Belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering kali dikaitkan dengan tingginya
kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah. Hormon ini dihasilkan
oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya terus meningkat
sepanjang masa kehamilan.
Tanda :
a. Tahap 1: Muntah terus-menerus hingga 3-4 kali dalam sehari, dan tidak dapat makan
atau minum selama 24 jam. Hal ini menyebabkan kondisi tubuh menjadi lemah.
Kemudian nafsu makan hilang, sehingga berat badan bisa turun sekitar 2-3 kg dalam
1-2 minggu. Pada bagian ulu hati, terasa nyeri dan denyut nadi yang meningkat hingga
100 kali per menit. Terakhir, pada tahap ini tekanan darah menurun dan bola mata
menjadi cekung.
b. Tahap 2: Kondisi ibu hamil tampak lebih lemah. Ditunjukkan dengan denyut nadi
yang melemah hingga terjadi demam dan bola mata yang menguning. Selain itu, berat
badan ibu hamil akan semakin turun dan mata mulai terlihat cekung, disusul dengan
tekanan darah yang turun, darah mengental, urine berkurang, dan sulit buang air besar.
Ketika bernapas, biasanya akan mulai mencium seperti bau aseton
c. Tahap 3: Pada tahap terakhir ini, keadaan umum ibu hamil sudah parah. Kesadaran
bisa menurun hingga mengalami koma, denyut nadi melemah, demam, dan tekanan
darah semakin menurun. Pada janin juga dapat mulai terjadi kelainan otak serta
gangguan hati.
Tahap 3: Pada tahap terakhir ini, keadaan umum ibu hamil sudah parah. Kesadaran bisa
menurun hingga mengalami koma, denyut nadi melemah, demam, dan tekanan darah
semakin menurun. Pada janin juga dapat mulai terjadi kelainan otak serta gangguan hati.
5. Ny A 21 th, hamil 12 mgg, G1P0A0, datang ke poli kandungan dengan keluhan mual
muntah yang hebat, nyeri pada epigastrik, nafsu makan berkurang, keluhan dirasakan sejak
3 hari yang lalu. Apakah diagnosa keperawatan pada kasus di atas ?
Hiperemesis gravidarum
6. Ny A 21 th, hamil 12 mgg, G1P0A0, datang ke poli kandungan dengan keluhan mual
muntah yang hebat, nyeri pada epigastrik, nafsu makan berkurang, keluhan dirasakan sejak
3 hari yang lalu. Apakah tindakan keperawatan pada kasus di atas ?
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan
muntah berlebihan.
Intervensi :
2) Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya
Phenergan 10-20mg/i.v.
3) Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
7) anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas)
hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur
8) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
10) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih
mulut sesering mungkin.
Intervensi :
2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum,
gastritis.
3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat
jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar
Intervensi :
Intervensi :
a. Berat badan
Berat badan Ibu saat hamil nyatanya dapat memengaruhi jumlah gizi yang Mama
butuhkan. Semakin berat badan Mama, maka jumlah zat makanan yang harus
dicukupinya juga jadi lebih banyak.
b. Usia
Usia sangat ditentukan oleh besarnya gizi yang dibutuhkan Mama hamil. Misalnya,
jika usia Mama lebih muda, maka energi yang Mama butuhkan selama masa
kehamilan juga akan lebih banyak.
c. Aktivitas
Selama masa kehamilan bukan berarti Mama hanya harus berdiam diri di rumah tanpa
melakukan aktivitas apapun. Namun, Mama juga perlu membatasi aktivitas yang
Mama lakukan, karena semakin banyak aktivitas yang Mama lakukan selama
kehamilan, maka akan semakin banyak energi yang Mama butuhkan.
d. Suhu lingkungan
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5-37 derajat Celcius yang digunakan untuk
metabolisme optimum. Lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih
besar pula masukan energi yang diperlukan.
e. Kesehatan
Kesehatan adalah faktor penting yang perlu Mama jaga selama masa kehamilan. Nah,
saat Mama sedang sakit maka sudah tentu Mama akan membutuhkan tambahan energi
atau energi yang lebih. Akan tetapi, sakit bukan alasan Mama tidak memerhatikan
asupan gizi yang dikonsumsi
Tujuan terapi gizi untuk pre eklamsi adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi dan tekanan dalam keadaan darah normal. Mencegah atau mengurangi retensi garam
atau air. Mencapai keseimbangan nitrogen. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor
risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.
Standar diet bagi pre eklamsi, Energi cukup. Protein 1 – 1,5 gr / kg BB dengan
memperhatikan komplikasi yang ada. Lemak sedang. Karbohidrat cukup. Vitamin dan
mineral sesuai kebutuhan pada masa hamil. Serat cukup.
