdeteksi seringkali hanya rasa haus dan
mengeluarkan urin yang berlebihan. Penderita terus berkemih dalam
jumlah yang sangat banyak terutama pada malam hari. Konsekuensinya,
pengeluaran yang tinggi menuntut pemasukan yang tinggi sehingga
penderita akan terus-menerus minum sejumlah besar cairan. Apabila
konsekuensi ini tidak seimbang, penderita akan dehidrasi yang
mengakibatkan tekanan darah rendah dan syok.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan kandungan glukosa pada urine
dan pemeriksaan darah akan memperlihatkan kadar berbagai elektrolit
yang abnormal. Selain itu, juga dilakukan Water Deprivation Test. Saat
menderita menjalani pemeriksaan ini, ia tidak diperbolehkan minum
maka dehidrasi berat kemungkinan bisa terjadi sehingga harus dilakukan
dengan profesional oleh dokter di rumah sakit atau tempat praktek.
Pembentukan urine kadar elektrolit darah (natrium) dan berat badan
diukur dan dipantau secara rutin selama beberapa jam. Setelah tekanan
darah turun, denyut jantung meningkat atau terjadi penurunan berat
badan lebih dari 5%, tes ini dihentikan dan diberikan suntikan hormon
antidiuretik.
Diagnosis dari diabetes insipidus akan ditegakkan jika setelah
disuntikkan hormon antidiuretik tubuh akan memberikan respons berupa
pembuangan urine yang berlebihan berhenti, denyut jantung kembali
normal, dan tekanan darah naik. Sebagai langkah pengobatan,
vasopressin desmopresinasetat dapat diberikan sebagai obat semprot
hidung beberapa kali sehari untuk menormalkan pengeluaran urine.
Namun, kadar obat ini harus sesuai dengan rekomendasi dari dokter
sebab kelebihan dosis dapat menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan, dan gangguan lain. (Shanty Sandra, 2013)
b. Diabetes insipidus nefrogenik

15
Pada penderita diabetes insipidus nefrogenik, hipotalamus
mampu menghasilkan hormon antidiuretik tetapi pengeluaran urine tetap
berlebihan dan encer. Kondisi ini terjadi karena ginjal yang semestinya
memberikan respons terhadap hormon antidiuretik di dalam darah untuk
menahan air gagal menjalankan fungsinya dengan baik dan tidak mampu
memekatkan air kemih.
Para ahli menemukan bahwa kemungkinan besar diabetes
insipidus nefrogenik terjadi karena penyakit keturunan titik gen yang
menyebabkan penyakit ini bersifat resesif yang dibawa oleh kromosom x
implikasinya wanita yang membawa gen resesif ini dapat mewariskan
risiko penyakit diabetes insipidus nefrogenik kepada anak laki-lakinya
titi penyebab lainnya yang dapat melatarbelakangi timbulnya penyakit ini
adalah kerusakan ginjal lantaran obat-obatan tertentu seperti antibiotik
aminoglikosid, lithium, demeklosiklin, dan antibiotik lainnya.
Proses penyakit diabetes insipidus nefrogenik apabila dis ebabkan
faktor keturunan dapat muncul sejak bayi. Gejalanya sama seperti
diabetes insipidus, yakni rasa haus yang berlebihan dan pengeluaran
urine yang berlebihan dan encer. Namun, bayi tidak mampu
mengekspresikan atau menyatakan rasa hausnya sehingga seringkali
mengalami dehidrasi yang tidak diketahui titik akibatnya, bayi bisa
mengalami demam tinggi disertai muntah dan kejang-kejang. Jika tidak
segera dilakukan tindakan pengobatan kerusakan otak dapat terjadi
sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental dan mengalami
hambatan perkembangan fisik apabila dehidrasi sering terjadi.
Sebagai tindakan diagnosis pemeriksaan laboratorium akan
menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam darah dan urin sangat
encer. Padahal, fungsi ginjal lainnya tampak normal. Selanjutnya untuk
memastikan fungsi ginjal dilakukan penilaian respons ginjal terhadap
hormon antidiuretik melalui tes deprivasi air. Obat-obatan tertentu yang
umum diberikan antara lain diuretik tiazid dan obat-obatan anti
peradangan non-steroid. (Shanty Sandra, 2013)

16
2.1.4. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Tiga serangkai klasik mengenai gejala kencing manis adalah peliuri
(urinasi yang sering), polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya tingkat
keausan), dam polifagi (meningkatnya hasrat untuk makan). Gejala lain
yang berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula smp diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa akan sampai ke air
kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengerjakan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Dengan demikian, pada dasarnya gejala awal diabetes ini berhubungan
dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula
darah sampai di atas 160-180 mg/dl,maka glukosa akan dikeluarkan melalui
air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengerjakan sejumlah besar berkuasa yang hilang. Karena
ginjal menghasilkan air kami dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, penderita
merasakan hal yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
Poliuria atau sering kencing terjadi karena pada orang dengan dm akan
terjadi penumpukan cairan dalam tubuhnya akibat gangguan osmolaritas
darah yang mana cairan tersebut dibuang melalui kencing. Karena banyak
cairan yang keluar maka orang dengan dm akan merasa kehausan sehingga
mereka jadi ingin sering minum. Akibat dari menurunnya kemampuan
insulin mengelola kadar gula dalam darah maka sering terjadi walau kadar
gulanya sedang dalam keadaan normal namun tubuh merespon lain sehingga
tubuh dipaksa untuk makan untuk mencukupi kadar gula darah yang bisa
direspon oleh insulin. Apabila kita terlambat makan maka tubuh akan
memecah cadangan energi lain dalam tubuh seperti lemak sehingga badan
menjadi tambah kurus.
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih sehingga penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi kan hal ini,
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak

17
makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing mual dan
berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olahraga. Penderita
diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih dekat terhadap infeksi.
Karena kekurangan insulin yang berat maka sebelum menjalani pengobatan
penderita diabetes tipe 1 hampir selalu mengalami penurunan berat badan
titik namun, sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidak mengalami
penurunan berat badan.
Pada penderita diabetes tipe 1, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa
berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan
asidosis diabetikum. Karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan
gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain.
Zat lemak dipecah dan menghasilkan keton yang merupakan senyawa kimia
beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala
awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa yang berkemih yang
berlebihan mual muntah dan nyeri perut terutama pada anak-anak.
Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk
memperbaiki keasamaan darah titik nafas penderita tercium seperti bau
aseton. Tanpa pengobatan ketoasidosis diabetikum bisa berkembang
menjadi kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai
menjalani terapi insulin kamu penderita diabetes tipe 1 bisa mengalami
ketoasidosis jika mereka melewatkan suatu kali penyuntikan insulin atau
mengalami stres akibat infeksi kecelakaan atau penyakit serius.
Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama
beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah maka timbullah
gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi
ketoacidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi sampai lebih dari 1000
mg/dl, biasanya terjadi akibat stres misalnya infeksi atau obat-obatan, maka
penderita akan mengalami dehidrasi berat yang bisa menyebabkan
kebingungan mental singkong keju dan suatu keadaan yang disebut,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.
Untuk lebih jelasnya, tanda-tanda seseorang itu terkena atau mengidap
diabetes adalah sebagai berikut. Dua gejala diabetes tipe 1 muncul secara

18
tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika,
sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik titik gejala-
gejalanya antara lain adalah:
a. Sering buang air kecil
b. Terus menerus lapar dan haus
c. Berat badan menurun
d. Kelelahan
e. Penglihatan kabur
f. Infeksi pada kulit yang berulang
g. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
h. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun
Sedangkan gejala diabetes tipe 2 muncul secara perlahan-lahan sampai
menjadi gangguan yang jelas komandan pada tahap pemula nya seperti
gejala diabetes tipe 1, yaitu:
a. Cepat lelah, kehilangan tenaga komandan pada saat tidak fit
b. Sering buang air kecil
c. Terus menerus lapar dan haus
d. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
e. Mudah sakit yang berkepanjangan
Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun sama tetap
prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai
keletihan akibat kerja tidak jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran
urine dan urin tersebut tidak disiram, maka akan di kerubutin oleh semutnya
merupakan tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah:
a. Penglihatan kabur
b. Luka yang lama sembuh
c. Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
e. Impotensi pada pria
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40,
tetapi prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.