Syarat dietnya, Antioksidan diberikan tinggi. Porsi kecil dan sering. Makanan mudah
cerna. Dihindarkan makanan yang berbumbu tajam. Menjaga keseimbangan elektrolit.
Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan
dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
Macam diet bagi pre eklamsi, Diet Preeklamsia I, Diet pertama ini diberikan jika
mengalami pre dan eklamsi berat, diberikan paling sedikit 1500 ml yang semuanya berupa
sari buah dan susu. Diet Preeklamsi II, Diet ini diberikan setelah melewati diet I atau
keadaan sudah berangsur baik dan makanan yang diberikan berbentuk makanan lunak
berupa diet rendah garam. Diet Preeklamsi III, Diet ini perpindahan dari diet II makanan
berprotein tinggi dan rendah garam dan diberikan dalam bentuk makanan biasa bila kondisi
belum membaik makanan masih dalam bentuk lunak.
Etiologi :
Perdarahan postpartum disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor predisposisi adalah
anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan penyebab yang
paling bermakna. Penyebab perdarahan postpartum paling sering adalah atonia uteri serta
retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina, ruptur
uteri, dan inversi uteri (Saifuddin, 2014).
10. Ny C 35 th 2 jam post partum. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil adanya
perdarahan post partum, mukosa pucat, akral dingin, konjungtiva anemis, nadi cepat.
Diagnosa pada kasus tersebut :
Anemia
11. Ny C 35 th 2 jam post partum. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil adanya
perdarahan post partum, mukosa pucat, akral dingin, konjungtiva anemis, nadi cepat.
Tindakan yang diberikan pada kasus tersebut
12. Ny A 21 th, hamil 12 mgg, G1P0A0, datang ke poli kandungan dengan keluhan mual
muntah yang hebat, nyeri pada epigastrik, nafsu makan berkurang, keluhan dirasakan sejak
3 hari yang lalu. Penkes yang diberikan pada kasus di atas ?
Edukasi pasien untuk menghindari pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang tajam,
panas, kondisi lembab, ruangan pengap, keribuatan, lampu yang berkelap-kelip, cahaya
silau, atau menyupir. Selain itu, pasien juga perlu diedukasi untuk memodifikasi diet.
Modifikasi diet yang perlu dianjurkan pada pasien adalah untuk makan dalam jumlah
sedikit dengan frekuensi sering (small frequent meals). Pasien perlu menghindari makanan
yang pedas dan berlemak serta makanan yang berbau tajam dan dapat merangsang mual.
Hindari makanan kering dan tawar. Makanan lain yang dianjurkan berupa makanan atau
minuman yang mengandung jahe dan peppermint, kaldu, serta biskuit
a. Demam Tinggi
d. Sembelit
h. Perdarahan
i. Sulit Tidur
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar enam
jam. Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama
20-30 detik.
Lepasnya plasenta sebagian biasanya ditandai dengan perdarahan ringan sampai sedang,
ketidaknyamanan perut bagian bawah, nyeri perut, dan nyeri tekan pada rahim dari ringan
hingga berat.
Pada saat klinisi melakukan traksi tali pusat terkendali awasi tanda-tanda pelepasan
plasenta dari dinding uterus, yaitu:
c. Perubahan tinggi dan dan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular.
e. Kontraksi fundus.
a. Bahagia
Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu kelahiran
bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang sempurna
(bisa melahirkan, memberikanan aku ntuk suami dan memberikan anggota keluarga
yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena persalinan di
anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati. Cemas dan takut karena
pengalaman yang lalu, Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
Komplikasi :
b. Keguguran
c. Anemia
d. Perdarahan
a. Jika melahirkan secara caesar, ada rasa sakit dan nyeri di sekitar sayatan operasi.
Sedangkan bagi yang melahirkan vaginal dapat mengalami nyeri pada episiotomi atau
robekan perineum.
b. Rasa sakit ketika buang air kecil. Jika masalah nifas ini terjadi, mungkin Moms
mengalami infeksi saluran kemih.
c. Nyeri di payudara yang disebut mastitis. Hal ini dapat terjadi ketika saluran di
payudara tersumbat.
d. Nyeri di perut bagian bawah. Hal ini bisa jadi pertanda peradangan di lapisan rahim.
e. Perubahan penglihatan, pusing, sakit kepala parah, sakit di perut kanan atas, kesulitan
bernapas, kenaikan berat badan mendadak atau pembengkakan di kaki, tangan atau
wajah. Ini adalah tanda preeklampsia postpartum, kondisi serius yang terjadi ketika
memiliki tekanan darah tinggi dan tanda-tanda bahwa beberapa organnya tidak
berfungsi secara normal setelah melahirkan.
f. Merasa sedih selama lebih dari 10 hari setelah melahirkan. Bisa jadi Moms mengalami
depresi pasca persalinan.