19
Juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang mengalami gejala
prediabetes, yaitu suatu kondisi yang merupakan pendahuluan dari
munculnya diabetes tipe 2, tidak menyadari bahwa ia sedang diincar oleh
debit dan yang berbahaya. Walaupun gejalanya tidak muncul sama tetapi
dari pemeriksaan gula darah menunjukkan bahwa kadar gula darah puasa
berada di atas nama, meskipun belum cukup tinggi untuk dikategorikan
sebagai kasus diabetes titik tetap like sprei diabetes itu sendiri dapat
meningkatkan risiko kardiovaskuler sampai 50%.
Jika anda merasakan gejala-gejala tersebut, segeralah berkonsultasi
dengan dokter dengan segera lakukan pemeriksaan gula darah titik d gnosis
dm ini biasanya berdasarkan gejalanya yaitu polidipsi poliuri dan polifagi
serta dari hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang
tinggi titik untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil
setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah
makan. Gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat
ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Ada
gula di dalam darah adalah tinggi, tetapi karena sebagian besar sel tidak
dapat menggunakan gula tanpa insulin maka sel-sel ini mengambil energi
dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton yang
merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi
asam (ketoasidosis).
Pada penderita diabetes tipe 1, 7 di suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis diabetikum titik meskipun kadar gula di dalam darah tinggi,
tetapi sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin
sehingga sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sumber untuk
energi dapat berasal dari lemak tubuh titik sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa
menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari
ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan
mual muntah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan
menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki
keasamaan darah. Bernafas penderita tercium seperti bau aseton titik tanpa

20
pengobatan ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi, kadang
dalam waktu hanya beberapa jam bahkan setelah mulai menjalani tetapi
insulin, penderita diabetes tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika mereka
melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat
infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe 2 bisa
tidak menunjukkan gejala-gejala malah beberapa tahun. Jika kekurangan
insulin semakin parah maka timbullah gejala berupa sering berkemih dan
sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat
tinggi sampai lebih dari 1000 mg/dl, biasanya terjadi akibat stres misalnya
infeksi atau obat-obatan, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat
yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu
keadaan yang disebut, hiperglikemik-hiperosmolar non ketotik. (Maulana
Mirzan, 2015)
2.1.5. Patofisiologi Diabetes Melitus
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes
mellitus adalah :
a. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein
dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat

21
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
b. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika
kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat gangguan/
komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh,
disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua
yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya
lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal.
Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia

22
yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas
yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed
space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2009).
2.1.6. Pathway Diabetes Melitus

23
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
1) Glukosa darah puasa
2) Glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
3) Glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health
Organization) menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila
glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl. Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan
tidak boleh lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada
efek diurnal hormon terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel
biasanya serum atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan sebagai
sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding
glukosa plasma atau serum.

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah
sewaktu
a. Plasma vena < 100 100-200 >200
b. Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah
puasa
a. Plasma vena <110 110-120 >126
b. Darah kapiler <90 90-110 >110

b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya


glukosa dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330Mosm/l
f. Elektrolit :

24
1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : Normal
3) Fosfor : Lebih sering menurun
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4
bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada
HCO2 ( Asidosis Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
i. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat
(dehidrasi);Leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap
stressatau infeksi.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I )
atau normal sampai tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin,
gangguan dalam penggunaannya.
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan
antibody (autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
o. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka. [ CITATION Lan14 \l
1033 ]
2.1.8. Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi Akut
Komplikasi aku pada penderita diabetes terjadi apabila kadar
glukosa darah meningkat atau menurun dengan tajam pada rentang
waktu relatif singkat. Penurunan drastis glukosa darah dapat terjadi

25
apabila penderita menjalankan program diet yang terlampau ketat.
Perubahan mendadak, bayi kenaikan maupun penurunan dapat berakibat
fatal. Dalam komplikasi akut dikenal beberapa istilah berikut ini :
1) Hipoglikemia merupakan kondisi yang mana kadar glukosa darah,
yakni nokurang dari 50 mg/100ml darah. Hipoglikemia
menyebabkan gejala seperti sakit kepala akibat perubahan
keseimbangan air dan aliran darah otak, juga gangguan pada fungsi
sistem saraf pusat. Hipoglikemia dapat pula mendorong pengaktifan
sistem saraf simpatis yang menyebabkan timbulnya rasa lapar,
berkeringat, berdebar-debar, gelisah, cemas, dan gemetaran. Pada
hipoglikemia berat dapat terjadi hilang kesadaran dan koma.
2) Ketosidosis diabetik merupakan kondisi tubuh yang kekurangan
insulin dalam jumlah banyak dan bersifat mendadak. Kondisi ini
diwarnai dengan peningkatan kadar keton dalam darah dan
kesamaan darah meningkat (asidosis). Keton akan keluar melalui
urine. Pada peningkatan kadar keton dalam darah akan menyebabkan
ph turun dibawah 7,3 yang menyebabkan asidosis metabolik dan
mendorong hiperventilasi, yang disebut pernapasan kussmaul
(pernapasan yang cepat dan dalam). Hal ini disebabkan penderita
berupaya mengurangi asidosis dengan mengeluarkan
karbondioksida. Kondisi ini dapat menyebabkan penderita
mengalami nyeri abdomen dan mual disertai muntah yang juga pada
akhirnya memperparah dehidrasi ekstrasel dan intrasel. Selain itu,
muntah yang terjadi berkepanjangan juga menyebabkan kadar
kalium total tubuh menurun.
3) Dawn Phenomenon (fenomena fajar) merupakan kondisi kadar gula
terlalu tinggi pada pagi hari antara pukul 5 sampai 9 pagi yang
disebabkan peningkatan sirkadian kadar glukosa. Hormon-hormon
yang menunjukkan variasi sirkadian ialah kortisol dan hormon
pertumbuhan yang merangsang glukoneogenesis
b. Komplikasi kronis

26
Komplikasi diabetes melitus pada jangka panjang akan
menyebabkan kelainan pembuluh darah yang dapat menyebabkan
serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Kadar
glukosa yang tinggi terus-menerus akan berakibat pada rusaknya
pembuluh darah, syaraf, dan struktur internal lainnya. Komplikasi kronis
yang berkaitan dengan gangguan vaskuler yakni komplikasi
mikrovaskular, makrovaskular dan neurologis.
Glukosa dalam dinding pembuluh darah akan mengakibatkan
pembuluh darah mengalami penebalan dan kebocoran. Akibat dari
kondisi penebalan, aliran darah berkurang terutama yang menuju pada
kulit dan syaraf. Berkurangnya aliran darah ke kulit dapat menyebabkan
ulkus dan jika terluka proses penyembuhannya berjalan lambat. Apabila
terjadi ulkus pada kaki maka penyembuhannya akan berjalan lama
sehingga membuka kesempatan terjadinya infeksi. Selanjutnya, kadar
glukosa yang tidak terkontrol juga menyebabkan kadar zat lemak dalam
darah meningkat sehingga mendorong terjadinya penimbunan plak lemak
dalam pembuluh darah (aterosklerosis). Pada penderita diabetes
dibandingkan dengan orang sehat dan normal, 2 sampai 6 kali lebih
banyak terkena aterosklerosis.
Sirkulasi darah yang tidak baik pada pembuluh darah besar dapat
menjadi penyebab luka pada otak, jantung dan pembuluh darah kaki.
Sementara pada pembuluh darah kecil dapat merusak mata, ginjal, saraf
dan kulit serta akan memperlambat penyembuhan luka. Komplikasi yang
paling sering terjadi dan berujung pada kematian adalah serangan
jantung dan stroke.
Komplikasi jangka panjang diabetes sebagai berikut :
a. Penyakit jantung karena penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah coroner
b. Serangan pada otak yang biasanya diikuti dengan stroke
c. Kerusakan pada pembuluh darah peripheral