20. Ny A, 27 th, datang ke UGD dengan keluhan keluar darah dari vagina, setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil , TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, tes
HCG +, TFU 2 jari di atas smpisis. Berdasarkan TFU diatas, berapakah usia kehamilan Ny.
A?
20 Minggu
Leopold ini dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan dan bagian janin apa yang
terdapat di bagian atas perut ibu (fundus uteri).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara spontan (Manuaba, 1998;
Wiknjosastro dkk, 2005). Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai
akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton & Hall,
2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2007: 100).
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar enam
jam. Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama
20-30 detik.
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.
Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama 20-30 detik.
Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi lahir. Pada kala ini
pasien dapat mulai mengejan sesuai instruksi penolong persalinan, yaitu mengejan
bersamaan dengan kontraksi uterus. Proses fase ini normalnya berlangsung maksimal 2
jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan dari berlangsungnya sejak bayi lahir hingga
plasenta lahir, persalinan kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban .
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu membutuhkan
pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan.
Tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan
terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya,
perineum terlihat menonjol , vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan
pengeluaran lendir darah.
30. Ny A, 27 th, datang ke UGD dengan keluhan keluar darah dari vagina, setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil , TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, tes
HCG +, TFU 2 jari di atas smpisis. Berdasarkan kasus di atas, pemeriksaan yang dilakukan
selanjutnya adalah :
31. Ny P, 30 th, P2Ao post partum 4 jam yang lalu mengeluh nyeri pada perut, setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan kontraksi uterus lembek, perdarahan pervaginan >500
ml,TD 80/palpasi, Nadi 64x/menit, lochea berwarna merah, berdasarkan kasus diatas Ny P
mengalami
Perdarahan postpartum
32. Ny P, 30 th, P2Ao post partum 4 jam yang lalu mengeluh nyeri pada perut, setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan kontraksi uterus lembek, perdarahan pervaginan >500
ml,TD 80/palpasi, Nadi 64x/menit, lochea berwarna merah, etiologi dari kasus diatas
adalah
Penyebab perdarahan postpartum paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta,
penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina, ruptur uteri, dan inversi
uteri (Saifuddin, 2014). Atonia uteri menjadi penyebab pertama perdarahan postpartum.
33. Ny P, 30 th, P2Ao post partum 4 jam yang lalu mengeluh nyeri pada perut, setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan adanya robekan jalan lahir, perdarahan pervaginan
>500 ml,TD 80/palpasi, Nadi 64x/menit, lochea berwarna merah, penatalaksanaan pada
kasus diatas adalah :
c. Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat perdarahan masif
pada pengidap.
34. Ny A 21 th, hamil 12 mgg, G1P0A0, datang ke poli kandungan dengan keluhan mual
muntah yang hebat, nyeri pada epigastrik, nafsu makan berkurang, keluhan dirasakan sejak
3 hari yang lalu. edukasi yang dapat diberikan pada kasus di atas kecuali
Edukasi yang dapat diberikan kepada ibu hamil yakni menyarankan ibu untuk rajin
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit). Pemeriksaan
rutin pada ibu hamil disebut sebagai asuhan antenatal (Antenatal Care / ANC).
a. Sulit tidur
c. Perubahan emosional
e. Kontraksi palsu
Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu : a) Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan 3
menjadi 4 cm. Waktu yang dibutuhkan dalam fase ini adalah 2 jam. b) Fase dilatasi
maksimal merupakan fase dimana pembukaan servik terjadi secara cepat yaitu dari
pembukaan 4 sampai pembukaan 9 dalam waktu 2 jam.
a. Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira –kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam.
b. Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi lahir. Pada
kala ini pasien dapat mulai mengejan sesuai instruksi penolong persalinan, yaitu
mengejan bersamaan dengan kontraksi uterus. Proses fase ini normalnya berlangsung
maksimal 2 jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara
c. Kala III merupakan tahap ketiga persalinan dari berlangsungnya sejak bayi lahir
hingga plasenta lahir, persalinan kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
d. Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi
pendarahan.
39. Obat-obatan esensial yang perlu disiapkan pada pertolongan persalinan Kala II
Memastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial siap digunakan. Mematahkan
ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai kedalam partus
set
40. Bila selaput ketuban belum pecah maka dapat dilakukan tindakan
Amniotomi, adalah tindakan untuk membuka atau merobek selaput untuk mengeluarkan
cairan dari kantung ketuban. Gunanya adalah untuk merangsang pembukaan saat
persalinan. Amniotomi umumnya dilakukan bila ketuban belum pecah sementara serviks
ibu telah membuka penuh