27
d. Penyakit mata atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan
suplai oksigen dalam jumlah cukup titik penyakit lain pada mata yang
dapat timbul antara lain katarak dan glaukoma
e. Kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal titik
pada organ ginjal yang mengalami kerusakan parah adalah kapiler
glomerulus
f. Kerusakan saraf
g. Terjadi borok (ulkus) karena proses penyembuhan luka yang berjalan
lambat sehingga kemudian bagian tubuh yang mengalami borok harus
diamputasi. (Shanty Sandra, 2013)
Organ / Yang Terjadi Komplikasi
jaringan
Pembuluh Plak aterosklerotik Sirkulasi yang jelek
darah terbentuk dan menyumbat menyebabkan penyembuhan
arteri berukurang besar luka yang jelek dan bisa
atau sedang di jantung, menyebabkan penyakit
otak, tungkai dan penis. jantung, stroke, gengren kaki
Diding pembuluh darah dan tangan, impoten dan
kecil mengalami infeksi
kerusakan sehingga
pembuluh darah tidak
dapat mentransfer oksigen
secara normal dan
mengalami kebocoran
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan dan
pembuluh darah kecil pada akhirnya bisa terjadi
retina kebutaan
Ginjal a. Penebalan pembuluh Fungsi ginjal yang buruk,
darah ginjal gagal ginjal
b. Protein bocor kedalam air
kemih
c. Darah tidak disaring
secara normal

28
Saraf Kerusakan saraf karena a. Kelemahan tungkai yang
tidak dimetabolisisr secara terjadi secara tiba-tiba atau
normal dan karena aliran secara perlahan
darah berkurang b.Berkurangnya rasa,
kesemutan dan nyeri di
tangan dan kaki
c. Kerusakan saraf menahun
Sistem saraf Kerusakan pada sarafa. Tekanan darah yang naik
otonom yang mengendalikan turun
tekanan darah dan saluranb. Kesulitan menelan dan
pencernaan perubahan fungsi pencernaan
disertai serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah Luka, infeksi dalam (ulkus
ke kulitdan hilangnya rasa diabetikum), penyembuhan
yang menyebabkan cedera luka yang jelek
berulang
Darah Gangguan fungsi sel Mudah terkena infeksi,
darah putih terutama infeksi saluran
kemih dan kulit
Jaringan ikat Luka tidak dimetabolisasi Sindroma terowongan karpal
secara normal sehingga kontraktur duputren.
jaringan menebal atau
berkontraksi
(Maulana Mirza, 2015)
2.1.9. Manajemen Diabetes Melitus
Tujuan utama dari manajemen diabetes mellitus yaitu mencapai level
kadar glukosa normal (euglikemia) tanpa hipoglikemia dan tanpa
mengganggu aktivitas pasien. Penatalaksanaan DM terbagi menjadi lima
manajemen yaitu diet atau manajemen nutrisi, latihan atau exercise,
pemantauan atau monitoring terhadap glukosa dan keton, terapi
farmakologis dan pendidikan atau edukasi.
a. Diet atau Manajemen Nutrisi Diet dan pengendalian berat badan
merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.

29
Pengaturan diet dan olahraga adalah intinya pengobatan DM.
Pengaturan diet dan olahraga dirancang untuk Mencapai dan
mempertahankan keadaan metabolisme yang optimal Seperti kadar gula
darah normal dan pencegahan komplikasi
1) Energi yang cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal.
2) Protein sedang, yang menyumbang 10-15% dari total kebutuhan
energi.
3) Lemak sedang, yang menyumbang 20-25% dari total kebutuhan
energi. <10% bentuknya berasal dari lemak jenuh dan 10% berasal
dari lemak tak jenuh Lemak tak jenuh ganda, sisanya adalah lemak
tak jenuh tunggal. Asupan kolesterol dibatasi, yaitu 300 mg/hari.
4) Sisa kebutuhan karbohidrat menyumbang 60-70% dari total
kebutuhan energi.
5) Gula murni tidak digunakan dalam makanan dan minuman
Direkomendasikan, kecuali sedikit sebagai bumbu.
6) Gunakan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
7) Asupan serat yang dianjurkan adalah 25 g/hari, dan asupan serat
lebih diutamakan Buah dan sayuran yang larut dalam air.
8) Bahan makanan yang tidak dianjurkan/dibatasi/dihindari: Makanan
yang mengandung gula sederhana, Makanan tinggi lemak, tinggi
natrium.
9) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan vitamin dan mineral
dari makanan sudah cukup, maka tidak perlu penambahan dalam
bentuk suplemen (Wahyuningsih, 2013).
Selingan antara makan yang berat bertujuan untuk Mencegah
hipoglikemia atau menjaga kadar gula darah Pertahankan stabilitas di
antara waktu makan. Kebutuhan protein pasien DM sama dengan
populasi umum, berkisar 10-15%. protein Memiliki efek merangsang
sekresi insulin. Lemak jenuh dan TFA (Asam lemak trans) <10% untuk
mencegah peningkatan Lipoprotein densitas rendah dan penyakit
jantung. Karbohidrat identik dengan gula Karena semua makanan

30
berkarbohidrat pada akhirnya akan Ini memasuki aliran darah dalam
bentuk glukosa. Sumber makanan Gula harus dibatasi untuk menghindari
peningkatan kadar gula darah (Lingga, 2012). Jenis Karbohidrat
Karbohidrat yang diusahakan kompleks. Gunakan gula alternatif untuk
mendapatkan lebih banyak kalori Rendah dan menyebabkan sedikit
peningkatan kadar glukosa darah. Serat adalah bagian yang sangat
penting dari diet DM. Sumber serat larut dapat mengurangi respon
glukosa Darah dan dapat mengontrol gula darah (Katsilambros, 2013).
b. Latihan Jasmani/Olahraga
Latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam
penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolesterol
dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Manfaat olah
raga bagi pasien DM yaitu meningkatkan kontrol gula darah,
menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler (jika dilakukan minimal 30
menit, 3-5 kali/minggu sampai HR
Mencapai 220- umur/menit), menurunkan berat badan,
menguatkan tulang dan otot, mengurangi komplikasi dan menimbulkan
kegembiraan (Smeltzer & Bare, 2008). Sebelum melakukan olah raga,
pasien DM yang mengikuti latihan yang panjang harus memeriksa kadar
glukosa darahnya sebelum, selama dan sesudah periode latihan tersebut.
Pasien DM harus memakan camilan setiap ½-1 jam yang mengandung
karbohidrat jika diperlukan untuk mempertahankan glukosa darah. Jenis
olah raga yang dianjurkan pada pasien DM yaitu olahraga yang bersifat
rekresional maupun profesional seperti berjalan kaki, bersepeda,
berenang, yoga dan senam kaki (Smeltzer et al., 2010).
c. Pemantauan atau Monitoring terhadap glukosa dan keton
Pemantauan glukosa dan keton oleh penyandang diabetes
mellitus merupakan hal yang penting dilakukan untuk mencegah dari

31
keadaan hipoglikemia dan hiperglikemia sehingga meminimalkan
komplikasi. Pemantauan yang dilakukan oleh penyandang diabetes
mellitus secara langsung juga bermanfaat untuk mengevaluasi regimen
atau pengobatan yang selama ini diperoleh untuk menormalkan kadar
glukosa dan keton
d. Terapi Farmakologis
Intervensi farmokologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Intervensi farmakologis meliputi : Obat Anti Hipoglikemik Oral (OHO)
dan insulin (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Tujuan terpai insulin
adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati normal. Pada
diabetes mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis
lain tidak dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah dan
keadaan stre ss berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,
infark miokard akut atau stroke (Soegondo, 2009). Pada diabetes tipe 2,
insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat OHO tidak
berhasil mengontrolnya (Smeltzer & Bare, 2010).
e. Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien DM pada dasarnya adalah
supaya pasien mampu meningkatkan pengetahuan terkait penyakit yang
dideritanya sehingga mampu mengendalikan penyakitnya dan
mengontrol gula darah dalam keadaan mendekati normal dan dapat
mencegah komplikasi. Edukasi yang dapat diberikan pada penderita
diabetes mellitus yaitu pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
ketaatan penggunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan
aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
(Ndraha, 2014).
Salah satu ketrampilan yang dapat diberikan bagi penderita
diabetes mellitus adalah dengan pemberian pendidikan kesehatan
mengenai perawatan kaki. Menurut Indian Health Diabetes Best Practice
(2011) perawatan kaki adalah perilaku yang dilakukan secara mandiri

32
atau oleh tenaga kesehatan yang meliputi menjaga kegiatan setiap hari,
memotong kuku kaki dengan benar, memilih alas kaki yang baik, dan
pengelolaan cedera awal pada kaki termasuk kesehatan secara umum dan
gawat darurat pada kaki. Perawatan kaki dapat dilakukan oleh pasien dan
keluarga secara mandiri dirumah. Apabila pasien tidak bisa
melaksanakan perawatan kaki secara mandiri misalnya pada kondisi
tertentu (stroke) yang membutuhkan bantuan maka kelurga dapat
membantu dalam perawatan kaki. Tenaga kesehatan berkewajiban
memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk melakukan
perawatan kaki secara mandiri dirumah.
Menurut WHO (2012) aktifitas mandiri dapat dilakukan oleh
seseorang mulai dari usia 18-64 tahun. Penderita DM harus menjaga kaki
mereka dengan baik oleh karena terjadinya kerusakan saraf pada ujung
kaki pasien (Mahfud, 2012). Perawatan kaki yang buruk bagi pasien
diabetes mellitus akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius
diantaranya adalah amputasi kaki.
American Diabetes Association (2012) merekomendasikan
pemeriksaan kaki harian oleh pasien diabetes mellitus dan pemeriksaan
tahunan oleh tenaga kesehatan, tindakan awal ini mampu mencegah
ataupun mengurangi sebesar 50% dari seluruh kejadian amputasi yang
disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus.
2.1.10. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita oleh
pasien dan komplikasinya
2) Menjelaskan kepada pasien latihan jasmani yang untuk menjaga
kebugaran dan menurunkan berat badan.
3) Meningkatkan motivasi pasien untuk minum obat secara teratur
dengan mengajarkan minum obat tepat waktu
4) Edukasi pasien untuk kontrol teratur dalam memeriksa kadar gula
darah ke Puskesmas.
b. Farmakologi

33
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat.
Oral Metro varmint 3 × 500 mg atau glibenklamid 1×4 mg
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum masuk PKM dan saat masuk
PKM. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah
dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat
keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit
seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita
HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan
keluargadan adakah penyakit keturunan atau menular.
d. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut Gordon
1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan, Menggambarkan persepsi,
pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti
kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2) Nutrisi-Metabolik, Menggambarkan intake makanan, keseimbangan
cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB
dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual, muntah, kebutuhan
jumlah zat gizi, masalah penyembuhan kulit, dan makanan kesukaan.
3) Eliminasi, Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
dan kulit.

34
4) Aktivitas-Latihan, Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi
pernapasan, dan sirkulasi
5) Tidur- Istirahat, Menggambarkan pola tidur istirahat dan persepsi
pada level tertinggi
6) Kognitif-persepsi, Menggambarkan pola pendengaran,
penglihatan, pengecap, penciuman, persepsi nyeri, bahasa,
memori, dan pengambilan keputusan.
7) Persepsi diri- konsep diri, Menggambarkan sikap terhadap diri dan
persepsi terhadap kemampuan harga diri dan gambaran diri terhadap
diri sendiri.
8) Peran-hubungan, Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran
dengan keluarga lainnya.
9) Seksualitas dan reproduksi, Menggambarkan kepuasan masalah
seksualitas –reproduksi
10) Koping-toleransi stress, Menggambarkan kemampuan untuk
menangani stress dan menggunakan sistem pendukung.
11) Nilai-kepercayaan, Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem
kepercayaan dan tujuan dalam hidup
e. Pemeriksaan fisik
1) Status keadaan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat,
akibat proses penyakitnya.
2) Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika
nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat
nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan
disritmia atau penyakit jantung lainnya.
4) Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena
sinar.
5) Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan
intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6) Sistem genitourinaria /eliminasi. Terjadi konstipasi akibat
intoleransi terhadap makanan

35
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis diabetes melitus
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diabetes melitus ditandai
dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
infeksi
2.2.3 Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Risiko Setelah dilakukanya Observasi
infeksi tindakan 2x 24 jam Monitor tanda dan gejala
berhubunga diharapkan pasien : infeksi lokal dan
n dengan a. Elastisida, hidrasi sistematik
penyakit dan perfusi jaringan Teraupeutik
kronis meningkat a. Batasi jumlah
diabetes b. Kerusakan pengunjung
melitus jaringan /lapisan b. Berikan perawatan kulit
kulit menurun pada area edema
c. Nyeri, perdarahan, c. Cuci tangan sebelum
dan kemerahan dan sesudah kontk
menurun pasien dan lingkungan
d. Hematoma, pasien
pigmentasi d. Pertahann tehnik aseptik
abnormal, jaringan pada pasien beresiko
parut menurun tinggi
e. Nekrosis dan abrasi Edukasi
kornea menurun a. Jelaskan tanda dan
f. Suhu kulit, sensasi gejala infeksi
dan tekstur b. Ajarkan cara mencuci
membaik tangan dengan benar
g. Pertumbuhan c. Ajarkan etika batuk

36
rambut membaik d. Ajarkan cara memeriksa
h. kondisi luka/luka
operasi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukanya Obesrvasi
integritas tindakan 2x 24 jam Identifikasi penyebab
kulit diharapkan pasien : gangguan integritas kulit
berhubunga e. Penyatuan kulit, Teraupetik
n dengan penyatuan tepi luka a. Uba posisi tiap 2 jam
diabetes meningkat jika tirah baring
melitus f. Prmbrntuksn b. Lakukan pemijatan pada
ditandai jsringsn parut, area penonjolan tulang,
dengan jaringan granulasi jika perlu
kerusakan meningkat c. Gunakan produk
jaringan/lap g. Edema pada sisi berbahan petrolium atau
isan kulit luka, peradangan minyak pada kulit kering
luka dan nyeri d. Gunakan produk
menurun berbahan ringan/alami
h. Drainase purulen, dan hipoalergik pada
serosa, sanguinis, kulit sensitif
serosanguinis e. Hindari produk
menurun berbahan dasar alkohol
i. Eritema pada kulit pada kulit kering
sekitar, peningkatan Edukasi
pada suhu kulit, bau a. Anjurkan
tidak sedap pada menggunakan
luka menurun pelembab
j. Nekrosis dan b. Anjurkan
infeksi menurun meningkatkan asupan

37
nutrisi, meningkatkan
asupan buah dan sayur
dan minum air yang
cukup
c. Anjurkan menghindari
terpapar suhu yang
ekstrem
d. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
f.
3 Nyeri akut Setelah dilakukanya Observasi
berhubunga tindakan 2x 24 jam a. Identifikasi lokasi,
n dengan diharapkan pasien : karakteristik, durasi
agen a. Kemampuan frekuensi, kualitas,
pencedera menuntaskan intensitas nyeri
fisik aktivitas meningkat b. Identifikasi skala nyeri
ditandai b. Keluhan nyeri c. Identifikasi respons
dengan menurun dan tidak nyeri nonverbal
infeksi meringis lagi d. Identifikasi faktor yang
c. Gelisah dan sikap memperberat dan
protektif menurun memperringan nyeri
d. Mual muntah e. Identifikasi
menurun pengetahuan dan
e. Tanda – tanda vital keyakinan tentang
membaik nyeri
f. Fungsi berkemih f. Identifikasi pengaruh
membaik budaya terhadap respon
g. Nafsu makan nyeri
membaik, g. Identifikasi pengaruh
Pola tidur membaik nyeri pada kualitas
hidup
h. Observasi keberhasilan

38
terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Observasi efek
samping penggunaan
analgetik

Teraupetik
a. Berikan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

2.2.4 Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan
yang telah di tetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada
tahap perencanaan. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut.
a. Tahap 1 persiapan :
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identivikasi pada tahap perencanan.
b. Tahap 2 pelaksanaan :
Focus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

39
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen, dan interpenden.
c. Tahap 3 dokumentasi :
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akutrat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menYangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukan masalah
apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum,sebagian tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah
baru

40
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi

insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat.

Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin

atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan

kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari

setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah

biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan

yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar

hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan

meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa

yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga

konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi

menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan DM

gestasional. (Sentana, 2008)

41
DAFTAR PUSTAKA

Lanywati, E. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diabetes Melitus. Asuhan


Keperawatan, 2-15.

Maulana , Mirza. 2015. Mengenal Diabetes Melitus. Jogjakarta ; Kata Hati


Shanty, Sandra. 2013. Mencegah Dan Merawat Ibu Dan Bayi Dari Gangguan Diabetes
Kehamilan. Jogjakarta; Nuha Medika
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta; Graha
Ilmu
Ndraha, S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini, Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana. Jakarta; Vol
(27). No (2)

42

Anda mungkin juga menyukai